BAB 41 - TERTULAR

102 13 2
                                    

Malam itu di sebuah rumah warga kampung pengungsian desa Watubok, yang memang di jadikan kamar besar berisikan delapan buah pembaringan?
Sedang terjadi kegaduhan.
Mungkin lebih mirip kesibukan, karena Werni yang sebenarnya sudah satu minggu lebih ini, telah diberi rumah khusus buat sepasang pendekar suami-istri,..
Namun mulai malam ini dia lebih memilih pindah tidur, bersama kesembilan gadis?
Maka beberapa warga membantu proses pemindahan pembaringan kedalam kamar khusus tadi, malam itu juga.

Alasannya?,..
Ingin turut mendengar keseruan penuturan pengembaraan Wulan selama empat hari yang lalu.
Padahal Wulan yang tiba sejak selepas senja sudah menceritakannya saat makan malam bersama barusan.
Mau tidak mau Wulan kembali mengulang ceritanya, meski perbuatannya menolong orang tidak diuraikannya secara detail, karena dia merasa bahwa tindakannya itu hanya hal sepele.

Selesai dengan ceritanya, Wulan yang sengaja menekankan perihal kehebatan dan keberhasilan kang Daruna dalam membalaskan dendam kematian gurunya yang berarti adalah guru Werni juga, malahan tidak direspon secara antusias oleh Werni.
Bahkan kini Werni yang bercerita perihal jerih payahnya yang sia-sia untuk mencoba memberi nasehat kepada suaminya, tetapi balasannya selalu :

"ahhh,.. kamu perempuan tau apa,.."

Makanya Werni juga sudah mulai masa bodoh.
Kesembilan gadis sebenarnya merasa tidak enak mendengar keluh kesah rahasia rumah tangga orang,..
Tetapi di satu sisi, mereka merasa lega karena Werni menumpahkan uneg-unegnya kepada mereka.
Dan ini lebih baik secara kejiwaannya, daripada dia pendam untuk dirinya sendiri, toh kesemuanya tidak mempunyai rasa atau prasangka negatif terhadap Werni, namun sungguh ikut merasakan prihatin.

Maka sambil tiduran di pembaringan masing-masing, kesembilan gadis menjadi pendengar yang baik dan sengaja membiarkan Werni meluapkan semua isi ganjalan hati.

Bahkan mereka seperti mengelus dada ketika Werni menceritakan bahwa semenjak kepergian suaminya menghadiri undangan jamuan makan pejabat kota, perangainya juga semakin berubah menjadi lelaki yang angkuh.
Sudah begitu setiap malam selalu pergi keluar, katanya menghadiri jamuan pejabat A, besok malamnya jamuan pejabat B.

Namun dengan hal tersebut, justru menyenangkan bagi sang istri,..
Karena dia yang sudah mati rasa, merasa tidak nyaman jika harus sepembaringan dengan "orang asing", meskipun dia adalah suaminya sendiri.
Apalagi menurutnya beberapa malam sepulang dari menghadiri jamuan pejabat C, suaminya pulang dalam keadaan setengah mabuk, dimana dari sekujur badannya mengeluarkan aroma beberapa jenis wewangian perempuan?

Tetapi anehnya, Werni juga sama sekali merasa tidak marah atau cemburu sedikitpun.
Sampai di cerita ini, kedelapan gadis seperti serentak bangun dan saling berpandangan satu sama lain,..
Bahkan Ni Luh tampak mengelus dada prihatin.
Adapun Werni yang bercerita sambil rebahan memiringkan badan menatap dinding disampingnya persis?
Tentu saja tidak melihat bahwa kakak dan adiknya sekalian sudah tidak lagi tiduran, namun masing-masing terduduk di pembaringan.

Masih dengan suaranya yang datar tanpa emosi Werni berkata :

"bayangkan saja, kemarin malam pas aku sedang tidur,.. dikagetkan oleh tangannya yang merangkul pinggang dan menciumi pundak ku,.. ichhhh,.. aku juga nggak kehabisan akal,.. langsung saja aku pancing membuka pembicaraan soal hasil jamuan makan malam barusan,.. hihihi,.. langsung saja dia nyerocos sampai capek sendiri dan tertidur tanpa dia sadari,.. Tapi aku sendiri yang malahan jadi nggak bisa tidur,.. kan aku jadi takut kalau diminta melayaninya,.. ichhh,.."

Sampai disini, Ni Luh yang juga pernah bersuami beranjak dari tempat pembaringannya sendiri,..
Lalu dia pindah berbaring disamping Werni dan memeluknya dari belakang.

Akhirnya semua bisa mengerti sepenuhnya atas tekanan batin yang dialami oleh Werni dan dengan senang hati menerima "kepindahan Werni" ke kamar mereka.

Pendekar Dibalik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang