48. Senang

419 71 9
                                    

Yeonjun mencoret-coret bukunya dengan bosan. Kesal karena ini sudah waktunya istirahat tapi kelasnya belum bubar juga. Rasanya Yeonjun ingin mencakar wajah ketua kelasnya yang terus saja bertanya ini itu hingga waktu istirahat mereka terulur-ulur terus. Anak-anak kelas juga sama kesalnya dengan Yeonjun. Menahan dongkol dibalik wajah julidnya.

"Haaah"

Helaan nafas pelan itu terdengar disampingnya, namun Yeonjun memilih tidak perduli. Masih sibuk dengan kegiatannya unfaedah-nya.

Itu adalah Hyunsuk, yang tetap menjadi teman semeja nya setelah apa yang sudah terjadi. Bukannya karena loyal, tapi karena tidak ada yang mau bertukar tempat duduk dengannya. Lagipula Yeonjun acuhkan saja. Anggap saja manusia itu tidak ada.

Sebenarnya Yeonjun bukan orang yang suka lama-lama bermusuhan. Tapi Hyunsuk itu sama sekali tidak ada itikad baik padanya atau pada Taehyun. Bahkan kata maaf pun tidak pernah ia lontarkan. Baiklah, Yeonjun juga sudah malas berurusan dengannya.

Yeonjun merasakan ponselnya bergetar. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Ia melihat kedepan dan memastikan bahwa gurunya tidak melihat, maka dengan segera Yeonjun membuka ponselnya.

Takutnya itu adalah Taehyun yang sedang ada apa-apa.

Taehyun
Hyung
Hyung
Hyung

Me
Ada apa Taehyun?
Kau merasa sakit lagi?
Hey jawablah!
Jangan membuat panik

Taehyun
Hyung coba tebak!

Yeonjun mengernyit, kenapa Taehyun terlihat antusias sekali? Apa hal baik baru saja terjadi?

Me
Apa itu?

Taehyun
Tadi ayah menelpon

Oh, pikiran Yeonjun berkelana. Apa yang ayahnya katakan pada Taehyun?

Me
Ayah bicara apa?
Kau baik-baik saja kan?

Taehyun
Tentu!
Ayah tadi berkata agar aku jangan terlalu kelelahan

Me
Serius?

Taehyun
Ya!
Lalu
Ayah bilang
Semangat!

Yeonjun terkekeh. Ia menatap kedepan ternyata gurunya sudah akan keluar. Syukurlah.

Me
Kau senang?

Taehyun
Aku senang
Aku mentraktir anak kelas ku di kafetaria

Me
Aku turut senang
Aku akan segera kesana, ingat jangan keluar duluan

Taehyun
Baik

Yeonjun mengantongi lagi ponselnya di saku seragam almamaternya. Senyumnya mengembang membayangkan ekspresi Taehyun saat ini. Taehyun begitu sederhana. Hanya ucapan semangat yang ayah lontarkan tapi bisa membuat mood nya naik drastis. Jujur Yeonjun agak miris. Bukankah secara tidak langsung reaksi Taehyun menunjukkan bahwa selama ini ayahnya kurang memberikan mereka perhatian, hingga sekedar ucapan 'semangat' pun terasa langka.

Mungkin orang lain menganggapnya berlebihan. Tapi mereka tidak tahu bahwa itulah kenyataannya. Yeonjun hanya berharap, semoga sikap baik ayahnya belakangan ini benar-benar tulus. Bukan hanya trik untuk mengambil hati Taehyun agar mau menuruti perintahnya untuk segera berangkat ke Inggris.

SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang