Hal pertama yang dirasakan oleh Waseso setelah siuman adalah : badannya seperti berayun-ayun depan, belakang, kiri, kanan berulang secara acak.
Kedua telinganya juga seperti tertiup hembusan angin.
Sejenak dia mengumpulkan ingatan terakhir saat dia dikerjain oleh tiga bocah pongah "temannya" berlatih silat.Mereka dengan sebelumnya menunjukkan pedang kecil yang diselipkan di pinggang masing-masing,..
Dan mengancam akan mengeroyok serta hendak membacok dua bocah kecil yang sedang mandi dengannya?,.. Bahkan katanya akan menangkap dan menyiksa Kinda?,..
Ancaman batal dilakukan dan bahkan mereka berjanji akan memberi uang kepadanya,..
Syaratnya adalah Waseso harus mampu bertahan sepuluh hitungan, sambil memasukkan “anunya" kedalam kantong kecil yang mereka bawa.Karena merasa tidak punya pilihan lain, serta saat itu dia juga sedang mandi telanjang, sementara “anunya" juga sedang nggak ngapa-ngapain,..
Maka Waseso setuju karena si bocah selain tidak tahu isi kantong tersebut?,..
Dia juga tidak menduga sama sekali, bahwa akan ada seorang manusia apalagi masih bocah akan bertindak begitu keji.
Demikian pikirnya.Jangankan sepuluh hitungan?,..
Baru saja memposisikan kemaluannya di mulut kantong yang barusan dibuka dan hitungan belum dimulai,..
Dirinya merasakan ujung “anunya" seperti disambar petir sebanyak tiga kali.
Sementara ketiga teman biadabnya tertawa senang.Dalam kesakitannya, dia segera membuang kantong tersebut.
Namun lima sampai enam ekor penghuni didalamnya segera keluar dan menyerang perut serta dada.
Ketika melihat si bocah kelojotan di tanah?
Tentu saja ketiga “temannya” langsung kabur ketakutan.
Setelah itu, Waseso tidak ingat yang terjadi.
Anehnya,..
Kini dia tidak merasakan rasa sakit luar biasa yang serasa membakar kemaluan serta perut juga dada.Saat si bocah merasakan hentakan dan membuat tubuhnya berayun kembali, segera dia membuka mata pelan.
Namun menjadi terbelalak, demi menyadari tubuhnya terbebat oleh jaring.
Dan ketika melihat ke bawah, ternyata pijakan bumi terletak lumayan jauh dibawah sana?,..
Segera dia menyadari sedang bergerak atau lebih tepatnya dibawa jalan pada dahan pohon yang besar.
Dalam segala kepanikan,..
Kepalanya mendongak keatas dan sedang menerka warna putih berbulu, juga ada bentuk seperti dagu bawah dengan sebelah kanan dan kiri banyak sekali rambut mencuat?,..
Berbentuk seperti kumis kucing namun jauh lebih buesssarrr dan puanjang?,..
Maka Waseso pingsan yang kedua kali.Si bocah tersadar ketika wajahnya merasa tersiram air dan mendengar suara gemuruh di sebelah kanan bawah seperti suara air tumpah.
Demi melihat kebawah dan menyadari bahwa dia sedang dibawa melintas sebuah sungai besar dengan cara melompat dari satu batu ke batu lain,..
Adapun di pinggir bibir sebelah kanan bawahnya ternyata adalah air terjun?,..
Kembali Waseso kecil jatuh pingsan untuk yang ketiga kali.***
Merasakan satu tangan yang dia gerakkan sedikit terasa bergesek dengan pasir yang lembut,..
Disusul tangan kanan juga merasakan hal yang sama,..
Kemudian punggung, semua kakinya juga merasakan hal yang sama pula?
Akhirnya semua kesadarannya berangsur pulih serta menyadari bahwa saat ini dirinya sedang terbaring telanjang bulat diatas hamparan pasir.
Dia tidak merasakan baik di dada, perut maupun,.....
Segera si bocah meraba yang dimaksud dan memang tidak lagi terasa sakit.
Dia hanya merasa ada yang aneh dengan ukurannya yang masih bengkak,..
Juga merasakan ada yang berbeda dengan bentuk ujungnya yang sekarang seperti tak terbungkus kulit luar lagi,..
Namun akhirnya tak dipedulikan, karena yang terpenting baginya adalah bagian tersebut sudah tidak merasakan sakit.Telinganya mendengar sayup-sayup, seperti entah suara air atau entah suara angin,..
Hidungnya mencium kesegaran udara aneh menyejukkan yang belum pernah sama sekali dia hirup.
Perlahan,..
Bocah itu membuka pelupuk mata serta melihat langit-langit batu tinggi diatas sana, yang pada bagian tertentu terlihat runcing mengarah kebawah.
Kepalanya dia angkat,..
Dan lagi dia melihat di depannya sejarak tiga langkah adalah dinding batu.
Dia miringkan kepala ke kiri dan juga menyaksikan dinding batu sejarak enam langkah,..
Namun pada bagian atasnya terdapat seperti lubang alam memanjang kanan kiri seukuran dua kali panjang tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Dibalik Layar
General FictionSebuah kisah yang menceritakan tentang bocah lelaki berusia delapan tahun, yang harus bertahan hidup demi memenuhi janji terakhirnya kepada mendiang kedua orang tua serta berbagai pilihan yang harus dia ambil dalam upaya melukis takdirnya sendiri. ...