-28- Marah

1.9K 249 22
                                    

Di malam yang cerah, kini Aldebaran tengah menemani Arthur di kamarnya. Pria itu berbaring di sebelah putra kesayangannya.

"Abang, besok Papa pulangnya malem, abang jagain Mama ya" ucap Aldebaran. Pria yang mengenakan piyama biru itu akan lembur esok hari.

Arthur mengernyitkan alisnya. "Malemnya sampe jam berapa? Gaboleh lebih dari jam 10 ya" tanyanya.

"Iyaa, insyaAllah yaa" balas Aldebaran.

"Okey deh Paa" balas Arthur.

Tak lama setelah itu, terdengar suara langkah kaki dari luar. Seseorang dengan piyama biru membuka pintu kamar Arthur.

"Maass" ucap wanita itu.

Aldebaran terkejut. Pasalnya Andin sudah tidur tadi karena kelelahan. Tadi siang wanita itu melakukan yoga dan bermain gymball guna melatih untuk bersalin nanti.

"Loh kok bangun Ndin?" tanya Aldebaran.

Andin mendekati anak dan suaminya. Dia mengucek kedua matanya yang masih ngantuk. "Kamu kok ga masuk-masuk ke kamar?" tanyanya.

"Ini baru mau" jawab Al.

"Yaudah abang, Papa sama Mama ke kamar ya, good night abang Arthur" ucap Aldebaran.

Tak lupa Andin juga mengucapkan selamat malam kepada Arthur. "Night abang sayangnya Mama" ucapnya.

"Night Papa Mamaa" balas Arthur.

Aldebaran dan Andin keluar dari kamar Arthur kembali ke kamar mereka. Andin segera duduk di ranjang sambil menyandar headboard.

Tak lama diikuti sang suami yang juga duduk di sebelah wanita itu. Andin justru tidak bisa tidur karena baru saja bangun.

"Mas ngga ngantuk" ucap Andin merengek kepada suaminya.

Al merentangkan kedua tangannya seolah meminta Andin agar memeluknya supaya cepat terlelap. Dengan cepat Andin memeluk suaminya.

"Seger banget kamu baru bangun Ndin" ucap Aldebaran sambil mengelus-elus wajah Andin.

Andin yang geli dielus lembut pun menghindari tangan sang suami dan mencium dadanya. Aldebaran mulai panik. Bulir-bulir keringat mulai berkeliaran dari wajahnya.

Karena terus berkeringat, tangan pria itu tak henti-hentinya mengelap wajah. Tak kunjung berhenti, disaat Andin memeluk semakin erat, Aldebaran mematikan lampu tidur di sebelahnya menggunakan tangan kirinya.

Di dalam kegelapan, Andin baru saja ingin bertanya mengapa dimatikan lampu. Belum sempat terucap, Aldebaran sudah melumat bibir sang istri hingga dia kesulitan bernapas.

Kegelapan membuat Al dan Andin tenang dan mencoba menikmati waktu mereka berdua. Selama ini Aldebaran mulai jarang memiliki waktu berdua dengan Andin. Mungkin dia rasa ini waktu yang tepat untuk itu.

Andin juga sangat menikmati malam indah di kamar yang sudah 5 tahun dia tempati bersama Aldebaran. Dia justru semakin merangsang Aldebaran untuk membuatnya terlena dalam situasi itu.

Berbagai cara dicoba wanita 28 tahun itu untuk merangsang suaminya. Aldebaran semakin bergairah usai dirangsang oleh sang istri. Tak pernah semenitpun terlewati sehingga mereka merasakan momen yang sangat indah dan jarang itu.

Andin semakin terlena dan masuk ke dalam permainan Aldebaran. Disaat semua orang bermimpi indah, inilah saatnya mereka bermesraan. Permainan yang sungguh apik disuguhkan Aldebaran kepada istrinya.

Deru nafas mereka memacu untuk kembali melanjutkannya. Elusan, belaian lembut dari keduanya semakin menambah hasrat pasangan suami istri itu.

Tiga puluh menit. Sepertinya terdengar lama. Tetapi bagi yang merasakannya, itu hanya seperti tiga menit saja. Waktu yang kurang. Tapi mereka tetap berhenti. Keduanya kembali menyalakan lampu dan kembali tidur.

FOREVER 2 : ALADIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang