42. Bertemu

496 72 13
                                    


Beomgyu telah menelaah kembali kehidupannya selama 16 tahun ini. Dan ia cukup puas. Selain karena kepergian kedua orangtuanya, hidupnya lumayan bahagia. Ia jarang memiliki masalah, nilai-nilai yang dimilikinya termasuk cemerlang, juga impiannya yang tidak dikekang dan memperoleh dukungan kuat dari bibi dan pamannya.

Beomgyu bukan orang yang berpikir panjang. Ia cenderung lebih spontan, tapi tidak pernah gegabah. Tidak pernah ada yang disesalinya sejauh ini.

Kecuali satu hal.

Kecurangannya kemarin.

Beomgyu menyesali itu. Sungguh. Jika ia bisa memutar waktu, sudah dipastikan ia akan menolak Yedam dengan tegas dan tidak akan termakan hasutan Hyunsuk. Sayangnya saat itu ia terlalu dibutakan. Dan lebih sayangnya lagi, semua penyesalan ini sudah tidak ada artinya.

Semua sudah terjadi. Dan tidak dapat diputar kembali.

Ini bukan sebuah film yang dapat dengan sesukanya ia replay. Walaupun ia sungguh berharap begitu.

Bibi dan pamannya tidak marah, mereka hanya menasehatinya untuk menjadi lebih baik lagi dan agar jangan sampai kejadian serupa terulang lagi. Tapi Beomgyu tahu bahwa mereka teramat kecewa.

Itu menyakitkan untuknya.

Mengecewakan mereka adalah hal yang sama sekali tidak ada dalam list hidupnya. Mereka terlalu baik.

Beomgyu lebih berharap mereka memarahinya sepuas mungkin, memukulnya agar setidaknya bisa mengurangi setitik rasa bersalahnya. Tapi nyatanya tidak, bibinya masih dengan riang memasakkan sarapan untuknya. Pamannya bahkan mengantarnya ke sekolah dengan candaan hangat selama di dalam mobil.

Semuanya begitu sempurna. Dan sederhana. Harusnya Beomgyu bersyukur kan?

Tuk!

Sebuah lemparan yang cukup keras mengenai dahinya, membuat Beomgyu sedikit tersentak ditengah lamunannya dan melihat sebuah bola dari kertas menggelinding tak jauh darinya.

"Oh, maaf. Kukira kau tempat sampah" Ucap seorang siswa sambil menatapnya seolah mengolok-olok. Ia lalu melirik siswa lain yang ada di sana sambil tertawa keras.

Beomgyu menghela nafasnya berat lalu tersenyum kecil. "Tidak masalah" Jawabnya sebelum berlalu pergi.

Sedikit demi sedikit dia mulai terbiasa diperlakukan seperti itu. Tiga hari sejak semuanya terbongkar, Beomgyu sadar lingkungan sekolah mulai tak ramah padanya. Ia memang tak mendapatkan hukuman skorsing dan hanya mendapatkan poin penalti juga hukuman untuk menghafal banyak pelajaran. Dan dari yang ia dengar dari bibi, Hyunsuk mendapat hukuman yang sama dengannya sedangkan Yedam harus di skors karena telah berkelahi dengan Taehyun.

Yedam bahkan hampir dikeluarkan dan tuan Han berniat menuntutnya, tapi tidak jadi karena orang tua Yedam memohon-mohon untuk mengampuni anaknya. Taehyun juga tentu mendapat hukuman, tapi masih ditunda mengingat katanya ia masuk rumah sakit dan harus rehat selama beberapa bulan.

Dan dengan menolaknya Taehyun untuk mengikuti polling lagi, makan Eunsang secara mutlak menjadi pemenangnya. Dia bahkan sudah dilantik.

Pada akhirnya dia tidak mendapatkan apapun.

Selain penyesalan.

Dan kesepian.

Teman-temannya menjauh darinya. Jeongin yang biasanya selalu heboh mengajaknya bicara bahkan saat ditengah pelajaran, kini hanya diam bahkan posisi kursinya pun selalu condong ke ujung meja, menjauhinya. Asahi yang biasanya suka bercanda, kini lebih banyak diam dari sebelumnya.

Para senior —Hyunjin dan Changbin— Beomgyu belum sempat bertemu mereka lagi. Lalu Yeonjun yang belum masuk sekolah, lalu....

Sahabat terbaiknya.

SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang