43. Menyerah

569 71 6
                                    

Jantung Yeonjun rasanya hampir copot begitu mendapati kursi roda Taehyun kosong dengan Taehyun yang sudah bersimpuh tak jauh dari posisi sebelumnya. Sontak kaki panjangnya melangkah lebar-lebar menghampiri Taehyun. Kesal karena orang-orang disekitar hanya menyaksikan saja tanpa niat membantu. Dasar masyarakat individualis.

Dan lagi-lagi Yeonjun dibuat terkejut begitu mendapati Taehyun sedang menangis. Bilang saja ia bodoh karena sempat berpikiran untuk meledek Taehyun nanti. Untung ingat jika situasinya sedang tidak mendukung.

Yeonjun berjongkok, memapah Taehyun untuk berdiri dan kembali ke kursi rodanya. Untungnya kali ini Taehyun menurut tanpa banyak perlawanan.

"Hey, kenapa menangis begitu? Apa yang terjadi? Kenapa turun? Kau tahu kan kau tidak boleh banyak bergerak? Bagaimana jika cederanya semakin parah?" Yeonjun langsung memberondong dengan banyak pertanyaan begitu selesai memastikan Taehyun duduk dengan nyaman. Berjongkok dihadapan Taehyun.

Disela usahanya untuk berhenti menangis, selain karena nyeri pada dada nya juga karena malu. Harga dirinya rasanya jatuh hingga ke dasar karena menangis ditengah keramaian begini, Taehyun mendelik pada Yeonjun.

"Berisik. Tanya satu-satu" Kesalnya.

Yeonjun tertawa halus. Membantu Taehyun mengelap air mata dengan tisu yang ia minta dari resepsionis yang untungnya tidak jauh dari situ.

"Baik, baik. Maaf. Sudah jangan menangis, bagaimana jika dada mu sesak lagi?"

"Sekarang pun sudah sesak" Gumam Taehyun.

Raut wajah Yeonjun langsung berubah. Ia langsung panik begitu menyadari wajah Taehyun sedari tadi kembali pucat seperti kemarin-kemarin.

"Ayo menemui dokter Yesung. Kau harus diperiksa lagi" Ia bangkit, hendak mendorong kursi roda Taehyun namun Taehyun menahannya.

"Tidak mau. Aku sudah mau pulang" Bantahnya.

Yeonjun menggeleng tegas. "Kau harus diperiksa, Taehyun. Wajahmu pucat sekali. Bagaimana jika ternyata cederanya memang makin parah? Kau bahkan terjatuh kan tadi?"

"Jangan berlebih-lebihan Hyung, kau mau aku batal pulang?" Taehyun masih bersikeras.

"Tidak apa, daripada kau makin parah jika memaksa pulang padahal masih sakit" Balas Yeonjun. Ia sudah bergerak mendorong pelan kursi roda Taehyun dan Taehyun tidak sempat lagi menahannya.

"Aku hanya sedikit sesak dan pusing. Minum obat pun sudah baikan. Berhenti, Hyung. Aku yang merasakannya jadi aku yang tahu"

Yeonjun tak menjawab.

"Berhenti atau aku tidak akan pernah mau bicara lagi padamu"

Yeonjun berhenti mendorong Taehyun. Berdecak kesal. "Kenapa kau selalu mengancam seperti itu sih?"

"Agar kau tahu bahwa aku serius" Ucap Taehyun, lega karena Yeonjun kembali memutar arah kursi roda.

"Persis tuan Han" Gerutu Yeonjun. Taehyun hanya diam tak membalas. Masih terbayang kejadian tadi.

Rasanya begitu patah hati ditolak oleh kakak dan ibunya sendiri. Sebegitu bencinya kah mereka pada dirinya? Sebegitu parahnya kah perbuatan Taehyun dulu? Hingga mereka mengabaikan, tidak mau menemuinya bahkan disaat dia sudah diambang keputusasaan untuk memohon.

Untung disisa kesadarannya tadi Yeonjun keburu datang, jika tidak mungkin Taehyun sudah menyerah pada kegelapan yang tadi menjemputnya.

"Ada apa denganmu tadi, Taehyun?" Tanya Yeonjun setelah mereka sudah kembali ke posisi semula. Masih menunggu ayahnya yang entah kenapa lama sekali. Mungkin apotek sedang ramai.

SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang