Prologue 04 - Teletourgía

6 4 0
                                    

Rithriel mengusapi kepala anaknya yang tergeletak di atas batu yang baru saja digunakan untuk ritual. Napas Matilda sangat lemah—dan nyaris tidak bisa dideteksi, namun dia masih hidup. Ritual yang baru saja selesai itu berhasil. Dan kini perasaan Rithriel sedang bercampur aduk. Dia bahagia karena ritual ini selesai dan Matilda selamat, namun dia juga sedih karena tidak bisa menemani Matilda di kehidupannya nanti.

Lebih dari itu, perjuangan kedua orang tua itu belum selesai sampai di sana. Mereka berdua keluar setelah mengucapkan salam perpisahan terakhir pada Matilda. Di luar, Theo menyegel jalan masuk ke gua dengan sihir ilusi agar membuat seolah gua tersebut tidak pernah ada.

Namun sialnya, Para Pembisik sudah melacak keberadaan mereka terlebih dahulu. Suara-suara bisikan terdengar, sangat jauh namun sebenarnya sangat dekat, begitu juga sebaliknya. Theo dan Rithriel memastikan bahwa tempat mereka cukup jauh dari gua maupun altar agar Para Pembisik.

Setelah beberapa saat, Para Pembisik akhirnya menampakkan diri. Tubuh yang seperti mayat hidup itu berjumlah lima orang. Lima blood-elf. Namun jumlah itu tidak menciutkan keberanian kedua penyihir itu, terutama Theo. Meski sedang lelah dan terluka, keyakinan yang dia miliki melebihi apa pun untuk memercayai bahwa Para Pembisik itu dapat dikalahkan.

Pertarungan itu dimulai dan berakhir dengan kemenangan yang tipis untuk Theo, namun tidak untuk Rithriel. Jika informasi keberadaan relik itu terhenti pada Para Pembisik yang baru saja dikalahkan, maka tidak akan ada orang yang bisa melacak keberadaan relik Sandfall.

Dengan hati yang berat, Theo menggendong tubuh tanpa nyawa milik Rithriel dan menggunakan sisa tenaga terakhirnya untuk berjalan. Jalannya berakhir di dekat altar yang sebelumnya menjadi tempat bertarung Theo dengan Aden.

Theo meletakkan Rithriel bersandar pada altar, dan Theo sendiri duduk di sampingnya. Dia melihat tubuhnya sendiri yang sudah mencapai batas maksimal yang dapat dia lakukan. Luka di mana-mana, bahkan sudah tidak bisa merasakan semua tubuhnya, dan darahnya seperti sudah habis terkuras dalam pertarungan terakhirnya bersama Para Pembisik. Pada usaha terakhirnya, Theo mengangkat tangan kanan dan menggenggam tangan milik Rithriel, seakan tidak ingin membiarkan tubuh itu pergi jauh darinya. Senyum terakhir usai perjuangan mati-matian. Harapan Theo masih teguh dan berharap bahwa ada seseorang yang tepat mendatangi Matilda suatu hari nanti. Theo yakin bahwa Matilda memiliki tujuan yang lebih besar dan mulia dari usianya yang hanya delapan tahun.

Sekelebat ingatan mengenai kehidupan Theo melintas dengan tenang, seolah menjadi melodi terakhir tentang kebahagiaan yang dapat dia saksikan sebagai orang ketiga. Di sana, dia melihat keluarganya bahagia.

The Nightingale WhisperersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang