Beberapa saat setelah Audr pergi, Griselda dan Aelis datang ke tempat Valgard. Di sana, kedua makhluk yang baru datang itu menatap Valgard yang sedang berjongkok menghadap ke arah bawah, menggenggam segumpal tanah berwarna hitam dengan sedikit rumput yang hangus.
"Kau menemukan sesuatu?" Suara Griselda menyadarkan Valgard dari lamunannya, lalu menggeleng menanggapi pertanyaan yang baru saja diajukan.
Tubuh berbulu hitam dengan pakaian berkilau itu kemudian berdiri, memalingkan tatapannya kepada dua makhluk yang kini berada di sampingnya. "Kalian?"
"Jejaknya mengarah kemari, tentu saja," kata Aelis, "Kukira kau menemukannya terlebih dulu."
"Seharusnya," Griselda membenarkan. "Lagi pula, ke mana dia pergi?"
Valgard mengangkat bahu, "Kita berada sekitar sepuluh menit di belakang target," ujarnya menyimpulkan. "Kurasa kita akan bisa mengejarnya kali ini, dengan bersama-sama," usulnya. "Aku bisa merasakan dia sudah mulai kelelahan dari beberapa lompatan teleportasi sebelumnya."
Selagi kalimat itu diucapkan oleh Valgard, Aelis sudah mencari petunjuk. "Aku setuju dengan Valgard, jejak ini kurasa mengarah ke utara... mungkin sedikit ke timur," simpulnya sedikit menimbang-nimbang, "Tidak jauh, dan aku juga bisa merasakan bahwa dia sudah mulai kelelahan dengan lompatan-lompatannya."
"Baiklah kalau begitu," Griselda menyimpulkan dengan cepat dan menyetujui, sementara kedua matanya terus mengikuti gerak-gerik dua makhluk di dekatnya. "Aku tidak akan banyak berharap, tetapi jika kita berhasil, ini akan jadi loncatan yang bagus untuk Magnus."
~ a i d ó n i ~
Ketiga Elite Thirteen mengikuti jejak energi yang ditinggalkan oleh Audr menuju Puncak Bayset. Terpaan angin dari puncak yang terlalu tinggi untuk disebut bukit dan terlalu pendek untuk disebut gunung itu mengaduk wajah mereka dengan irama yang bisa ditebak.
Mereka semua mengedarkan pandang ke seluruh penjuru yang bisa mereka lihat. Dari ketiganya, Aelis menemukan jejak sihir mengarah ke suatu tempat dan mengikutinya.
Setelah beberapa saat, jejak sihir itu hilang, seolah makhluk yang mereka kejar lompat berteleportasi lagi ke tempat lain. Namun tidak, jejak sihir itu lenyap. Tidak ada jejak lain yang muncul untuk dapat diikuti.
Aelis mengernyit, kemudian mengedarkan lagi tatapannya. Dia menemukan bangunan di kejauhan yang semuanya sudah nyaris runtuh dan pohon raksasa yang sudah terbakar habis.
"Kau tahu tempat itu?" Aelis melempar pertanyaan kepada Valgard yang sepertinya tahu dari tatapan yang dia berikan pada bangunan tersebut.
"Yah. Itu tempat kami bertarung dengan Igvir dan para penyihir Akademi Palawan," ungkapnya. "Anerea benar-benar menghajar mereka hingga seorang bocah muncul dengan kekuatan luar biasa – dan mampu menandinginya, lalu meneleportasikan seluruh akademi ke tempat ini."
"Cih." Griselda meludah ketika mendengar nama Anerea. "Siapa nama bocah itu?"
"Kalau aku tidak salah ingat, namanya Sienna. Seorang elf."
"Ke mana dia pergi?"
"Aku tidak tahu, dia tidak pernah muncul lagi setelah pertarungan itu."
Griselda mengangguk, "Itu artinya bocah itu adalah masalah yang akan muncul nanti." Dia menghela napas, lalu memperhatikan bangunan tersebut dengan lebih teliti. "Aku benci mengatakan ini, tetapi; Anerea sangat kuat, dan jika ada yang bisa menandinginya, itu artinya kita sudah meremehkan mereka."
"Tapi kita masih punya Vis—"
"Itu benar," Griselda memotong kalimat Aelis sebelum bisa menyelesaikannya. Dia tahu apa yang hendak dikatakan oleh Aelis, namun Griselda tahu lebih betul mengenai situasi yang sedang terjadi. "Tapi ke mana dia? Tidak muncul sampai sekarang, kan? Aku tahu Magnus akan berkata 'simpan yang terbaik di saat terakhir' tetapi jika kita bisa menyelesaikan semuanya sekaligus, mengapa kita harus bersusah-payah seperti ini?" Untuk sesaat, kalimat yang dilontarkan oleh Griselda seolah menyiratkan bahwa ada yang salah dengan taktik yang dimiliki Magnus.
Namun, apa yang dikatakan Griselda ada benarnya—yang membuat kedua makhluk di sampingnya terdiam berpikir.
"Apa menurutmu kita harus mengecek akademi itu?"
"Apa kau melihat sesuatu dari sana?"
Aelis menggeleng, "Tidak."
"Maka tidak ada yang akan kita dapatkan dari tempat itu. Audr pasti mempunyai trik lain yang membuat kita kehilangan jejaknya." Griselda berhenti, namun dengan cepat melanjutkan, "Kau bisa mengecek jika itu bisa membuatmu puas, tetapi jaga jarakmu dari tempat itu."
"Tentu saja, Griselda, kau tahu bahwa aku suka menyaksikan dari gelapnya bayangan," Aelis tersenyum licik, kemudian dengan cepat awan kelabu melahapnya.
"Kau mau aku melakukan sesuatu? Aelis sepertinya sudah sibuk." Valgard bertanya pada Griselda yang masih berdiri mematung seolah tidak terpengaruh terhadap terpaan angin yang semakin kencang.
Tidak," dia menggeleng. "Lakukan saja... yang harus kau lakukan," ujarnya tidak begitu yakin. "Kau akan tahu saat aku memanggilmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nightingale Whisperers
Fantasia[Book Three: The Chosen Saga] [a i d ó n i] [proses revisi] [Complete] [harap membaca The Runaway Chosen & The King's Move terlebih dahulu] . ::.. Korrona runtuh, pada akhirnya. Hal itu tidak dapat dielakkan. Sudut Nazrrog semakin menyempit selagi K...