-5- Maaf

2.3K 299 11
                                    

Fun fact guys : tombol bintang di bawah merupakan tombol vote

"Yaudah Ma, aku ke kamar dulu ya, udah garuk-garuk ini anak" ucap Andin berpamitan kepada Mama mertuanya.

Tanda-tanda bayi mengantuk salah satunya adalah menggaruk-garuk kepalanya.

Mama Rossa mengangguk, "Iya sayang, udah ngantuk ya Arthur, have a nice sleep ya dear" ucapnya.

Andin melambai-lambaikan tangan Arthur ke arah Mama Rossa, "Thankyou Omaa" ucap wanita itu.

Wanita itu membawa Arthur ke kamarnya. Gemas sekali melihat ibu dan anak itu. Setibanya di kamar, betapa terkejutnya Andin saat melihat sang suami sudah terlelap dibalik selimut.

"Loh, Papa udah tidur nak" ucap Andin kepada bayinya.

Tak biasanya Aldebaran tidak berpamitan sebelum tidur. Semenjak pulang, dia juga belum menyapa Arthur. Aneh sekali.

"Ngga biasanya Mas Al gini"

Andin duduk di sebelah sang suami lalu menyusui bayi kecil tampan itu seraya menepuk pantatnya pelan supaya cepat tertidur.

Beberapa menit berlalu, Arthur sudah tertidur dan melepaskan benda yang menjadi kekuasaannya saat siang hari dan menjadi kekuasaan Aldebaran saat malam hari.

Andin meletakkan Arthur kembali ke dalam box bayinya dengan sangat perlahan takut terbangun. Barulah setelah itu Andin membersihkan dirinya dan segera tidur di sebelah Aldebaran yang membelakanginya dengan menghadap ke kanan.

===

Pagi hari yang cerah, Andin baru saja terbangun usai cahaya mentari masuk melalui celah-celah kecil di kamarnya. "Jam berapa ya?" tanya wanita itu mengucek kedua matanya. Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi.

Wanita dengan piyama berwarna ungu itu melirik ke samping. Dia sangat terkejut. Tak ada Aldebaran disana. Kemana pria itu pergi?

Andin segera bangun dan duduk terlebih dahulu. "Ini Mas Al mana ya, kok ngga ada?" tanyanya.

Dia lalu bangkit dan mencari sang suami di kamar mandi. Namun usahanya sia-sia. Dia pun tak menemukan Al disana.

Tanpa pikir panjang wanita itu mencari Aldebaran keluar kamar, barangkali Aldebaran sedang sarapan sebelum berangkat ke kantor. Setibanya di meja makan, tak ada siapapun disana. Kiki sang ART pun tak ada disana.

Kemana semua orang pergi? Itu pertanyaan yang muncul begitu Andin tak melihat orang-orang rumah pagi itu.

Saat hendak kembali ke kamar, Andin ingat dia belum ke ruang tengah ataupun ruang tamu. Barangkali disana ada Aldebaran. Dia berjalan ke ruang tengah, nihil, tak ada pria itu. Namun ada kedua mertua serta Roy disana.

Andin pun berhenti, "Mah, Pah, Mas Al mana ya? Kok ga keliatan?" tanyanya.

Mama Rossa menoleh usai menatap layar ponsel miliknya, "Al udah berangkat tadi, jam setengah 7" jawab sang Mama santai.

Sudah berangkat? Mengapa pria itu tak mengabari Andin istrinya? Dia malah pergi begitu saja. Aneh.

Papa Hartawan pun tergerak untuk menimpali obrolan Andin dan istrinya, "Emangnya Al ngga pamitan sama kamu nak?" tanya pria itu.

Andin menggeleng. Aldebaran sama sekali tak mengabari sang istri kalau dia berangkat tadi. Membangunkan saja tidak.

Roy yang tengah bermain game pun bertanya-tanya, "Suami macem apa Al itu? Berangkat ngga pamit sama istri, minta doa restu istri" ucapnya dengan mata masih fokus ke layar biru ponsel.

FOREVER 2 : ALADIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang