16. Memohon

422 62 7
                                    

Sore tadi tuan Han akhirnya pulang ke rumah. Sebenarnya kehadirannya sama sekali tidak ditunggu, Taehyun justru berharap ayahnya itu jangan dulu pulang selama semingguan. Tapi apa boleh buat, ia tidak punya kuasa.

Dan karena kehadirannya, meja makan malam ini yang diisi tiga orang terasa lebih mencekam. Walaupun memang biasanya seperti itu. Tapi Yeonjun merasa yang kali ini lebih parah. Tentu karena pertengkarannya dengan Taehyun sore tadi di sekolah.

Taehyun bahkan terus menghindar saat Yeonjun mengajak bicara. Kali ini anak itu total mendiamkan Yeonjun. Padahal sebelumnya walaupun hubungan mereka renggang, Taehyun tetap bisa diajak bicara walaupun ogah-ogahan.

Yeonjun bertekad akan mengajaknya bicara lagi setelah selesai makan malam. Jika Taehyun tidak mau, maka ia akan memaksa. Bagaimanapun mereka harus menyelesaikan masalah ini.

Tapi nanti, jika hanya ada mereka berdua. Ayahnya tidak perlu tahu, Yeonjun malas jika ia ikut campur walaupun sebenarnya biang keladi semua permasalahan ini adalah ayahnya.

Untung ayahnya tidak menanyakan perihal bekas luka memar di wajah Taehyun. Entahlah ia mungkin bahkan tidak menyadarinya. Bagus sih, setidaknya Taehyun tidak harus mengarang untuk berbohong.

"Bagaimana interview OSIS?"

Suara tuan Han memecah keheningan. Yeonjun tahu yang ditanya ayahnya itu Taehyun. Tapi ia ikut menoleh juga.

"Lancar" Jawab Taehyun sambil menatap kearah ayahnya walaupun malas. Yang ada nanti dia diceramahi, dibilang tidak tahu tata krama.

"Bagus" Tuan Han mengangguk kecil. "Kapan hasilnya diumumkan?" Tanyanya lagi.

"Besok sore"

"Jangan abaikan pelajaran juga. Walaupun ayah memberikan sedikit keringanan untuk tidak les, kau harus tetap perhatikan nilai mu"

Yeonjun berdecih dalam hati. Kenapa orang yang sayangnya adalah ayahnya ini banyak maunya sekali sih?

Sedangkan Taehyun hanya mengangguk, menatap makanan diatas piring dengan tidak minat. Nafsu makannya lenyap sudah.

"Dengar Han Taehyun, kau harus menang, kau harus jadi ketua OSIS. Ingat kan?"

"Tidak bisakah untuk tidak membicarakan hal itu dulu? Kita bahkan sedang makan malam" Yeonjun protes. Sudah tidak tahan dengan sikap otoriter ayahnya yang tidak tahu kondisi itu. Katanya harus tahu tata krama. Cih, tata krama apanya bicara saat makan.

Topiknya membuat nafsu makan menguap pula.

"Diamlah dulu Yeonjun, ayah sedang tidak bicara padamu" Tuan Han menatap Yeonjun dingin. Yeonjun tidak takut, ia justru membalas tatapan itu dengan sorot menyebalkan.

"Tapi ini adalah bagian dari tata krama, ayah. Bicara saat makan itu tidak baik"

Raut tuan Han mengeras, tidak terima dengan ucapan Yeonjun. Ia sudah ingin meledak, tapi suara dentingan alat makan yang ditaruh diatas piring dengan sedikit keras menyita perhatian mereka.

Pelakunya Taehyun yang sudah berdiri dari duduknya.

"Aku sudah selesai, selamat malam" Anak itu membungkuk sedikit sebelum berlalu ke kamarnya. Sudah terlalu muak.

Yeonjun menatap piring makan Taehyun. Bahkan isinya hampir utuh. Anak itu pasti hanya makan sedikit sekali.

"Aku bahkan masih bicara, tidak sopan" Gerutu tuan Han setelah kepergian Taehyun. Yeonjun makin geram sebenarnya, tapi ia tahan. Maka ia hanya mengepalkan tangannya diatas meja dan tersenyum kecut.

"Sebegitu inginnya kah ayah mengalahkan tuan Kang dengan cara menjadikan Taehyun ketua OSIS?" Ia bertanya miris.

Tuan Han terkekeh ringan. "Kau tidak paham Yeonjun. Keluarga kita terbiasa menjadi nomor satu, unggul diatas segalanya. Kau justru menghancurkannya"

SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang