Hal yang biasa Beomgyu lakukan begitu pamannya menurunkan dirinya di depan pintu gerbang sekolah adalah menyapa semua orang yang ditemuinya. Satpam, penjaga parkir, tukang sapu, para siswa, sampai para guru yang berpapasan dengannya.
Semua Beomgyu sapa dengan ramah dan senyumnya, lalu mereka akan membalas sapaannya tak kalah ramah.
Beomgyu itu pandai bergaul dan murah senyum. Pamannya pernah berkata, jangan sungkan untuk tersenyum kepada seseorang. Siapa tahu senyum kita tersebut dapat mengobati sedikit kesedihan orang lain. Beomgyu membenarkan, toh ia tampan. Pasti yang melihat senyumnya berasa ketiban durian runtuh.
Selain itu, Beomgyu juga anak yang menyenangkan. Temannya ada dimana-mana walau tidak sedekat para sahabat yang biasa kumpul dengannya. Tapi mereka lumayan suka berinteraksi.
Hampir semua warga sekolah mengenal Beomgyu. Sekali lagi, dia anak yang cukup populer. Anak basket, ramah, juga cukup pintar.
Idaman sekali.
"Selamat pagi, paman" Beomgyu membungkuk sopan, tersenyum pada tukang sapu yang terlihat tengah menyantap sarapan dibawah pohon mangga yang asri.
Paman tukang sapu itu tertawa saat Beomgyu menghampiri, mengangkat tangannya. Meminta high five. "Selamat pagi nak, semoga harimu menyenangkan"
"Terimakasih" Kata Beomgyu dengan senyumnya setelah paman itu membalas high five nya. Sebenarnya Beomgyu berniat untuk langsung ke kelas setelah ini, mempersiapkan diri untuk interview OSIS nanti sepulang sekolah.
Tapi tatapannya terpancang pada seorang siswa yang terlihat baru turun dari sebuah mobil mewah, berjalan dengan wajah lempengnya menyusuri koridor yang masih agak sepi. Dan entah kenapa langkah kaki Beomgyu membawanya mendekati siswa itu.
"Hei, tunggu!" Panggil Beomgyu, berharap siswa itu berhenti. Tapi boro-boro berhenti, menoleh pun tidak. Tetap berjalan dengan langkah teratur seolah panggilan Beomgyu hanya angin lewat.
"Hey, kubilang tunggu" Beomgyu menahan pergelangan tangan siswa itu saat ia berhasil menyusul. Bisa Beomgyu lihat wajah siswa itu sedikit meringis lalu menyentak tangan Beomgyu agak kasar.
Jujur, ini menyebalkan baginya.
"Ck, siapa sih kau?" Siswa itu bertanya dengan nada ketus, tangan kirinya mengelus pelan pergelangan tangan yang tadi Beomgyu cekal. Wajahnya sangat tidak bersahabat. Suaranya yang agak meninggi juga menyita atensi murid lain yang kebetulan berpapasan.
Mereka berhenti untuk melihat hal langka tersebut. Dimana Lee Beomgyu yang ramah terlihat berinteraksi dengan seorang murid yang angkuh. Bahkan perbedaan mimik wajah keduanya pun sangat kontras.
"Ah, maaf" Beomgyu terkekeh canggung. "Apa kau masih ingat aku?"
Siswa tersebut menatap Beomgyu sekilas, lalu mendengus. "Tidak" Jawabnya acuh.
Beomgyu mengaduh pelan, merasa malu. Ia menggaruk dahinya yang memang gatal. "Biar aku ingatkan kalau begitu. Aku yang kemarin bersama Hyunjin Hyung di halaman belakang sekolah. Aku ingin berterimakasih karena kau telah menolong kami kemarin"
Tidak ada jawaban. Siswa itu hanya memandang Beomgyu datar. Hendak berbalik pergi, tapi Beomgyu kembali menahan tangannya yang lagi-lagi membuatnya meringis.
"Ck, apalagi?! Bisakah kau berhenti menyentuhku?" Raut wajahnya mengeras, terlihat sangat kesal.
Beomgyu melipat bibirnya. Kenapa anak ini begitu ketus sih? Apa tidak bisa ramah sedikit saja? Pantas Hyunjin selalu sebal padanya. Tapi alih-alih ikut mengomel kendati sudah keki, Beomgyu kembali memasang senyumnya.
"Maafkan aku" Katanya tulus. "Kau Han Taehyun kan? Adiknya Yeonjun Hyung? Kenalkan, aku Lee Beomgyu"
Ya, dia adalah Han Taehyun. Anak itu mengernyit heran apakah orang dihadapannya ini mengenal Yeonjun. Heh, sepertinya Taehyun melupakan fakta bahwa siapa sih yang tidak mengenal Yeonjun disekolah ini. Tapi anak yang mengaku bernama Lee Beomgyu ini memanggilnya 'Hyung'.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIP
أدب الهواةBUKAN LAPAK BXB ‼️ ----- Yeonjun tahu, sebagai sulung harusnya ia bertanggung jawab menjaga adiknya. Tapi yang Yeonjun lakukan justru menempatkan adik nya dalam tekanan yang dibuat ayahnya. Yeonjun hanya ingin adiknya juga bebas, bahagia dengan mene...