PART 63

71 4 5
                                    

_Semuanya telah usai_

Vote and fllow aku me_

⭐⭐⭐

"Dearen," Ujar Dion melihat kedatangan Dearen.

Bruk..

Dearen ambruk di atas tanah tepat di sisi pemakaman Shela.

Erland menatap Dearen penuh kebencian.

"Shel, kenapa Lo ninggalin gue secepat ini." Ujar Dearen dengan rasa penyesalan dalam dirinya.

"Ngapain Lo ke sini?" Tanya Erland tak suka.

Dearen mendongakkan wajah nya menatap Erland.

"Lo boleh benci sama gue Land. tapi tolong, biarin gue di sini." Ucapnya dengan penuh permohonan.

Langit mulai mendung di barengi suara Guntur yang saling bersautan satu sama lain Menandakan mungkin hujan akan segera turun.

Erland berdiri seraya menatap Dearen.

Tanpa mengatakan sesuatu apapun lagi, Erland melangkah pergi dari sana. Dearen, Reza,Dion hanya melihat kepergian Erland saja.

Untuk sedetik Dearen mengalihkan kembali tatapannya pada batu nisan itu.

"Lo temenin Dearen di sini, Gue mau anter cewe gue pulang." Ucap Reza. Karena cuaca yang terlihat memburuk ia tidak bisa membiarkan kekasihnya ini terguyur hujan.

"Ayo, kita pulang." Ajak Reza memegang kedua bahu Tea.

"Ga, aku ga mau pulang. Aku mau tetep di sini." Tolak Tea dengan wajah yang terlihat lesu.

"Kita ke sini lagi besok yah, biarin Shela istirahat di sana. Shela pasti ga mau kamu kehujanan." Bujuk Reza menatap kekasih nya.

Tea terdiam, lalu ia melihat sekilas pada gundukan tanah yang di taburi bunga-bunga di sana.

"Shel, gue pulang dulu yah. Nanti gue balik lagi ke sini jenguk Lo." Ujar Tea.

"Kita balik duluan." Pamit Reza pada Dion lalu pergi bersama dengan Tea.

Rintik hujan mulai menyentuh permukaan bumi, Langit saat ini benar-benar terlihat begitu gelap.

Dion berjalan menghampiri Dearen.

"Ren, ayo kita balik. Udah mau hujan." Ajak Dion menyentuh sebelah pundak Dearen.

"Gue mau tetep di sini Yon, gue mau nemenin Shela." Sahut Dearen.

"Tapi Ren,," Ucap Dion terpotong.

"Lo balik duluan aja, gue masih mau di sini." Potong Dearen.

Dion membuang nafasnya pasrah. "Oke, gue balik duluan." Finis Dion dan pergi  meninggalkan Dearen seorang diri. Ia tau Dearen butuh waktu sendiri, karena itu lebih baik ia membiarkan nya saja.

Lengan Dearen bergerak mengelus batu nisan itu, dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya di barengi turun nya hujan yang begitu deras.

"Ini semua gara-gara gue Shel. Gue salah, gue brengsek, gue bajingan Shel." Lirih Dearen begitu sangat marah pada dirinya sendiri.

Hujan turun semakin deras Tetapi, Dearen tidak memperdulikannya sama sekali. Cowo itu masih setia berlutut dengan kepala yang menunduk, merasakan setiap air hujan yang membasahi dirinya.

___

Malam semakin larut Tetapi seorang gadis masih berdiri di luar rumah dengan raut kecemasan dari wajahnya.

16 : 00 Merindukan Senja [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang