Langkahnya menggema disetiap lorong yang ia lewati, wajah cantiknya yang dingin dengan rahang yang mengetat tanda bahwa ia sedang diambang batas emosi. Setelah menemui Sahabatnya dan malah mendapatkan kabar yang membuat hatinya teriris, dengan cepat ia langsung pergi setelah berpamitan dengan cahayanya."Dimana tahanan menjijikan itu?" Ucap gadis tersebut dengan nada dingin, membuat kedua pria kekar yang menjaga sebuah pintu langsung bergidik ngeri.
"D-dia ada di ruang bawah tanah dengan pintu bercode A15, Nona." Ucap salah satu dari dua pria tersebut, lalu dengan langkah lebar dan tanpa mengucapkan terimakasih gadis tersebut langsung pergi dari sana. Membuat kedua pria berbadan besar itu menghela nafas lega.
Lama berjalan, ia pun sampai didepan pintu yang bertuliskan code A15. Tanpa basa-basi gadis tersebut pun masuk dengan aura hitam yang amat pekat.
"LEPASIN GUE BAJ*NGAN!"
"ARRGGHHH KALIAN GA TAU LAGI BERHADAPAN SAMA SIAPA DISINI! LEPASIN GUE!"
Teriakan yang begitu keras milik seseorang yang sedang terikat dikedua tangannya. Sedangkan gadis yang baru saja masuk tadi hanya menatap datar kearah orang tersebut.
"Lo terlalu berisik ya jadi manusia, Seanna Oktavira."
Yap! Tahanan menjijikan yang gadis itu maksud adalah Seanna, orang yang telah membuat Shasa mengalami kelumpuhan dan kebutaan.
"Lo? Bukannya lo temennya si jal*ng Shasa?" Ucap Seanna dengan nada angkuhnya.
"SIAPA YANG LO BILANG JAL*NG,BANGS*T!!" Ucap gadis tadi membuat Seanna melongo, lalu tak lama Seanna pun menyeringai melihat topeng milik gadis didepannya ini terlepas.
"Wow! Gue baru tau mubar yang katanya lemah lembut dan pemalu bisa ngomong kasar juga, lo munafik Alisha!" Ucap Seanna sambil menyeringai, tetapi seringaian itu pun lenyap saat mendengar tawa Isha.
Iya! Kalian ga salah baca ko, yang menculik dan mungkin akan menyiksa Seanna adalah Isha. Topeng yang selalu Isha pakai akhirnya retak, dan kini topeng itu terbuka didepan calon mayat seperti Seanna.
"Astaga Seanna... Seanna, harusnya lo sadar sekarang posisi lo gimana? Oke, biar gue perjelas. Disini gue bebas and lo yang terikat, jadi artinya apa? Yap! Lo yang bakal mati atau cacat mungkin." Ucap Isha sambil memutari tubuh Seanna. Sedangkan gadis yang di ikat memakai rantai tersebut hanya diam tak bergeming.
"Jadi, bagian mana yang harus gue lukain? Ah! Maaf, gue salah. Yang bener itu... Bagian tubuh mana yang harus gue potong? Hahhaaha." Ucap Isha dengan tawa yang menurut Seanna sangat menyeramkan, tak lama Isha pun membawa sepaket belati, alat jahit, lalu senjata tajam yang lain.
"L-lo mau apa? J-jangan macem-came anj*ng!" Ucap Seanna yang mulai ketakutan melihat Katana yang bisa ia perkirakan baru dibeli tersebut.
"Hadehh, gue kira lo paham. Ternyata bodoh, jadi gini... GUE MAU LAKUIN INI SAMA LO!" Teriak Isha tiba-tiba lalu ia pun mulai memotong kaki Seanna sebatas lutut.
"ARRGHHH LO GILA ISHA!" Umpat Seanna ditengah rasa sakitnya.
"Lo bilang gue apa? Gila? GILA MANA SAMA LO YANG UDAH BIKIN SAHABAT GUE BUTA DAN LUMPUH, HAH?! LO YANG GILA! LO YANG GAK PUNYA HATI, SEANNA! BUKAN GUE!" Ucap Isha sambil terus memotong kaki yang hanya paha tersebut. Ia mencincang kaki itu sampai sekecil mungkin, lalu ia menggiling daging-daging kecil itu hingga teksturnya menjadi seperti bubur.
Isha pun membuka paksa mulut Seanna, dan mulai memasukan gilingan daging kaki gadis itu sendiri.
"MAKAN! LO HARUS RASAIN HAL YANG LEBIH MENYAKITKAN SEANNA!" Ucap Isha didepan wajah Seanna, gadis itu sudah pucat karena menelan dagingnya sendiri.
"A-ampun, g-gue ngaku salah. G-gue minta maaf." Ucap Seanna dengan nada lemah, ia sudah sangat lemah karena sudah kehabisan darah.
"Lho, ko muka lo pucet? Oh astaga! Gue lupa, kaki lo kan ngeluarin darah ya. Mau gue obatin nggak?" Tawar Isha dengan raut khawatir yang dibuat-buat.
Sedangkan Seanna, ia hanya menampilkan wajah penuh lega lalu setelahnya menganggukan kepalanya dengan lemah. Tapi memang ekspetasi tak sesuai realita, bukan?
Bukannya mendapatkan pertolongan dan pengampunan, ia malah mendapatkan kesakitan yang sangat menyiksa. Kaki yang tinggal setengah paha itu dicelupkan kedalam minyak panas yang diam-diam Isha siapkan. Jelas saja jeritan milik Seanna terdengar sampai luar ruangan tersebut.
"Mampuskan lo, kaki lo gue buat jadi kaki goreng." Ucap Isha santai sembari mendudukan diri dikursi yang empuk, anak buahnya yang menyiapkan kursi itu karena mereka takut Isha lelah katanya. Sangat pengertian, bukan?
"PANAS! ARRGHHH! B-BERANTI GUE MOHON... HIKS... PANAS!" Ucap Seanna, membuat Isha tergelak dikursinya.
"Serius deh teriakan lo itu kek lagi diazab tau ga? Tapi karena mood gue bagus gegara liat lo kesiksa gitu, yaudah deh lanjut besok lagi. Tapi inget siksaan lo belum berakhir, Seanna!" Ucap Isha lalu keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan Seanna yang terus merangung meminta dilepaskan.
"Jangan biarkan dia kabur! Dan bawa lagi tu wajan terus buang, terserah kemana pun asal jangan sampe ada di dapur markas, paham?!" Ucap Isha sambil menatap dua orang pria kekar yang sempat ia temui tadi dengan memicingkan matanya.
Sontak saja dua pria kekar itu langsung menganggukan kepalanya dengan cepat, lalu mulai melaksanakan tugas yang diberikan oleh bos mereka.
'Inget Seanna ini baru awal, tunggu hidangan penutup yang bakal gue kasih ke lo. Bye calon mayat!' Batin Isha dengan seringai dibibir mungilnya, lalu ia pun pergi dari sana meninggalkan Seanna seorang diri didalam sel yang gelap, pengap dan bau darah yang menyengat. Anggap saja itu siksaan kecil dari Isha karena Seanna berani mengusik sahabat cantiknya.
BERSAMBUNG...
Hai, kakak" yang cantik dan tampan! Apa kabar?
Oh iya! Sagi mohon maaf kalau part ini kurang greget karena Sagi ga tau harus nyiksa si Seanna kaya gimana. Mungkin lain kali bakal Sagi pikirin lagi cara apa yang pantes buat nyiksa Seanna.
Yaudah, segitu dulu dari Sagi semoga kalian suka ya.
See u, kakak" yang lucu~
KAMU SEDANG MEMBACA
Natya's Second Life [ END ]
Fantasía[ Transmigration Series #1 ] Bercerita tentang seorang gadis yang ber-transmigrasi ke raga seorang figuran cantik yang namanya saja tidak pernah disebutkan dalam novel. Bingung? Sudah pasti, siapa yang tidak bingung saat ia seharusnya sudah mati...