22 - Efkairía

4 3 0
                                    

Tidak perlu waktu lama bagi Griselda memikirkan langkah selanjutnya. Pengejaran yang ternyata sedikit sia-sia itu mungkin masih bisa 'diselamatkan', dan siapa lagi yang bisa melacak jejak energi sihir kalau bukan Anerea?

Sang Paladin kemudian kembali mengumpulkan Valgard dan Aelis di tempat terakhir mereka melacak jejak Audr; di sisa keberadaan Akademi Palawan di dekat Puncak Bayset—dan tentunya bersama Anerea.

"Hmm... aku masih bisa mencium aroma para penyihir-penyihir malang itu ketika aku membantai mereka." Sambut Anerea, lalu mendapati Valgard yang sudah datang terlebih dahulu. "Valgard. Aku tidak menyangka Magnus masih menggunakanmu."

Valgard menarik dirinya dari sandaran di pohon. "Sepertinya aku masih berguna untuk dia." Kedatangan Anerea jelas bukan kabar yang baik. Dari pengalamannya, Anerea bisa melacak seseorang dengan kemampuan yang tidak biasa. Dan karena ulah Anerea juga Akademi Palawan menemui ajalnya, belum terhitung dengan jumlah korban yang berjatuhan pada saat itu.

Anerea menatap balik Valgard dengan sinis, memindai tubuh makhluk berbulu itu dari atas hingga bawah. "Kurasa begitu." Kemudian sepasang mata kelam berwarna merah menyerupai darahnya menatap ke arah cakrawala. Di sana, dia menemukan bangunan yang sudah porak-poranda.

Valgard ingat hari di mana Elite Thirteen menghabisi akademi atas usulannya kepada Lessel. Mereka benar-benar tidak menyisakan siapa pun untuk menyelamatkan diri atau memberi pesan bahwa mereka saat itu sedang serius dengan ancaman. Elite Thirteen hanya memberi tubuh-tubuh tak bernyawa yang tersisa di akademi pada saat itu sebagai pesannya.

Mereka berempat tidak membuang waktu untuk berlama-lama di sana. Anerea memimpin dengan santai menuju akademi. Dari cara dia berjalan, sepertinya dia sedang mengikuti jejak energi yang ditinggalkan oleh Audr.

"Hmm... Ini energi berbeda yang lebih kuat dari yang kujumpai dulu," Anerea mengungkapkan tanpa malu-malu, tatapannya kemudian dia tarik untuk mencari petunjuk lain. "Katakan padaku, Valgard, apakah makhluk ini yang mengalahkan tujuh Elite Thirteen sekaligus di pertempuran Korrona?"

Jantung Valgard serasa berhenti untuk sesaat ketika mendapati pertanyaan tersebut. Itu kekalahan yang sangat memalukan, tentu saja, namun kekuatan Audr memang sekuat itu—setidaknya pada saat pertarungan itu berlangsung. Kini? Entahlah.

"Ya, namanya Audr. Seorang makhluk aneh."

Anerea lantas tertawa, membuat ketiga Elite Thirteen lainnya menatapnya heran. "Baiklah. Jejaknya berhenti di sini," ujarnya. "Jejaknya hilang begitu, agak aneh."

Blood elf itu kemudian duduk bersimpuh, kedua tangan itu dia letakkan di paha, kemudian menutup mata.

"Apokalýpto."

Beberapa saat kemudian, Anerea membuka matanya, lalu berdiri. "Ada sihir dari pihak lain yang membuat jejaknya terhapus," ungkapnya, tatapan itu dengan tenang berpindah dari satu orang ke lainnya seolah sedang mencari siapa pengkhianat dari ketiga makhluk tersebut. Dia menutup mata, lagi, dan menghirup udara dengan sangat dalam; seperti meneguknya dan merasakan setiap esens yang terhirup ke paru-parunya. "Gargantuan..."

Pada saat itu juga, Aelis dan Griselda saling menatap dan seolah berbicara melalui ekspresi wajah. Kecurigaan mereka mengenai Valgard mungkin saja baru terbukti dengan apa yang dikatakan oleh Anerea. Namun keduanya saling mengerti, bahwa mereka juga membutuhkan waktu yang tepat untuk bertindak.

Griselda berpaling ke arah Valgard dan menghakimi makhluk itu dengan tatapan tajamnya. "Pihak ketiga, kau bilang? Kau bisa menjelaskan hal itu, Valgard?"

Valgard memutar bola matanya dan menghela napas. "Tidak ada yang bisa kujelaskan," balasnya. "Seperti yang kubilang saat itu, kita berada di belakangnya sepuluh menit. Bisa saja dalam jarak waktu tersebut ada yang membantunya... aku tidak tahu."

The Nightingale WhisperersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang