-23- Syukuran

1.5K 258 17
                                    

Gila, gue liat di part 22 vote ga sampe 190, padahal part lain bisa nembus 260
Ini pada jadi silent reader apa gimana? Bingung gue

---

Pagi ini, Andin dilanda morning sickness karena menghirup aroma nasi. Seperti awal kehamilannya 4 tahun lalu, tetapi ini lebih parah. Wanita itu bisa mual hingga lemas dan terkulai di atas ranjang. Dia hanya bisa merasakannya sendirian karena hari ini sang suami berangkat sedikit lebih pagi.

Arthur, pria kecil itu hendak berpamitan sebelum berangkat sekolah. Karena tidak bertemu dengan sang Mama, dia mencari dan ternyata menemukan wanita itu di kamar.

"Mamaa" ucap Arthur membuka pintu kamar.

Andin yang terkulai lemas berusaha terlihat kuat di depan Arthur. "Hai sayangg" ucap Andin.

"Abang mau berangkat Ma, hari ini abang dianter Oma, Uncle Roy, Aunty Aura, sama Ashera" ucap Arthur.

"Mama sebenernya mau nganter abang tapi Mama ga enak badan-" ucapan Andin terpotong begitu dia merasa kembali mual. Wanita itu bergegas ke kamar mandi untuk mengeluarkan seluruh isi perutnya.

"Ma! Mama gapapa kan Ma?" tanya Arthur dari luar kamar mandi.

Sekitar dua menit Andin berada di kamar mandi. Begitu keluar, dirinya kembali merasakan lemas. Wanita itu kembali berbaring di ranjang.

Arthur yang semula hendak berangkat sekolah pun jadi pundung karena melihat Andin yang mual-mual.

"Ma, Mama sakit ya? Abang gausah sekolah ya, abang kasian sama Mama kalau Mama sendirian di rumah" ucap pria kecil itu.

"Enggak sayang, ini karena Mama lagi hamil jadi mama mual-mual. Abang sekolah aja, Mama di rumah ada Miss Kiki kok" jelas Andin sedikit pelan. Rasanya tubuhnya masih lemas.

"Mama gini karna Mama hamil? Berarti ini salah abang ya karna abang mau punya adek bayi" tanya Arthur.

Andin sontak menggeleng. "Engga dong, bukan salah siapa-siapa. Udah biasa sayang, waktu dulu Mama hamil abang juga Mama mual-mual. Jadi gapapa" ucapnya.

Arthur mengangguk kecil. "Trus kalau adeknya udah mau keluar? Mama sakit ngga?" tanyanya lagi.

Sang Mama mengangguk kecil. "Sakit, tapi nanti sakitnya hilang kalau adeknya abang udah keluar" jawab Andin.

"Sakit banget apa sakit sedikit?" tanya Arthur.

Memang, anak seusia Arthur masih masa-masanya penasaran akan suatu hal. Semua hal akan ditanyakan oleh pria kecil ini.

"Iya sakit banget, sedikit" ucap Andin. Wanita itu tidak bisa berbohong. Rasa sakit melahirkan memang sangat sakit. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Arthur mendekati Andin dan mencium pipi wanita itu. "Mama hamilnya ini terakhir ya Ma, abang kasian liat Mama mual, kesakitan nanti" ucap pria kecil itu.

Sungguh manis perlakuan Arthur kepada Andin. Memang seperti yang dikatakan orang orang, kalau anak laki-laki lebih dekat dan peka dengan perasaan ibunya.

"Gapapa kok sayang, Mama justru seneng bisa hamil" ucap Andin.

"Enggak! Ga boleh, ini terakhir ya Ma.. Abang kasian kalau liat mama sakit kayak gini" ucap Arthur.

Mendengar ucapan putra pertamanya itu, Andin sepertinya harus mengalah. "Iyaa abang.. Sweet banget sih kamuu, ajaran siapa sweet gini ke Mama?" tanya Andin.

"Kan kata Papa, kita harus menjaga cewek kayak Mama, Oma" ucap Arthur.

Andin mengangguk. Ajaran Aldebaran memang dijadikan contoh yang benar bagi Arthur. Sungguh dirinya bangga kepada sang suami.

FOREVER 2 : ALADIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang