34 - Apókrypsi

3 2 0
                                    

Pasir yang melahap keenam orang di Gunung Gargantuan itu membawa mereka ke tempat lain yang jauh yang bernama Pinetree Bluff. Pinetree Bluff merupakan daerah pegunungan di sisi paling tenggara dari Kerajaan Everal.

Sayup sinar matahari yang mulai redup memberi mereka pemandangan yang cukup berbeda dari Gunung Gargantuan. Meski tidak memiliki banyak pepohonan, warna hijau sedikit memberi perasaan nyaman. Aroma laut juga sangat kuat memenuhi paru-paru ketika udaranya dihirup.

"Hmm," Audr bergumam, lalu tubuhnya terjatuh ke berbatuan di mana kakinya memijak.

"Audr!" Igvir langsung menghampiri Audr yang sepertinya kelelahan. Tangannya meraih pundak Audr dan berusaha untuk membantunya kembali berdiri. "Kau tidak apa-apa?"

Audr hanya menggeleng, ekspresinya menahan pilu yang tiba-tiba menyerang di dadanya. "Aku tidak apa-apa." Dia lalu berdiri dibantu oleh Igvir, dan mengedarkan pandangannya ke kelima orang di sekitarnya. "Kita beruntung bisa menemukan Matilda. Sihirnya tidak meninggalkan jejak seperti pengguna sihir pada umumnya."

"Sihir?"

Audr beralih pada Matilda. "Benar, sihir," ulangnya. "Kita juga harus mencari tahu mengapa sandfall bisa berada di dahi Matilda."

Matilda lantas memegangi dahinya sendiri, namun Aesa dengan cepat menyentuh dahi itu dengan perlahan, seolah menyiratkan bahwa tidak ada apa pun yang harus dikhawatirkan oleh Matilda.

"Kau tidak usah khawatir dengan apa pun, Matilda," Aesa menenangkan.

Igvir kemudian beralih kembali pada Audr, lalu mencoba mencerna kalimat terakhir yang dikatakan olehnya. "Kau ingin melakukan dream walk?"

"Dream walk?" Ulang Aesa, lalu tatapannya beralih pada Audr.

"Audr, itu sihir terlarang. Sihir itu akan memakanmu dari dalam," Aesa mengingatkan.

"Aku tahu," balas Audr. Dia menghela napas.

Sebaliknya, Igvir justru tidak tahu apa maksud dari perkataan Aesa. "Memakanmu dari dalam?"

"Sihir itu akan me—"

"Itu tidak penting sekarang," sela Audr. "Maksudku – jika Matilda berkenan, itu akan mempermudah kita." Audr berjongkok di hadapan Matilda, lalu membisikkan sesuatu.

Setelah beberapa saat, sebuah anggukan diberikan oleh Matilda.

"Baiklah," Audr berdiri, kemudian beralih pada Igvir. "Kita harus mencari tempat berlindung."

"Di sini?"

"Saat ini, mungkin inilah tempat yang paling aman untuk kita," Audr berusaha meyakinkan.

Di sisi lain, Igvir sebenarnya mempunyai pertanyaan lain yang ingin dia ajukan pada Audr—atau lebih tepatnya—sebuah penjelasan. Namun apa yang dikatakan oleh Audr memang benar; mereka perlu tempat untuk berlindung terlebih dahulu.

Mereka berenam kemudian mulai berjalan untuk mencari tempat berlindung. Beruntungnya, tidak perlu waktu yang lama untuk menemukan tempat yang tepat. Deras suara dari air terjun membawa mereka ke tebing yang cukup curam. Dikelilingi oleh air terjun yang memutar, ada sebuah gua yang cukup luas untuk dapat mereka gunakan sebagai tempat berlindung sementara.

Aesa kemudian memberi sedikit sihirnya untuk memberi penerangan di dalam gua. Keadaan yang sedikit lembap pun bisa diatasi dengan mudah dengan sihir-sihir sederhana. Audr kemudian memperkuat sihir tersebut, juga menambahkan sedikit sihir perlindungan untuk menutupi jejak mereka.

Setelah selesai, Aesa lalu beristirahat—juga Vann yang sudah terlihat sempoyongan sejak kedatangan mereka. Karena setelah semua hal yang terjadi, mereka berdua mengalami luka yang paling serius di antara yang lainnya. Di sisi lain, Elsa berusaha untuk menemani Matilda dengan membicarakan hal apa pun yang bisa dibicarakan. Sementara itu, Igvir memberi isyarat kepada Audr untuk berbicara secara empat mata, jauh dari keempat orang lainnya.

The Nightingale WhisperersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang