Hari yang cerah kembali tiba. Suara burung terdengar merdu bersahutan dengan tangis bayi bernama Athar di dalam kamar. Aldebaran yang semula sibuk bercermin lalu mendekati bayinya. Pria itu kemudian menggendong Athar.
"Adek, hei, kenapa nangis, nak?" tanya Aldebaran.
Dimana Andin?
Wanita itu tengah berada di kamar mandi. Mendengar suara tangis Athar, dia segera keluar dari sana.
"Kenapa, Mas?" tanyanya. Dia berjalan mendekati sang suami.
"Haus mungkin dia, Ndin" ucap Aldebaran.
Andin hanya mengangguk pelan. Dia mengambil Athar dari gendongan sang suami. Wanita itu lalu duduk di ranjang untuk memberikan Athar ASI.
Namun, Athar sama sekali tidak mau menyesap ASI tersebut. Dia terus menangis.
Disaat bersamaan, Arthur mengetuk pintu kamar pasangan suami istri itu. "Papa, mama" ucapnya dari luar.
Aldebaran yang menyadarinya segera menyuruh anak laki-lakinya masuk ke kamar. "Masuk aja, Bang" ucapnya.
Arthur membuka pintu itu perlahan dan masuk ke kamar. "Loh, adek kenapa nangis, Ma?" tanya pria kecil itu saat mendengar suara tangis sang adik.
"Engga tau mama juga. Dari kemaren adek rewel" ucap Andin.
Arthur pun berjalan mendekati sang mama. Dia mengelus-elus kepala Athar. "Adek nggak boleh nangis, ya. Nggak boleh bikin mama pusing, ya" ucapnya lalu mencium kepala bayi itu.
"Abang udah mau berangkat, ya?" tanya Andin.
"Iya, Ma. Makanya, abang mau salim sama mama" ucap Arthur.
"Mama sebenernya pengen nganterin abang. Tapi, adek lagi rewel" ucap Andin. Akhirnya dia berhasil menenangkan Athar. Kini bayi itu sudah mau menyesap sumber nutrisinya.
Arthur tersenyum. "It's ok, Ma. Abang hari ini juga pulang cepet" ucapnya.
"Pulang cepet kenapa, nak?" tanya Aldebaran yang sibuk dengan ponselnya. Pria itu duduk di sofa yang berada tak jauh dari tempat tidur.
"Katanya, sih, bu guru sama pak guru mau rapat buat lomba tujuh belas Agustus, Pa" ucap Arthur.
"Jadi, pulangnya jam berapa, sayang?" tanya Andin.
Arthur memutar bola matanya. Berusaha mengingat-ngingat jam berapa dia pulang sekolah. "Jam sembilan, Ma" ucapnya.
"Owh, jam sembilan, ya. Tanya papa bisa jemput nggak" ucap Andin.
"Papa bisa jemput, nggak, Pa?" tanya Arthur.
Aldebaran sepertinya tidak mendengar percakapan antara anak dan istrinya. Pria itu sibuk dengan ponsel di genggamannya.
Andin menggeleng kecil melihat sikap sang suami. "Mas Al" ucapnya memanggil nama suaminya.
"Eh, iya, kenapa?" tanya Aldebaran.
"Papa bisa jemput abang engga?" tanya Arthur.
"Arthur pulang jam sembilan, Mas. Kalau kamu sibuk, ngga bisa jemput, biar aku aja yang jemput sama sopir" ucap Andin.
Aldebaran seketika memerhatikan jam tangannya. "Jam sembilan, ya? Kayaknya, kamu aja yang jemput, deh, Ndin" ucapnya.
"Kamu ngga bisa, ya?" tanya Andin.
Sang suami menggeleng. "Ada meeting di kantor, jam setengah sembilan" ucapnya.
"Yaudah, nanti pulang sama mama, ya, Bang" ucap Andin.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER 2 : ALADIN [END]
Historia CortaLanjutan dari FOREVER : ALADIN Kisah rumah tangga Aldebaran Putra Alfahri dan Andini Putri Lesmana. *CERITA TIDAK DIDASARI OLEH KONFLIK *KONFLIK RINGAN Nomor 2 #andini 2 Februari 2022 Nomor 2 #surya 30 April 2022 Nomor 1 #surya 7 Mei 2022 Nomor 2...