Sinar matahari mulai memasuki sudut-sudut rumah besar bak istana milik keluarga Alfahri itu. Sayup-sayup terdengar suara burung yang juga ikut bersemangat menyambut hari.
Di meja makan keluarga Alfahri, Mama Rossa, Papa Hartawan dan keluarga kecil Royano sudah menunggu Aldebaran dan keluarganya untuk sarapan.
Arthur, pria kecil itu berlari dari arah kamarnya untuk menuju meja makan. Kedatangan anak laki-laki itu menimbulkan pertanyaan bagi Mama Rossa.
"Abang, mama sama papanya mana? Kok nggak diajak?" tanya wanita itu.
Anak sulung Aldebaran itu menarik sebuah kursi lalu duduk disana. "Engga tau, oma. Abang dari kamar abang" ucapnya.
"Paling bentar lagi, Ma" ucap Papa Hartawan.
Baru saja selesai berucap, Aldebaran dan Andin tiba. Suami Andin itu berjalan menuju meja makan sambil menggendong putranya, Athar.
"Nah, ini dia" ucap Aura yang sedari jauh sudah melihat pasangan suami istri ini.
"Halo semua" ucap Aldebaran saat tiba di meja makan. Pria itu segera menarik kursi untuk duduk.
"Aduh-aduh, ada si ganteng ini. Kenapa udah nempel sama papa pagi-pagi?" tanya Mama Rossa saat melihat Athar dalam pangkuan Aldebaran.
"Adek mau ikut sarapan juga, oma" ucap Aldebaran.
"Kita nungguin kalian, Al. Kirain nggak sarapan bareng" ucap Papa Hartawan.
Andin yang duduk tak jauh dari Aldebaran itu tersenyum. "Adek lagi rewel, Pa" ucapnya.
"Iya, adek bangun tidur agak rewel. Akhir-akhir ini rewel dia, apalagi pas nyusu, ngga tau kenapa" sambung Aldebaran.
"Athar rewel kalau ada Papa Al, ya?" tanya Roy menggoda Aldebaran. Memang, sudah lama tidak terdengar Roy yang menggoda kakak laki-laki satu-satunya itu.
"Apa, sih, Roy? Nih, buktinya dia mau sama gue" ucap Aldebaran tak terima.
Mama Rossa menatap Aldebaran dengan tatapan tajam dan sedikit melotot. "Udah tua Al, masih mau berantem juga? Ada anak-anak, loh" ucapnya.
"Iya, sayang. Malu, ih, udah tua masih berantem" ucap Aura ikut menenangkan suaminya.
Seperti itulah kegiatan sarapan di pagi hari keluarga Alfahri. Jika tidak ada Roy, seperti ada yang kurang. Karena Roy, lah, suasana menjadi menyenangkan.
---
Setelah sarapan, Aldebaran dan Andin kembali ke kamar. Mereka berdiri tak jauh dari pintu kamar mereka. Aldebaran, pria itu hendak memberikan Athar kepada Andin karena dirinya harus segera berangkat ke kantor. Tak lupa, sebelum ke kantor, Aldebaran ingin mengantarkan putra sulungnya bersekolah.
"Adek sama mama, yuk" ajak Andin sambil mengarahkan tangan ke bayi kecil itu.
Athar hanya memerhatikan Andin. Dia sepertinya masih nyaman bersama Aldebaran. Tanpa pikir panjang, Andin segera mengambil Athar dari gendongan sang suami.
"Papa kerja, ya" ucap Aldebaran lalu mencium pipi Athar, yang kian hari semakin tembam.
"Dadah, papa. Hati-hati, ya, Pa" ucap Andin seolah mewakili Athar yang memerhatikan sang papa dengan wajah sinis.
"Yaudah, kamu hati-hati, ya" ucap Andin. Wanita dengan dress ungu itu mencium tangan sang suami.
Aldebaran mengangguk lalu mencium kening istrinya. "Iya, baik-baik di rumah, ya. Saya berangkat dulu, sekalian nganter abang, assalamu'alaikum" ucapnya lalu keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER 2 : ALADIN [END]
Cerita PendekLanjutan dari FOREVER : ALADIN Kisah rumah tangga Aldebaran Putra Alfahri dan Andini Putri Lesmana. *CERITA TIDAK DIDASARI OLEH KONFLIK *KONFLIK RINGAN Nomor 2 #andini 2 Februari 2022 Nomor 2 #surya 30 April 2022 Nomor 1 #surya 7 Mei 2022 Nomor 2...