13 ( 열셋 )

23.5K 2K 81
                                    


Jessna terus berusaha menghentikan pendarahan di kepala sahabatnya dibantu oleh Isha. Tangan kedua gadis itu bergetar karena sudah dipenuhi oleh darah kental dan pekat. Mereka menangis sembari menunggu kedatangan mobil ambulance yang tak kunjung datang. Waktu terasa sangat lambat mereka rasakan.

Tak lama datanglah Alfa dkk dengan muka yang penuh ke khawatiran. Apalagi si kembar, mereka sudah sangat pucat melihat keadaan sang adik yang bermandikan darah.

"SHASA!/ADEK!" Teriak keenam pemuda tersebut sembari menghampiri kedua gadis yang sedang menangis sembari menahan laju darah yang terus mengalir.

Tapi langkah keenam pemuda itu terhenti karena sosok yang menyebabkan Shasa seperti ini. Gadis itu Seanna, yang tidak tahu malunya malah tersenyum gembira saat melihat kedatangan keenam Most Wanted.

"Alfa, Barra, Ady, Atha, Reza, sama Rezi ngapain kesini? Pasti kalian mau ketemu sama aku kan? Alfa bisa tolong singkirin jal*ng itu ga? Dia ngerusak suasana. Tenang aku udah dorong dia dari tangga, soalnya dia sok banget ngelawan aku ehh sekarang kena batunya kan." Ucap Seanna enteng membuat raut tak sedap muncul diwajah keenam pemuda tampan tersebut.

PLAKK!!!

Suara tamparan itu membuat semua orang disana terperangah, bukan! Bukan soal siapa yang ditampar tetapi siapa yang menampar. Isha, gadis polos nan lemah lembut itu yang sudah menampar pipi Seanna. Amarah gadis itu sudah sangat tersulut karena perbuatan dan perkataan dari mulut jahat Seanna.

"KAMU! KAMU ORANG TERJAHAT YANG PERNAH AKU TEMUIN! DAN GARA-GARA KAMU DORONG SAHABAT AKU DARI TANGGA DIA HARUS TERLUKA HEBAT KAYA GITU! KAMU PUNYA OTAK GA SIH?! KALAU SAMPE TERJADI SESUATU SAMA SHASA, ORANG PERTAMA YANG AKAN AKU HANCURIN ITU KAMU, SEANNA! CAMKAN ITU!" Bentak Isha dengan tatapan mata yang penuh peringatan, membuat semua orang bertambah terperangah. Termasuk Seanna yang kini sudah terduduk sembari memegang pipinya yang terasa sakit serta panas karena tamparan tak main-main tersebut.

"Kalian, bawa Shasa kerumah sakit. Biar Isha yang urus manusia yang ga punya hati ini." Ucapan dingin Isha membuat semua orang disana langsung menurutin perintah gadis lugu yang sekarang telah berubah menjadi amat menyeramkan karena amarah didalam dirinya.

Mereka bertujuh (Jessna & Alfa dkk) langsung membawa Shasa ke Rumah Sakit terdekat. Menyisakan Isha dan Seanna disana.

"Kamu bakalan dapet balesan atas semua ini, Seanna! Darah harus dibalas dengan darah." Ucap Isha lalu menjambak rambut Seanna dan mulai berjalan meninggalkan area sekolah untuk menuju suatu tempat yang hanya gadis lugu itu tau.

Seanna, gadis itu meronta meminta untuk melepaskan jambakan yang sangat kuat ini, bahkan gadis itu merasa bahwa kulit kepalanya akan terkelupas karena jambakan yang tak main-main itu.

'Kamu salah kalau anggap aku gadis lemah, Seanna. Dan dengan tindakan bodohmu barusan sudah membangunkan jiwa iblis yang telah tertidur cukup lama ini!' Batin Isha yang sedang menyeret tubuh Seanna dengan cara menjambak kuat rambut gadis bodoh tersebut dengan muka datar nan dingin miliknya.

✂------------------------------------------

Dilain sisi, kini mereka bertujuh sudah sampai di Rumah Sakit dan membuat Shasa mendapatkan pertolongan dari tenaga medis, dan kini mereka sedang menunggu informasi dari dokter tentang keadaan Shasa.

"Reza, Rezi... Ma-maafin gue yang ga bisa jaga Shasa, gue bodoh hiks... Jaga sahabat gue sendiri aja ga bisa... Hiks..." Ucap Jessna sambil terduduk didepan kaki Reza dan Rezi, sontak saja si kembar dibuat terkejut dan langsung membantu Jessna untuk berdiri.

"Lo gausah nyalahin diri lo sendiri, Jess. Ini udah takdir adek gue, gue cuma mohon sama lo buat do'a-in dia. Biar adek gue ga kenapa-kenapa." Ucap Reza sambil menepuk bahu gadis bermata Hazel tersebut.

Sedangkan Rezi, ia kembali termenung sambil menatap kosong kearah pintu ruang IGD. Ia merasa telah gagal menjadi kakak bagi Shasa, ia merasa kalau saja ia menjaga atau mengikuti adiknya dari jauh pasti hal seperti ini takkan terjadi.

Tanpa sadar air mata pemuda itu luruh, ia menangis dalam diam sambil terus mengucapkan kata maaf kepada Shasa dan kedua orang tuanya didalam hati.

'Mom, Dad. Maafin Rezi yang ga becus jaga Shasa, harusnya Rezi bisa jagain dan bahagiain Shasa seperti yang mommy dan Daddy pesan ke Rezi. Harusnya Rezi terus ada disamping Shasa biar hal ini ga terjadi! Maafin Rezi Mom, Dad... Rezi bodoh, Rezi bahkan ga pantes disebut abang! Maaf... Maafin Rezi.' Batin pemuda jangkung itu yang kini terus menyalahkan dirinya sendiri.

Mereka bertujuh terus melantunkan do'a mereka didalam hati, berharap Shasa bisa selamat dan tak mengalami hal-hal buruk.

Beberapa saat kemudian, dokter pun keluar dari dalam ruang IGD dengan wajah penuh rasa sesal. Membuat Jessna dan Alfa dkk terutama Rezi, merasakan akan ada hal buruk yang akan terjadi.

"Keluarga pasien?" Tanya dokter tersebut, membuat pemuda kembar itu pun maju.

"Kami kakaknya, dok." Ucap mereka berbarengan.

"Baiklah, saya ingin menyampaikan bahwa kondisi pasien saat ini dalam masa yang cukup memprihatinkan, karena adanya cedera dan keretakan di bagian kepala dan kedua kaki serta tulang ekornya. Ditambah pendarahan yang hebat dikepala membuat pasien kehilangan banyak darah, beruntung pihak rumah sakit mekiliki stok darah yang dibutuhkan." Ucap dokter tersebut memberi jeda.

"Lalu bagaimana keadaaan adik saya, dok? Adik saya tidak mengalami cedera parah kan?" Ucap Reza dengan nada tenang.

"Maaf, karena cedera dikepala pasien sangat fatal, membuat beberapa syaraf diotak terganggu ada kemungkinan pasien akan mengalami kebutaan entah itu permanen atau tidak kami belum bisa memastikan secara menyeluruh. Dan untuk cedera di kaki, dengan berat hati kami menyatakan bahwa pasien mengalami ke lumpuhan." Ucap Dokter tersebut bagaikan sambaran petir untuk si kembar dan lima orang lainnya.

"L-lumpuh?" Ucap Reza dan Rezi berbarengan. Dokter itu pun menganggukan.

"Benar, setelah kami memeriksa lebih lanjut bagian tulang ekor pasien mengalami keretakan, lalu ditambah dengan cedera yang dialami pasien membuat ia harus mengalami kelumpuhan, tetapi permanen atau tidaknya akan kamu lakukan pemeriksaan kembali untuk memastikan hal tersebut lebih lanjut. Hanya itu yang bisa saya sampaikan terkait dengan kondisi pasien kini. Saya permisi untuk memeriksa pasien lainnya. Mari nona dan tuan-tuan." Setelah mengatakan hal yang cukup membuat hati mereka yang terasa tercabik-cabik.

Dokter pun pamit untuk memeriksa pasiennya yang lain, meninggalkan ketujuh remaja yang kini masih mematung dengan tatapan kosong mereka.

BERSAMBUNG...

Natya's Second Life [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang