30 - Krymménos (Part 1)

3 2 0
                                    

Meski nyanyian burung bulbul sudah terdengar jelas, ternyata perjalanannya masih cukup panjang. Mereka berlima sudah berjalan menaiki gunung selama lebih dari satu jam, namun belum terlihat tanda-tanda dari asal suara yang mereka ikuti.

Jalanannya semakin terjal, namun jumlah pasir yang turun lebih sedikit. Tetapi semakin tinggi langkah kaki mereka mencapai puncak gunung, napas mereka juga menjadi sedikit lebih berat di tiap langkahnya.

Mereka beberapa kali berhenti untuk beristirahat dan mengambil napas.

"Berapa lama lagi kita harus berjalan?" Keluh Vann yang mencari sebuah batu untuk diduduki. "Rasanya kita sudah berjalan lama sekali!" Tambahnya. Tatapan darinya ke arah atas seolah membuat gunung yang sedang mereka naiki tidak ada habisnya dan berputar-putar di tempat yang sama.

Audr yang masih berdiri dan mengawasi sekitar akhirnya menoleh ke arah Vann. "Sepertinya kita sudah dekat," simpulnya, lalu beralih pada Igvir dan Aesa yang masih memperhatikan nyanyian burung bulbul dengan telinga mereka. "Bagaimana menurut kalian?"

"Aku rasa kita sudah dekat," Igvir tidak yakin, namun mereka yang lelah memerlukan sedikit kepastian agar tidak menyerah begitu saja. "Bukankah begitu, Aesa?"

Aesa yang diberi pertanyaan itu langsung menanggapi dengan canggung, "Uh, ya! Kita sudah dekat!" Aesa memainkan telinganya seperti sedang memamerkannya pada Vann dan Elsa yang duduk bersebelahan. "Kalian lihat telingaku? Ketika telingaku bergerak-gerak seperti ini menanggapi sebuah suara, itu artinya kita sudah semakin dekat."

"Baiklah, aku dan Igvir akan melihat-lihat sekitar, kali saja kami bisa menemukan sesuatu."

"Y-yah, benar."

Igvir kemudian mengikuti langkah kaki Audr yang terlihat sedikit lebih berat di tiap langkahnya. Igvir bisa merasakan ada sesuatu hal yang mengganggu Audr.

Setelah cukup jauh dari ketiga makhluk yang ditinggal beristirahat, Igvir akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.

"Kau baik-baik saja?"

Audr hanya menoleh sesat, "Aku hanya sedikit khawatir dengan apa yang akan kita jumpai."

"Menurutmu apa yang akan kita jumpai nanti?"

"Aidóni—untuk permulaan," dia memberi jeda. "Meski Oracle hanya memberi kita petunjuk ke sebuah ramalan yang 'sudah tertulis', namun siapa yang tahu bagaimana jalan ceritanya hingga akhir? Dan menemukan aidóni tidak akan membantu kita sama sekali jika pada akhirnya kita akan tetap memenuhi ramalan tersebut."

Berbeda dengan Audr, Igvir justru menanggapi itu hal tersebut dengan lebih tenang. "Kau khawatir dengan apa yang akan terjadi meskipun hal itu sudah ditakdirkan untuk terjadi?"

Audr tiba-tiba saja berhenti dan membalikkan tubuhnya secara penuh. "Begini masalahnya, Igvir, selama ini aku tidak pernah memercayai adanya ramalan meski hampir setengah dari hidupku kuhabiskan untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh Oracle seperti mimpi buruk yang terus datang. Namun ketika satu per satu ramalan tersebut dilemparkan kebenarannya kepadaku—hingga hari ini, aku takut."

"Lihat, Audr. Seumur hidupku, aku dilatih untuk mengikuti aturan dan melayani raja. Aku diajari bahwa untuk menjadi seorang prajurit yang hebat, kau tidak perlu mempertanyakan satu hal pun dari tugas yang kaulakukan. Kau hanya perlu melakukan tugasmu dengan baik."

"Meski kau diperintahkan untuk memenuhi sesuatu yang menurutmu salah?"

"Kau tidak bisa menyimpulkan bahwa sesuatu itu salah dengan hanya melakukannya. Aku mengabdi pada Valddhor seumur hidupku, dan aku tidak sekalipun meragukan keputusannya."

The Nightingale WhisperersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang