06. Kesepakatan

433 68 1
                                    


Apa yang menyenangkan dari weekend? Berlibur bersama keluarga? Hang out bersama teman? Bersama saudara? Atau orang tua? Atau hanya sekedar me time, self healing dengan berjalan-jalan ke mall seorang diri. Belanja sepuasnya? Bermain di arcade.

Taehyun tidak melakukan itu semua. Ia hanya duduk diam memandangi tenang nya air kolam renang. Weekend memang dia diberikan waktu bebas. Tidak ada jadwal belajar apapun. Tapi tetap saja tidak pernah dibebaskan pergi keluar rumah. Tetap harus dengan dikawal oleh sang sopir. Biasanya ia akan mengajak teman-temannya bermain dirumah. Walaupun hari-hari Taehyun lebih banyak dihabiskan untuk belajar, tapi dia juga punya banyak game. PS terbaru, VR game, permainan papan pun ada.

Tapi Taehyun tidak ingin teman-temannya ikut terkekang bersamanya. Walaupun tidak pernah menolak, Taehyun tahu jika mereka lebih suka jalan-jalan keluar daripada hanya seharian dirumah.

Tadi pagi-pagi bahkan Jisung dan Dongpyo menawarkan untuk datang. Tapi Taehyun menolak. Ia ingin mereka menikmati hari libur dengan semestinya. Sedangkan Yedam selalu pergi kerumah neneknya saat weekend.

Rasanya semua orang bersenang-senang kecuali dia. Bahkan Yeonjun pun pergi bersama temannya. Biarlah, Taehyun tidak perduli.

Sebenarnya bisa saja dia pergi keluar, tapi Taehyun tidak nyaman dibuntuti oleh sang sopir terus. Dikawal, seolah dia anak pejabat penting.

"Permisi, tuan muda Taehyun. Tuan muda Yeonjun berpesan agar tuan muda Taehyun sarapan lagi. Apa ada yang ingin dimakan?"

Taehyun mengehla nafas, menatap maid yang muncul dari arah belakangnya. Ia menggeleng dengan senyum kecilnya. "Tidak, terimakasih. Tolong jangan ganggu aku"

Maid itu menunduk dalam, lalu berlalu pergi.

Tapi tak lama kemudian seseorang kembali menghampirinya, yang kali ini membuat Taehyun bangkit dari duduknya.

"Han Taehyun, ke ruang kerja ayah sekarang"

Itu ayahnya, sepertinya baru pulang dan langsung meminta Taehyun menemuinya.

Taehyun mengangguk patuh, mengikuti langkah ayahnya dengan wajah yang biasa saja. Padahal dalam hatinya cemas. Apa ia habis melakukan kesalahan? Tapi apa? Sejak beberapa hari lalu ayahnya marah karena ia mendapat nilai 87 di mata pelajaran Kimia, Taehyun belum ada tes harian lagi. Ia meremas tangannya yang mulai bergetar, mengepalkannya untuk meminimalisir getaran itu. Tapi gagal. Yang ada malah makin hebat.

"Duduklah"

Suara ayahnya menarik Taehyun kembali pada realita. Saking asiknya melamun ia bahkan tidak sadar jika telah berada di dalam ruangan yang dimaksud, dengan ayahnya yang sudah duduk di kursinya.

Taehyun menurut, menyembunyikan tangannya dibawah meja yang membatasi keduanya. Ia memang selalu begitu setiap ayahnya mengajaknya kesini. Mungkin ia terlalu takut. Tapi meski begitu ia memasang ekspresi tenang nya.

"Jadilah ketua OSIS"

Taehyun mengernyit mendengar penuturan ayahnya. Memastikan pendengarannya tidak salah.

"Ayah sudah dengar dari Presdir Kang bahwa jabatan Kang Bomin akan segera berakhir. Daftarkan dirimu sebagai kandidat pemimpin berikutnya pengganti Bomin"

Ah, Taehyun merutuk dalam hati. Lagi-lagi ia dijadikan pion dalam pertarungan bawah tanah para orang dewasa ini.

"Tidak bisa. Lalu bagaimana klub sains ku? Aku akan kehilangan banyak waktu disana. Ayah yang memintaku mengikuti klub itu dulu" Taehyun bersumpah, ini kali pertamanya ia membantah. Tapi ini rasanya tidak adil.

Dulu ia harus mengubur keinginannya bergabung di klub musik karena ayahnya memaksa ia masuk klub sains, klub paling bergengsi nomor satu di sekolahnya. Lalu saat ia mulai menyukainya, ia diminta untuk berhenti?

SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang