47. Semangat

427 81 12
                                    

"Kau yakin, Taehyun?"

Taehyun memutar bola matanya malas. Menahan diri untuk tidak melemparkan sepatu nya yang baru akan ia pakai itu. Jika dihitung-hitung mungkin sudah lebih dari sepuluh kali ia mendengar pertanyaan yang Yeonjun lontarkan barusan.

"Jangan bertanya lagi. Bosan" Jawab Taehyun acuh.

Yeonjun yang tadinya berdiri di ambang pintu kamar Taehyun sambil memegang kenop pintu kini beralih berjalan mendekati anak itu dengan tangan terangkat, bersiap memukul.

Taehyun menoleh, menatap Yeonjun. Menantang. Tapi pada akhirnya Yeonjun hanya memukul angin sambil menggeram tertahan.

Ia menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskan didepan wajah Taehyun dengan sengaja. Taehyun sontak mendorong kepala Yeonjun kesal.

"Menjijikkan" Cibirnya.

Yeonjun mengedik tidak perduli. "Baiklah, tapi ingat jika kau kembali merasa sakit, minta pada Jisung atau Dongpyo untuk memberitahu Hyung. Paham?"

"Iya astaga" Taehyun mengikat sepatutnya dengan perasaan dongkol. "Cerewet sekali sih. Aku hanya akan pergi sekolah, bukannya perang"

"Aku hanya kawatir, brengsek. Ini baru tiga minggu, masa pemulihan mu bahkan belum selesai"

Yeonjun berjongkok, membantu Taehyun memasang sepatutnya yang sebelah lagi. Taehyun hanya membiarkan, lumayan ia tidak perlu buang-buang tenaga lagi.

Lelah juga mendebat Yeonjun dari semalam.

Benar, Taehyun akan kembali bersekolah setelah tiga minggu istirahat di rumah karena cederanya. Melihat dari tingkat keparahan keretakan pada rusuknya, harusnya masa pemulihannya itu sekitar 2 bulan. Tapi Taehyun sudah tidak tahan hanya diam dirumah ditemani kesepian yang mencekam.

Ia rindu memeras otaknya dengan soal-soal yang kata Jisung itu tidak manusiawi.

Dan Yeonjun tentu saja menolaknya mentah-mentah dan mengancam akan mengadukannya pada tuan Han yang saat ini sedang berada di luar kota. Tapi Taehyun balik mengancam bahwa ia tidak akan pernah mau bicara lagi pada Yeonjun, hingga akhirnya Yeonjun mengijinkan.

Tentu saja dengan banyak wejangan dan nasihat menyebalkan.

"Aku akan meminta bibi membuatkan bekal agar kau tidak perlu ke kantin. Makanan di kafetaria tidak cukup mengenyangkan. Jangan lupa bawa obatmu dan minum setelah makan siang nanti. Jangan ikut pelajaran olahraga. Jika merasa pusing langsung minta ijin untuk ke ruang kesehatan. Minta Jisung untuk menemani. Jika sudah tidak tahan maka hubungi Hyung, aktifkan terus ponselmu. Jangan pergi keluar saat istirahat sebelum Hyung menghampiri. Jangan coba-coba untuk bertengkar lagi dengan Yedam atau siapap—"

"Iya Hyung, iya. Aku paham, aku bukan anak kecil lagi" Taehyun sudah jengah, ia menutup mulut Yeonjun dengan telapak tangannya.

Yeonjun mendelik, lalu setelah selesai memasangkan sepatu Taehyun ia bangkit berdiri. Meraih tas Taehyun yang ada di meja belajar dan membawanya bersamaan dengan tas by sendiri.

Taehyun hanya menggelengkan kepalanya takjub. Yeonjun terlihat seperti ibu-ibu yang akan mengantarkan anaknya ke sekolah. Apalagi saat ini ia menuntun tangan Taehyun juga.

Padahal mereka hanya sedang menuju ruang makan. Ingat, mereka masih di rumah.

"Duduklah" Titah Yeonjun setelah menarik kursi meja makan untuk Taehyun.

Taehyun menyeringai. "Terimakasih, budak ku"

"Jangan kurang ajar. Ku lempar kau ke Alaska" Yeonjun menggerutu sambil mengambilkan makanan untuk Taehyun, lalu setelahnya mengambil untuk dirinya sendiri.

SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang