37. Winner And Loser

385 66 13
                                    

Hidup tidak selalu diatas. Kemenangan tidak selamanya dapat dengan mudah diraih. Katanya, tidak masalah seseorang sesekali mengalami kekalahan agar tidak lupa daratan.

Kegagalan itu terkadang perlu, untuk menyadarkan bahwa diatas langit masih ada langit. Menguji apakah hati seseorang dapat menerimanya dengan lapang atau justru meraung tidak terima.

Taehyun mengalaminya sekarang.

Ini adalah harinya. Hari yang ia tunggu-tunggu untuk melihat hasil dari usahanya beberapa minggu belakangan. Hasil yang menentukan apakah jalan yang dipilihnya dapat terwujud atau justru melebur.

Hari dimana pemilihan OSIS dilaksanakan.

Para warga sekolah sudah selesai melakukan pemilihan pagi tadi, dan sekarang adalah waktu yang paling mendebarkan. Yaitu perhitungan hasil suara.

Taehyun menatap kosong ke depan, dimana pada papan yang menampilkan hasil pemilihan menunjukkan berapa suara yang didapat oleh masing-masing kandidat.

Sejauh ini Taehyun berada di urutan ketiga dengan selisih empat suara dari urutan kedua. Sedangkan selisih antara urutan kedua dan pertama itu dua puluh suara.

"Ah, tinggal tersisa empat suara!"

Suara renyah dari Guanlin didepan sana membuat bahu Taehyun total merosot. Kontan ia menunduk dan menenggelamkan wajahnya diantara telapak tangan yang ditumpukkan diatas pahanya. Sudah tidak ada harapan untuknya.

Ia total kalah.

Padahal saat acara debat Taehyun mendapat paling banyak dukungan. Rumor itu benar-benar merugikannya. Ayahnya benar, walaupun bukti sudah dipaparkan dan kebenaran sudah disampaikan tidak menjamin bahwa orang-orang kembali menaruh kepercayaan padanya.

Bukankah manusia lebih mudah mengingat keburukan seseorang ketimbang kebaikannya, entah keburukan itu bahkan hanya 1:9 dari segala hal baik yang dilakukan.

Taehyun merasakan bahunya dirangkul dari samping kiri. Ia tahu itu siapa. Yang duduk disana adalah Yeonjun dan disamping kanannya ada Changbin. Jisung, Dongpyo, dan Yedam disamping Changbin berturut-turut.

"Hey, masih ada empat suara. Siapa tau itu milikmu semua" Bisik Changbin menenangkan.

Taehyun menggeleng. Masih dengan posisi yang sama ia menjawab.

"Kalaupun itu milikku lalu apa? Posisiku hanya akan setara dengan Eunsang, bukannya menjadi yang pertama. Aku tetap kalah"

Changbin diam. Itu benar. Ia sedang berusaha menghibur atau membodohi diri sendiri sih?

Ia menoleh ke samping dan menemukan raut wajah masam orang disebelahnya.

Jisung sudah mengepalkan tangannya emosi. Dia tidak terima Taehyun harus kalah karena terkena dampak dari sesuatu yang bahkan tidak diperbuatnya. Harusnya ia bongkar saja perihal kecurangan Beomgyu yang mencuri visi misi Taehyun agar anak itu di diskualifikasi duluan.

Sedangkan Dongpyo tengah terlihat gelisah. Ia sesekali melirik kearah Yedam yang terlihat santai sekali. Ia kecewa jujur saja. Memang awalnya ia tidak percaya jika Yedam benar-benar berkhianat. Tapi menelisik kelakuannya beberapa hari belakangan dan raut wajahnya saat ini bukankah itu sudah lebih dari cukup untuk membuktikan semuanya?

Ah, jangan lupakan tadi malam Minseo mengirimi dirinya foto dimana terlihat Yedam sedang berbicara bersama Beomgyu di lapangan parkir sekolah.

Dongpyo merasa bersalah karena sampai saat ini dia belum bisa mengatakan apapun pada siapapun. Minseo terus saja mendesaknya tapi ia belum memiliki keberanian. Sedangkan Minseo sendiri menolak saat Dongpyo memintanya untuk membongkar. Katanya ia tidak ada hak.

SHOULD YOU GO? || TXT BROTHERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang