-35- Wawancara

1.8K 247 23
                                    

Aldebaran kembali usai membelikan makan malam untuk putra sulungnya. Pria itu segera duduk di sebelah Arthur yang mulai menikmati ayam goreng itu. "Mau Papa suapin?" tanya Aldebaran.

Arthur sontak menggeleng. "Nggak, abang makan sendiri aja, Pa" ucapnya menolak.

Pria itu mengelus kepala Arthur. Di usianya yang baru akan menginjak enam tahun, Arthur sudah sangat dewasa. Tak ingin merepotkan Aldebaran untuk menyuapinya makan.

Tak lama, perawat datang dengan membawakan makan malam untuk Andin.

"Malam, Bu. Ini makan malamnya" ucap perawat. Sebenarnya sudah dari tadi Dokter Meriska menawarkan agar makan malamnya segera di antar. Tetapi, Andin meminta untuk diantarkan saat hari sudah malam.

Andin mengangguk. "Makasih, Sus" ucapnya. Perawat itu lalu keluar usai mengantarkan makan malam Andin. Aldebaran dengan sigap mendekat ke ranjang putih itu. "Suapin, kan?" tanya sang suami.

Sang istri menatap sorot mata Aldebaran tajam. Lalu, wanita itu tersenyum. "Tau aja, sih, Mas"

Pria itu mulai membukakan makanan yang tertutup rapat oleh plastik bening. Andin menoleh ke arah Arthur yang masih fokus makan. "Enak, ya, ayam gorengnya, bang?" tanya wanita itu.

"Iya, Ma. Enak" ucap Arthur seraya tersenyum dengan memperlihatkan gigi-gigi kecilnya.

Aldebaran mulai menyuapi sang istri. Wanita itu menikmati suapan demi suapan makanan rumah sakit.

"Abang selesai, Pa" ucap Arthur. Pria kecil itu berhasil menghabiskan seporsi ayam goreng dengan nasi. "Alhamdulillah" ucap Al.

"Alhamdulillah" balas Arthur lalu turun dari sofa dan menuju kamar mandi untuk mencuci kedua tangannya.

Al masih menyuapi Andin makan malam. Tiba-tiba, Athar, bayi kecil itu terbangun dan batuk-batuk kecil. Aldebaran yang mendengarnya refleks meletakkan piring makanan itu di atas meja lalu mendekati box bayi.

"Adudu, adek Athar kenapa?" tanya Aldebaran mulai menggendong bayi itu dan menenangkannya. "Sini, Mas, sama aku aja" pinta Andin.

Aldebaran menatap Andin lama. Lalu senyuman muncul di ujung bibirnya. "Gausah, kamu makan aja. Biar sama saya"

Istri Aldebaran hanya tersenyum melihat perhatian sang suami kepadanya. Wanita itu lalu melanjutkan makan yang sempat terhenti. Sementara Aldebaran, pria itu duduk di sofa sambil memangku Athar.

Sang kakak, Arthur usai mencuci tangannya, lalu juga mendekati Aldebaran di sofa itu. "Adek kenapa, Pa?" tanya buah hati Aldebaran.

"Adek kebangun tadi" jawab Aldebaran.

Putra sulung Aldebaran mulai menepuk pelan bedong putih Athar untuk menenangkan sang adik. "Bobo, ya, dek" ucapnya.

Aldebaran juga mulai mengelus-elus penutup kepala Athar. Kerja sama yang baik untuk menidurkan bayi kecil itu.

Andin memerhatikan ketiga pria yang sangat dicintainya itu dalam waktu bersamaan. Wanita itu berharap, Arthur dan Athar bisa saling menyayangi walaupun terpaut usia yang lumayan jauh.

---

Pagi ini, Dokter Meriska dan rekannya Dokter Cindy yang merupakan dokter anak datang untuk memeriksa kondisi Andin dan Athar. Usai pemeriksaan, Dokter Meriska terseyum.

"Dilihat dari kondisi Bu Andin yang mulai sehat kembali, dan juga kata Dokter Cindy, kondisi Athar yang juga sangat baik. Hari ini, Bu Andin bisa pulang. Hanya tinggal pemulihan di rumah. Apalagi persalinan normal biasanya pemulihannya juga cepat" jelas Dokter Meriska Sp.OG.

Wanita itu tersenyum. Sang suami lalu berucap syukur. "Alhamdulillah"

"Pokoknya Bu Andin harus makan makanan yang sehat, jangan yang berminyak, ya, Bu. Supaya ASI nya lancar" ucap Dokter Cindy menimpali ucapan rekannya.

FOREVER 2 : ALADIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang