25. Pengkhianat?

365 56 6
                                    

"Bam, bukankah visi misi yang kita rancang berbeda dengan yang tadi kau sampaikan?" Tanya Kai. Berbeda dengan tim Taehyun yang berkumpul di lapangan basket, tim Beomgyu lebih memilih berkumpul di kafetaria sekolah. Seperti biasa, Hyunjin yang traktir. Sebagai perayaan katanya. Padahal belum apa-apa. Biarlah, biar mereka lebih semangat lagi kedepannya.

"Aa-hhh... Iya. Aku mengganti disaat-saat terakhir. Aku pikir, yang sudah kita buat agak kurang pas" Beomgyu tersenyum.

"Wah, kau bilang kita payah dalam membuat visi misi?" Celetuk Jeongin yang membuat Beomgyu gelagapan.

"Eh, bukan begitu. Maksudnya, aku hanya mengubah diksi nya saja. Yang kita buat sudah bagus kok, aku hanya menambahkan beberapa" Beomgyu menggeleng, takut yang lain salah paham.

"Sudahlah, sensitif sekali kau" Cibir Asahi pada Jeongin yang membuat Jeongin mendengus. Ia juga hanya main-main tau.

"Tapi yang tadi lebih bagus. Kau hebat Bam" Sahut Soobin tersenyum kearahnya yang Beomgyu balas.

"Terimakasih, Hyung"

"Sudahlah, pesan lagi makanan apapun yang kalian inginkan untuk merayakannya" Kata Hyunsuk semangat. Ia padahal baru menyelesaikan semangkuk bibimbap nya.

"Oh, jadinya kau yang traktir?" Tanya Hyunjin bersemangat. Kalau uangnya aman, ia bisa membeli item game yang diincarnya semalam.

"Aku yang bayar, tapi pakai uangmu" Jawab Hyunsuk nyengir. Hyunjin langsung mendengus. Tidak ada yang diharapkan.

"Nanti jika Beomgyu menang, aku yang traktir" Sahut Soobin yang langsung disambut antusias. Beomgyu menggeleng tidak enak.

"Harusnya aku yang traktir"

Soobin merangkul pundak Beomgyu. "Kalau begitu kita pesta dua kali. Pertama aku yang traktir, lalu kedua Beomgyu. Bagaimana?"

"Masih bertanya? Tentu kita tidak akan menolak!" Kai berucap semangat.

Beomgyu tersenyum, mengucap terimakasih pada Soobin.

"Baguslah, uangku aman berarti" Hyunjin berucap lega. Yang lain tertawa.

"Hyung, benar-benar terimakasih. Untuk semuanya" Suara Beomgyu sedikit berbisik pada Soobin.

Soobin terkekeh. "Ini bukan apa-apa, Bam. Pokoknya kau harus menang"

Beomgyu mengangguk semangat. Ia memang harus menang. Dengan cara apapun. Lupakan niat awalnya yang ingin menang dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Tekad Beomgyu terlalu kuat. Tidak munafik jika ia tergiur saat seseorang menawarkan padanya untuk berbuat sesuatu yang sedikit 'kotor'. Atau memang sangat 'kotor'?

Beomgyu juga tidak tahu apa yang membuatnya berani mengambil langkah seperti ini. Yang ia tahu, ia harus menang demi masa depannya. Jujur, di sudut hati Beomgyu ia merasa bersalah saat melihat Taehyun harus memutar otak disaat genting itu. Ia juga bersalah pada Yeonjun yang tampak kecewa. Juga melihat bagaimana Jisung hampir mengamuk tadi, ia sedikit gentar. Tak bisa membayangkan apa yang terjadi padanya jika ia ketahuan.

Belum lagi konsekuensinya jika hal ini sampai bocor keluar, yang terparah ke pihak sekolah.

Ah, Beomgyu tidak sendirian. Biar ia beri tahu sedikit, selain bekerja sama dengan seseorang di tim nya sendiri, seseorang di tim Taehyun juga memang telah berkhianat dan memihak padanya.

Mereka sudah berjanji padanya untuk membantu dan melindunginya agar tidak sampai ketahuan.

Beomgyu bahkan tidak pernah berniat melakukan hal ini jika orang-orang itu tidak mempengaruhi nya. Salah mereka membuat Beomgyu tergiur.

Salah dirinya juga, yang memiliki pendirian yang lemah.

≈★≈

Sepulang dari sekolah, Yeonjun mentraktir teman-temannya untuk makan di kedai pizza langganannya. Demi untuk mengembalikan suasana hati mereka yang loyo. Anggap saja ini hadiah atas kerja keras mereka juga. Kedepannya masih banyak yang harus mereka lakukan.

SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang