"Kami tidak pernah membenci Taehyun, Yeonjun. Aku bersumpah"Yeonjun menyandarkan kepalanya pada jendela bus yang ia tumpangi. Menyumpal telinga dengan headset, yang bahkan tidak ia sambungkan pada ponselnya. Harusnya ia sudah turun di halte sebelumnya. Tapi Yeonjun memutuskan untuk tinggal. Biarkan bus ini membawanya kemanapun.
Yeonjun bahkan meninggalkan mobilnya terparkir begitu saja di kafe tadi.
"Kami menghindar untuk kebaikannya juga. Ayahmu mengancam kami. Kami sungguh tidak memiliki pilihan, Yeonjun"
Yeonjun memejamkan matanya. Ucapan Ibu tadi terngiang begitu jelas di otaknya.
"Ayahmu berpikir bahwa ibu dan Jungkook membenci Taehyun dan ingin membunuhnya. Ayahmu mengira bahwa peristiwa sepuluh tahun lalu itu disengaja. Dia meminta kami untuk jangan sekalipun berhubungan lagi dengan Taehyun, atau jika kami melakukannya ia akan mengusir mu juga"
Yeonjun menarik nafasnya panjang. Menghidu aroma hujan dari jendela yang ia buka sedikit. Angin masuk terasa dingin, tapi ia bahkan tak bergeming.
"Tidak, ayahmu bukannya membencimu. Itu hanya bentuk ancamannya agar kami menurutinya. Kau mungkin berpikir ayahmu pilih kasih. Tapi tidak, ia mencintai ketiga putranya sama rata. Hanya saja caranya salah"
"Tiga? Mungkin kau bingung. Tapi ayahmu juga begitu menyayangi Jungkook. Dia yang membiayai sekolah Jungkook hingga kuliahnya dengan menyuruh orang lain seolah menjadi donatur. Tapi orang itu menceritakan yang sesungguhnya pada kami. Dia menyingkirkan kami hanya karena rasa khawatirnya pada Taehyun. Ibu mengerti, dia begitu karena dia merasa bersalah pada Taehyun yang tumbuh tanpa ibu kandungnya. Dia tidak ingin Taehyun merasa tersisihkan"
Tangan Yeonjun mulai menggambar abstrak di kaca yang berembun. Menatap kosong keluar jendela.
"Jika kau mengira kami tidak perduli, kau salah. Tiap kali kau mengunjungi kami dan menceritakan tentang Taehyun, bahwa dia baik-baik saja, kami diam-diam merasa lega. Kau kakak yang hebat untuknya, Yeonjun. Kami percaya kau mampu menjaganya"
Yeonjun terkekeh miris. Kakak yang hebat katanya?
Kakak macam apa yang menempatkan adiknya sendiri dalam situasi serba salah. Semua ini karena keegoisan Yeonjun. Ia yang keras kepala ingin bebas menentukan pilihannya malah berimbas pada Taehyun.
Adiknya yang kehilangan kebebasan karenanya.
"Ayahmu lahir dari keluarga kurang mampu. Orangtuanya seorang peternak. Mereka dari dulu sering diremehkan orang, bahkan sanak saudara yang lain ikut menghinanya karena pada dasarnya mereka semua orang sukses. Hanya orang tua dari ayahmu yang kurang beruntung. Hingga akhirnya ayahmu bertekad untuk menjadi orang sukses, selalu menjadi nomor satu agar tidak ada yang bisa meremehkannya. Ayahmu melakukan itu karena menyayangi kalian, hanya saja caranya salah"
Bus berhenti di halte selanjutnya. Yeonjun malah semakin menyamankan duduknya. Masih tidak berniat untuk turun.
≈★≈
Sudah pukul sebelas malam dan Taehyun belum bisa tidur. Tubuhnya terasa menggigil karena cuaca dingin, belum lagi pendingin ruangan yang menyala. Taehyun malas bangkit untuk mencari remote AC jadi dia memutuskan untuk mengubur dirinya dalam gumpalan selimut.
Perutnya perih. Ia belum minum obat, bahkan belum makan. Ayahnya tadi datang bersama maid yang membawa nampan dan menyuruhnya makan tapi Taehyun berkata akan makan nanti dan berakhir makanan itu hanya teronggok diatas nakas. Sudah dingin. Taehyun benar-benar tidak selera makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIP
FanfictionBUKAN LAPAK BXB ‼️ ----- Yeonjun tahu, sebagai sulung harusnya ia bertanggung jawab menjaga adiknya. Tapi yang Yeonjun lakukan justru menempatkan adik nya dalam tekanan yang dibuat ayahnya. Yeonjun hanya ingin adiknya juga bebas, bahagia dengan mene...