BAB 30 - PELAJARAN PERTAMA

106 11 2
                                    

Hari ini,..
Satu minggu semenjak kejadian pertemuan dengan Malaikat Sadis, Waseso merasa lebih tenang karena setidaknya satu partai hitam yang paling ditakuti diseluruh negeri sudah mulai bisa diredam, meskipun gejolak di internal partai mereka belum dirasakan sampai di tempat ini.

Shinta dan si kembar telah lima hari ini meninggalkan perkampungan untuk kembali ke Kotaraja demi melaporkan kondisi terbaru yang berkaitan dengan partai tersebut kepada ayahanda Kaisar dan juga kakandanya Putera Mahkota (beda ibu, karena Shinta anak dari selir kedua kaisar).

Adapun Kinda, Bening, Ni Luh, Laksita, Wulan dan Sari, sedang pergi ke kota Watureng.
Kelima gadis yang merasa semakin sayang terhadap Bening, yang katanya belum pernah sama sekali masuk ke dalam kota dan berbaur selayaknya gadis normal pada umumnya?,..
Segera mengajaknya untuk berbelanja.
Sekaligus mereka akan ke rumah Sari untuk memberi kejutan kepada kedua orang tuanya, perihal dirinya yang sekarang jauh lebih berbahagia dan juga kesaktian yang sudah dimiliki.
Adapun satu-satunya pendekar wanita yang berada di perkampungan, tinggal Werni seorang.

Oleh karenanya, setelah lumayan sibuk dengan aktivitasnya selama setengah hari ini di rumah sehat, Waseso berniat untuk pergi ke kaki bukit sebelah timur desa di sebuah embung (sejenis danau kecil) berair sangat jernih, yang pernah ditemukannya secara tak sengaja tiga hari yang lalu.
Apalagi dia sudah merasa gerah dan juga sudah cukup lama tidak mandi dengan sepuas-puasnya, karena selama ini hanya bisa membersihkan tubuh di kamar mandi warga, itupun sering mengantri.

Setelah melihat lima jenis bubuk busa yang dia simpan di laci meja, dia teringat saat secara tidak sengaja mendengar obrolan para gadis yang mengatakan :
Bahwa hampir semua wanita menyukai laki-laki yang bersih,..
Baik wajah, gigi, maupun tubuh yang harum tidak berbau keringat.
Namun lagi katanya bukan harum yang wangi semerbak,..
Demikian yang di dengar.

Oleh karena itu, si pemuda yang memang sudah terbiasa mandi dua hingga tiga kali sehari,..
Menjaga kebersihan mulut serta memiliki keahlian membuat bubuk busa berbahan bunga maupun dedaunan,..
Semakin suka membuat eksperimen, tetapi mulai menghindari aroma yang berbau identik perempuan.
Akhirnya dia memutuskan untuk mengambil wadah bubuk busa yang dia bawa dari surga tersembunyinya.

Kemudian dia keluar dan mencoba mencari Werni, namun tidak ditemuinya.
Akhirnya tepat saat matahari tenggelam, Waseso berjalan keluar perkampungan dan setelah melewati ladang warga,..
Dia mengempos tenaga, serta lari menuju ke arah kiri kaki bukit.
Sesampai di embung, dia melihat sekeliling serta menikmati kilau pantulan sinar bulan diatas air.

Setelah meletakkan bawaan, dia melepas semua pakaian dan :

"byurrrr,..."

Waseso pun terjun kedalam embung dan segera berenang kesana-kemari sepuasnya.

Merasa sudah cukup, dia kembali ke tempat dimana menaruh barangnya.
Setelah keluar dari air, diambilnya wadah bubuk busa :

"aduhhhh,.. hanya tinggal sekali pakai ini,.. karena jarang aku gunakan jadi lupa untuk membuatnya lagi,.."

Demikian Waseso membatin.

Setelah dicampur dengan air dan langsung menimbulkan busa tebal, dia mulai meratakan ke wajah dan rambut.
Segera diciumnya aroma khas daun mint, yang wanginya tidak terlalu menyengat hidung.
Bubuk busa ini adalah merupakan favoritnya.

Oleh karenanya, dia berniat untuk mencoba mencari daun tanaman itu selesai mandi nanti.
Setelah semua busa dia gosokkan merata ke seluruh tubuh hingga bagian paling tersembunyipun, Waseso segera kembali masuk ke air dan melanjutkan usahanya untuk membersihkan seluruh tubuh dari busa dan buih, serta sekaligus berendam.

Pendekar Dibalik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang