Yeonjun memasuki lapangan basket indoor dimana Taehyun menunggunya. Ada beberapa anak yang sedang berkumpul dipinggir lapangan, membicarakan sesuatu. Ada juga beberapa anak yang melakukan permainan basket ringan. Tidak terlalu ramai, tapi tidak sepi juga.
Ia mengedarkan pandangannya, menemukan Taehyun yang sedang duduk di tribun atas, tampak bermain ponsel. Langsung saja ia menghampirinya.
Taehyun yang menyadari seseorang mendekat kearahnya, mendongak. Memasukkan ponsel kedalam saku, menggenggam telapak tangannya yang lagi-lagi bergetar.
Ayolah, ia hanya akan bicara pada Yeonjun, bukan ayahnya. Kenapa ia se-gelisah ini?
"Sudah lama?" Tanya Yeonjun begitu mendudukkan diri di kusi sebelah Taehyun.
Taehyun menghela nafas dalam, mencoba rileks. "Lumayan"
"Maaf" Kata Yeonjun. "Kau sudah makan siang?"
Taehyun menggeleng. Yeonjun memberikan roti yang tadi sempat dibelinya di kafetaria bersama air mineral. Sudah hafal kebiasaan Taehyun. Taehyun menatap roti itu sejenak, lalu memutuskan untuk menerimanya. Jika tidak yang ada Yeonjun akan marah. Itu tidak bagus. Bagaimana jika nanti Yeonjun menolak membantunya.
Lebih baik ia cari aman.
"Terimakasih" Taehyun meletakkan roti itu dipangkuan, memutuskan memakannya nanti. Yeonjun tidak protes. Ia akan memastikan anak itu memakannya atau tidak nanti pada Jisung.
"Ada apa?" Yeonjun sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya, akhirnya ia menanyakan maksud tujuan Taehyun mengajaknya bertemu.
Astaga, mereka ini adik-kakak. Kenapa terasa aneh begini? Padahal dulu, Taehyun suka mengekor padanya.
"Hyung, apa aku boleh minta bantuan?"
Yeonjun mengernyit mendengar kalimat itu terlontar dari mulut Taehyun. Agak tidak suka karena seolah mereka itu orang asing yang meminta bantuan pun harus izin lebih dulu.
"Kau bicara apa sih, tentu boleh. Aku kakakmu, Taehyun" Yeonjun melirik tangan Taehyun yang bergetar. Ia menghela nafas, terasa sesak. "Santai Taehyun, tidak usah gelisah. Hyung bukan orang lain"
Taehyun mengangguk pelan. "Hyung, bisakah kau membantuku kampanye nanti jika aku lolos dalam wawancara pemilihan kandidat OSIS nanti?" Katanya langsung pada intinya.
"Apa?" Yeonjun memastikan pendengarannya tidak salah. "Kau mencalonkan diri? Bukankah kemarin menolak?"
Yeonjun bingung sekarang. Ia tidak bisa menolak permintaan Taehyun, apalagi ini bisa jadi kesempatan mereka dekat lagi. Tapi bagaimana, Yeonjun sudah terlanjur bilang akan membantu Beomgyu. Tidak mungkin Yeonjun mundur begitu saja dan membantu calon saingan Beomgyu nanti. Beomgyu itu teman baiknya, bagaimana jika anak itu kecewa?
"Ayah memintanya" Jawab Taehyun apa adanya. Yeonjun mengaduh pelan. Seharusnya ia sudah menduga.
"Tidak bisakah kau menolak? Bukankah kau menyukai klub sains sekarang?" Bukan apa-apa, Yeonjun hanya tidak ingin adiknya kehilangan hal yang disukainya lagi. Sudah cukup anak itu tertekan.
"Ayah mengancam jika aku menolak, aku akan berhenti sekolah dan hanya homeschooling" Anak itu menghela nafas. "Lagipula aku membuat kesepakatan dengannya"
"Kesepakatan apa?" Alis Yeonjun mengerut. Tidak biasanya sang ayah mau membuat kesepakatan. Beliau hanya suka memerintah tanpa bantahan.
"Jika aku berhasil menang, dia berjanji akan mengabulkan apapun yang aku mau"
Oh, ini juga tidak biasa. Taehyun tidak pernah memiliki permintaan apapun. Anak itu hanya akan menuruti perintah ayahnya tanpa bantahan. Yeonjun menegakkan posisi duduknya, bersiap mendengar lebih jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIP
Fiksi PenggemarBUKAN LAPAK BXB ‼️ ----- Yeonjun tahu, sebagai sulung harusnya ia bertanggung jawab menjaga adiknya. Tapi yang Yeonjun lakukan justru menempatkan adik nya dalam tekanan yang dibuat ayahnya. Yeonjun hanya ingin adiknya juga bebas, bahagia dengan mene...