06 ( 여섯 )

36.4K 2.9K 9
                                    


Setelah acara makan siang yang penuh keheningan dan tiba-tiba dihancurkan oleh pertanyaan serta perkataan menyebalkan si kembar, kini mereka bertiga sudah berpindah tempat menjadi ke ruang keluarga.

Mereka bertiga duduk dengan posisi yang berbeda-beda. Shasa dan Reza yang duduk seperti manusia normal lainnya dengan ditemani buku dan setoples makanan, berbeda dengan Rezi. Pemuda yang satu itu duduk dengan posisi yang cukup aneh, dimana kedua kaki berada di atas sofa sedangkan kepalanya menjuntai hampir mengenai lantai, kedua tangannya sibuk bermain game dan mulutnya yang terus mengoceh.

"Akhh! Ngapa lo kesana pe'a!"

"Lo salah jalan gobl*k!"

"Astaga, gini amat punya tim!"

"Iya serang terus!"

"L-lho! Lo ngapa ngarahin tembakannya ke gue?! HEH LO SALAH SASARAN ANJ-"

Umpatan Rezi terpotong karena Shasa yang sudah geram pun memasukan sekeping cookies coklat kemulut mercon milik Rezi.

"Bisa nggak sih, abang itu jangan berisik. Pengang kuping adek dengernya, coba kaya bang Eza yang anteng-adem-ayem-tenang-tentram kaya di pantai noh! Bukannya nyerocossss terus kaya petasan, astaga kesel banget adek sama abang." Omel Shasa sembari berkacak pinggang, sedangkan Rezi sudah menciut dengan mulut yang penuh dengan cookies yang adik cantiknya beri tadi.

Saat Rezi selesai mengunyah dan menelan camilan berbahan dasar coklat itu, ia pun berniat untuk buka suara tetapi pemuda itu kembali diomeli oleh Shasa.

"Apa?! Mau protes?! Ayo mau protes apa, sini aku dengerin!" Ucap Shasa sambil melotot kearah Rezi, membuat pemuda itu menggelengkan kepalanya.

"Udah Sha, kamu baru pulang lho dari Rumah Sakit masa kamu mau balik lagi kesana gegara punya darah tinggi." Ucap Reza saat sudah puas melihat kembarannya diomeli oleh sang adik.

"Abisnya bang Ezi bikin Shasa emosi mulu." Adu Shasa lalu menyender manja dibahu Reza. Membuat pemuda itu mulai mengelus sayang surai hitam sang adik.

"Yaudah, biarin aja. Rezi emang gitu ko orangnya, mending kamu mikirin soal persiapan sekolah nanti lusa." Ucap Reza sembari terus mengelus surai hitam adiknya.

"Ihh nanti aja ah, Shasa males tau bang. Emang ga bisa diundur ya?" Tanya Shasa sambil memasang wajah memelas andalannya.

Reza pun menggelengkan kepalanya tegas, ia tidak boleh luluh hanya karena wajah menggemaskan milik Shasa.

"Nggak, Sha. Kamu harus tetep sekolah lusa nanti!" Ucap Reza dengan nada lembut dan tegas disaat bersamaan. Shasa yang mendengarnya pun hanya mengangguk pasrah akan keputusan Reza.

'Ya mau gimana lagi, gue harus balik ke SMA padahal gue udah lulus. Yaudah lah semangat aja!' Batin Shasa setengah hati menerima keputusan Reza.

Sedangkan Rezi, pemuda itu hanya menonton walaupun sedang sibuk bermain game online si ponsel miliknya.

'Dahlah liatin aja dulu, entar kalo baku hantam baru ikutan.' Batin Rezi sambil menatap penuh minat perdebatan diantara kakak-adik tersebut. Dengan tangan yang masih fokus dalam bermain game online.

Siang itu rumah terasa ramai karena ulah ketiga anak dari mendiang bapak Arez dan Ibu Meidina. Ketiganya akan menjadi biang rusuh ketika dirumah, dan menjelma menjadi manusia kalem ketika diluar rumah. Hebat sekali bukan?

✂--------------------------------------

Malam harinya, suasana bertambah ramai karena kedatangan temen-teman dari si kembar. Hal tersebut membuat Shasa yang sedang serius menonton Drakor harus menahan kesal karena suara gaduh yang teman-teman abangnya sedang lakukan.

"Astagfirullah, mereka bener-bener mau bikin gue darting kayanya! Gue lagi drakor-an aja kaga ada tenang-tenangnya, emang rese ya ni para manusia!" Ucap Shasa yang sudah bersiap dengan sapu dan bola kasti ditangan kanannya.

Ia berjalan dengan penuh emosi kearah sekumpulan pemuda dan ditambah seorang gadis yang sebelas duabelas dengan badut Ancol. Dengan sekuat tenaga ia lempar bola kasti itu kearah sekumpulan manusia tersebut, dan yap! Bola itu mengenai salah satu kepala orang-orang disana.

"Arghhh... Siapa yang lempar bola ke kepala gue, hah!?"

Shasa sendiri wajahnya sudah pias, buru-buru ia berlari kembali ke kamarnya. Saat sudah sampai dikamar dan menutup pintu Shasa pun mengelus dada serta keningnya.

'Bego banget lo, Sha! Untung kaga ketauan jadi gue masih selamet. Tapi tu orang bakal geger otak ga ya? Moga aja kaga deh.' Batin Shasa merutuki dirinya sendiri sambil berdoa semoga orang yang terkena lemparan bola kastinya barusan tidak mengalami cedera dikepalanya.

BERSAMBUNG...

Natya's Second Life [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang