44. Dia Akan Pergi

563 70 8
                                    

Yeonjun menyesap americano dingin kesukaannya seraya menatap keluar dari jendela besar di kafe tempatnya berada sekarang. Hujan baru saja reda, menyisakan jalanan yang basah dan aroma khas hujan yang menenangkan bak aromaterapi. Yeonjun selalu menyukai aroma ini.

Sudah satu jam lebih Yeonjun berada disini untuk menemui seseorang yang tadi menghubunginya, memaksa ingin bertemu.

Dan sampai saat ini orang itu belum datang. Katanya terjebak hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya. Mungkin sebentar lagi akan tiba. Ponsel di sakunya beberapa kali berdering, menandakan panggilan masuk. Itu bukan ponsel miliknya.

Tapi milik Taehyun yang sejak hari pertama Taehyun masuk rumah sakit, selalu dipegang olehnya. Yeonjun lupa untuk mengembalikan, sudah pasti Taehyun akan menggerutu. Lagi-lagi satu panggilan masuk, dari orang yang sama. Yeonjun memutuskan mengangkatnya, dan langsung disuguhi suara menyebalkan yang sangat ia hafal.

"Kenapa baru diangkat?!"

"Tidak bisakah bicara lebih pelan? Kau mau membuatku budek ya?"

"Eh?" Terdengar gumaman kebingungan diseberang sana. "Kenapa ponsel Taehyun ada pada Hyung?"

"Ada apa? Bicara saja, nanti aku sampaikan" Yeonjun tak berminat menjawabnya.

Ia dapat mendengar orang itu menggerutu pelan. Tapi memang dasar konyol, dia lupa atau apa bahwa panggilannya masih tersambung hingga Yeonjun masih bisa mendengar umpatannya.

"Aku mendengarnya, Jisung"

Jisung diam sesaat. Lalu setelahnya terdengar ia tertawa kering.

"Oh, maap Hyung. Aku lupa" Katanya canggung. "Oh, aku dengar Taehyun sudah pulang kan? Besok aku dan D—"

Tut.

Yeonjun memutus panggilan secara sepihak saat melihat orang—dua orang—yang dari tadi ditunggunya sudah datang dan sedang berjalan kearahnya. Menyimpan kembali ponsel Taehyun di sakunya. Masa bodo dengan Jisung yang saat ini pasti kembali menyumpahi dirinya.

Yeonjun bagkit dari duduknya untuk memberi salam pada dua orang itu. Kemudian salah satu dari mereka menarik kursi, mempersilahkan salah satunya untuk duduk lebih dulu sebelum akhirnya ia juga ikut duduk.

Yeonjun yang biasanya akan menyambut mereka dengan senyum lebarnya dan juga pelukan saat ini merasa agak sulit melakukan hal itu. Jadi ia hanya tersenyum tipis.

Moodnya sedang kurang baik.

"Maafkan kami lama, Yeon. Tadi kami harus meneduh karena tidak mungkin aku membiarkan ibu kehujanan"

"Santai saja Jungkook Hyung"

Jungkook mengangguk mendengarnya. Lalu setelah itu ia mengangkat tangannya, memanggil waiters dan memesan minuman hangat untuknya dan ibu.

"Yeonjun, bagaimana kabarmu? Sudah lama sekali sejak kau berkunjung kerumah" Ucap ibu begitu Jungkook selesai memesan.

Wajahnya menghadap Yeonjun tapi matanya tidak, hanya menatap kosong. Yeonjun lega karena setidaknya tidak lama lagi ibu akan kembali dapat melihat dunia.

"Aku baik, maaf karena akhir-akhir ini aku agak sibuk" Jawab Yeonjun. "Bagaimana kabar ibu? Sudah siap menjalani operasinya?"

Senyum cantik terukir di bibir perempuan yang melahirkannya itu. "Sangat siap"

Lalu mereka larut dalam pembicaraan santai yang mengalun begitu saja. Jungkook menceritakan perkembangan kondisi ibu dan ibu sesekali menimpali, sedangkan Yeonjun hanya menyimak. Ia sudah mendengar semuanya dari dokter Yesung.

SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang