Sebelum memulai kelas, Hyun ssaem selalu menyempatkan untuk berbicara ringan dengan para murid kelasnya. Menanyakan apakah mereka sudah sarapan, apakah tidur nyenyak. Dia guru yang menyenangkan, salah satu guru favorit disekolah ini. Selain karena ramah, penyabar, tidak sering marah, beliau juga masih cukup muda. Jadi bisa membaur dengan baik. Dan kelas 10-1 beruntung karena memilikinya sebagai wali kelas.
Begitupun pagi ini, dengan wajah penuh senyum beliau membuka percakapan ringannya.
"Ssaem dengar Han Taehyun mencalonkan diri sebagai kandidat ketua OSIS?"
Taehyun yang tadinya sedang mengomel kecil pada Jisung yang diam-diam masih sibuk menyalin tugasnya mendongak, sedikit salah tingkah saat menjadi pusat perhatian seluruh kelas.
"Iya, ssaem" Jawab Taehyun seadanya. Bingung juga dia harus bicara apa.
"Semoga berhasil, kau cerdas dan bertanggung jawab. Ssaem percaya kau pasti mampu" Hyun ssaem masih mengembangkan senyumnya. Tidak menyembunyikan raut bangga diwajahnya.
"Terimakasih, ssaem" Taehyun membungkuk sedikit.
Hyun ssaem mengangguk. "Jangan tertekan ya, jika ada yang ingin ditanyakan silahkan temui ssaem, siapa tahu ssaem bisa membantu. Walaupun tampang kurang meyakinkan begini, ssaem juga dulu ketua"
"Ketua OSIS, ssaem?" Tanya salah satu siswa yang mulai tertarik.
"Bukan, ketua klub memasak" Jawab Hyun ssaem dengan cengiran.
"Yaahhhh" Koor seluruh kelas, tapi mereka tertawa.
Dongpyo bahkan hampir terjatuh dari kursinya saking kuatnya dia tertawa. Sebenarnya tidak selucu itu. Tapi ini Dongpyo, yang apapun selalu dibuat berlebihan. Membuat Yedam yang bernasib sial karena menjadi teman sebangkunya menghela nafas pasrah.
"Ingat ya, Taehyun. Jangan tertekan. Tidak perduli menang atau kalah kami sudah sangat bangga padamu" Hyun ssaem menekankan ucapannya sekali lagi, Taehyun walaupun mengangguk tapi dalam hati berujar miris.
"Tapi aku harus menang"
Menyedihkan. Wali kelasnya bisa sebegitu perhatian, memintanya jangan tertekan. Tapi tekanan itu sendiri justru berasal dari orang terdekat Taehyun.
"Han Taehyun memang paling bersinar kan, di kelas kita. Jika kita berada bersamanya pun, kita hanya butiran debu diantara tumpukan emas" Lagi-lagi Dongpyo bersikap berlebihan.
Hyun ssaem tertawa. "Tidak, kita bukan butiran debu kok" Katanya dengan sisa tawa. "Tapi lempengan tembaga" Lanjutannya, kembali menyemburkan tawa.
Kelas kembali dipenuhi tawa walaupun tidak begitu gaduh. "Kau juga lempengan tembaga, Yedam" Dongpyo menepuk bahu Yedam ditengah tawanya. Yedam menepisnya malas.
Lalu Hyun ssaem kembali bicara, meminta anak muridnya tenang karena pelajaran akan segera dimulai. 15 menit sudah cukup bicara ringannya.
"Ssaem bercanda, anak-anak. Kalian semua bersinar. Kita semua berharga. Ingat ya, jangan minder, jangan iri. Jika kau merasa kurang, maka berusahalah. Jangan putus asa. Oke?"
Satu lagi, Hyun ssaem itu bijaksana. Beliau tidak pernah membedakan diantara para muridnya. Dia juga selalu bisa menjadi pendengar dan pemberi solusi yang baik. Selalu bisa membesarkan hati anak muridnya jika mereka merasa down dan tidak mampu.
"Oke, ssaem"
Hyun ssaem mulai membuka buku untuk materi. Sepertinya lupa jika ada tugas. Biasanya beliau akan langsung meminta muridnya mengumpulkan tugas. Jisung sedikit bernafas lega sekarang, menyalin dengan lebih santai. Tapi rupanya temannya yang satu ini sangat tidak bisa diajak kerja sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIP
FanfictionBUKAN LAPAK BXB ‼️ ----- Yeonjun tahu, sebagai sulung harusnya ia bertanggung jawab menjaga adiknya. Tapi yang Yeonjun lakukan justru menempatkan adik nya dalam tekanan yang dibuat ayahnya. Yeonjun hanya ingin adiknya juga bebas, bahagia dengan mene...