37 ( 서른 일곱 )

5.2K 440 3
                                    

SELAMAT DATANG
&
SELAMAT MEMBACA
________________________

Keadaan dikediaman Demelza tampak sangat sepi karena seluruh penghuni kediaman tersebut sedang beristirahat.

Pasukan berpakaian hitam lengkap sudah mengepung seluruh sisi kediaman, pasukan yang dipimpin langsung oleh Jack dan satu pemuda yang wajahnya tertutup oleh topeng.

"5 menit lagi, apakah anggota wanita yang diminta Eri untuk menyamar sudah siap?" Ucap pemuda bertopeng itu terhadap Jack.

"Sudah, kapten. Wanita itu sudah masuk ke kamar milik Nona Queen dengan memakai penyamaran." Ucap Jack sembari menatap serius pemuda didepannya itu.

"Kerja bagus, sebentar lagi permainan akan segera dimulai." Seringaian tak dapat disembunyikan lagi oleh pemuda bertopeng itu.

"Jack, suruh pasukan pertama untuk melumpuhkan para penjaga di gerbang utama. Lalu untuk pasukan kedua, titah mereka untuk melaksanakan rencana penyerangan itu." Ucap si pemuda sembari menatap dingin kearah Kediaman Demelza.

Jack mengganggukan kepalanya, lalu menitah kedua pasukan itu untuk bersiap melaksanakan perintah dari Kapten mereka.

_______________________

Sedangkan didalam Kediaman sangat gelap gulita, semuanya telah tertidur pulas kecuali dua orang. Siapa lagi kalau bikan Reza dan Rezi, kedua pemuda itu sudah berjaga sedari tadi.

"Apakah menurutmu Sherianne tak akan membalas dendam untuk manusia lemah itu?" Ucap Rezi sembari memainkan game didalam kamar milik Reza.

Sedangkan sipemilik kamar sedang mengecek proposal keuangan perusahaan. Dengan kacamata yang bertengger indah di hidung mancungnya.

"Menurut otak lamban mu saja, bagaimana?" Tanya Reza kembali membuat Rezi merengut sebal.

"Menurutku tidak, karena Sherianne saja tak begitu mengenal si lemah itu. Jadi bagaimana adik menggemaskan ku akan membalas dendamnya, sangat mustahil!" Ucap Rezi dengan mata yang kembali fokus ke permainan gamenya, sedangkan Reza hanya diam tanpa menjawab.

Reza terlihat fokus dengan pendengaran serta getar tempatnya berpijak. Insting pemuda itu sangat kuat, secara tiba-tiba Reza menaruh kasar proposal yang ia pegang dan beralih memegang sebuah senjata api yang selalu ia simpan si lanci meja belajarnya.

"Rezi! Bersiap, akan ada penyerangan malam ini. Lindungi kamar Sherianne sekarang!" Ucap Reza sembari menatap serius kembarannya.

"Hahh~~ Baiklah..." Ucap Rezi malas, lalu ia mengambil sebuah Katana yang sangat tajam milik Reza. Sebenarnya itu koleksi milik Reza, tetapi malam ini Rezi akan meminjamnya sebentar.

Keduanya keluar kamar dengan hati-hati. Reza melihat situasi dalam kediaman, dirasa aman pemuda itu berbelik badan. Baru saja ia melangkahkan kakinya, sebuah peluru tiba-tiba melesat melewati pemuda tampan tersebut.

Reza berbalik badan dengan rahang mengeras penuh emosi, ditatapnya pelaku penembakan peluru tadi dengan pandangan datar nan dinginnya. Bibir pemuda tampan itu menyeringai, sebelah tangannya menyugar rambut nya yang sudah sedikit memanjang itu.

"Ternyata ada seorang pengkhianat ya, lucu sekali." Ucap Reza sembari tertawa sinis. Lalu pemuda itu secara tiba-tiba menembakan dua peluru miliknya kearah si 'pengkhianat' bertopeng itu dengan brutal.

"Astaga, ternyata aku menemukan seorang pembunuh disini." Ucap pemuda bertopeng itu dengan nada main-main nya.

"Apa? Pembunuh? Bukankah aku sangat baik mengembalikan permata keluarga ini. Jadi, letak kata pembunuh itu ada dimana?" Ucap Reza sembari menatap polos si pemuda bertopeng yang beberapa langkah didepannya itu.

"Mengorbankan seseorang demi sebuah jiwa yang sudah bertahun-tahun lamanya tiada? Kalian sangat gila!" Ucap pemuda bertopeng itu dengan nada suara yang sangat tenang. Ia tak noleh terpancing emosi, karena seluruh rencana yang sudah disusun rapih oleh Sherianne tak boleh gagal sedikit pun. 

"Sebuah jiwa? Jiwa yang kau maksud adalah permata kami! Permata satu-satunya keluarga Demelza!" Sentak Reza lalu menekan pelatuk senjata apinya, membuat sebuah peluru berhasil tertanam dilengan kiri lawannya.

DORR!! 

Reza menyeringai keji, pemuda itu bersiap memuntahkan sebuah peluru kembali dari senjatanya. Tapi terlambat orang bertopeng itu lebih dulu menembakan pelurunya kearah perut bagian kanan milik Reza. Membuat pemuda tampan itu jatuh berlutut sembari memegangi perut bagian kanannya. 

"Kau kalah, Tuan Muda." Ejek pemuda bertopeng tersebut sembari mengarahkan senjata apinya kearah pelipis Reza. 

"Tapi sepertinya kau salah bajing*an." Lirih Reza sembari menatap kearah belakang lawannya. 

Pemuda bertopeng itu menggernyit bingung, lalu menoleh. Matanya membola saat melihat seorang gadis mengarahkan senjata api kearahnya.

DORR!! 

"Kau lah yang kalah, pengecut!" Ucap gadis itu lalu menembak lengan kanan si pemuda bertopeng itu. Membuat senjata yang dipegang oleh pemuda bertopeng itu jatuh. 

"S-sialan!" Umpat pemuda bertopeng itu sembari menahan rasa sakit dilengannya. 

"Astaga, pujian yang bagus. Terima kasih~" Ucap gadis itu sembari menggenggam kedua tangannya seakan-akan merasa tersanjung karena ucapan pemuda itu. 

DORR!! 

BRUKK!! 

Suara tembakan terdengar kembali lalu beberapa detik kemudian tubuh gadis yang sudah menembak pemuda bertopeng itu. gadis itu terjatuh dengan luka tembak dibagian belakang kepalanya. 

"Hai... Kalian merindukan aku?"

"SHERIANNE?!"

"SHAQUEENA?!" 

Ucapan penuh nada terkejut itu terdengar berbarengan, membuat Sherianne yang mendengarnya merasa lucu. 

"Oh hai abang ku tersayang~" Sapa Sherianne lalu kembali membidik kearah Reza. 

"Bagaimana kalau aku memberimu sedikit hadiah? Kepala? Jantung? Atau... Perut?" Ucap Sherianne dengan nada main-mainnya. Reza hanya memandangi adiknya dengan tatapan marah dan kecewa. 

"Astaga, kenapa abang natap gue kaya gitu? Jangan natap gue atau abang kesayangan gue ini bakal wuusshh... Pergi menemui Tuhan." Ucap Sherianne sembari memegang dagu milik Reza.

"Penghianat!" Desis Reza sembari menatap tajam Sherianne. 

"Lebih hina mana aku yang berhianat atau kau dan seluruh keluarga mu yang keji itu! Kalian yang membunuh saudara kembarku, kalian sangat menjijikan! Bahkan aku sangat membenci darah yang mengalir deras dinadi ku. Tapi sepertinya aku harus bersyukur, karena kebodohan kalian. Aku bisa mengetahui alasan kematian saudara kembarku dan membalaskan dendamnya kepada kalian!" Ucap Sherianne dengan tatapan mata penuh benci. 

"jadi, silahkan ucapkan selamat tinggal." Sambung Sherianne lalu ia pun melepaskan pelurunya untuk segara bersarang di dalam kepala sang kakak kandung, Reza.

DORR!! 

Tubuh Reza ambruk dibawah kaki Sherianne, darahnya mengalir membuat lantai marmer diruang tamu itu diwarnai oleh merahnya darah. Tinggal tersisa satu orang lagi dan hama paling besar akan segera ia habisi tak lama lagi. 




 NEXT... 

Natya's Second Life [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang