Saat tiba didalam ruang rahasia bawah tanah, Waseso kecil berhenti sejenak untuk memberikan waktu bagi kedua mata membiasakan dengan kegelapan.
Ruangan tersebut meskipun sempit dan lembab?
Namun sudah ditata sedemikian rupa oleh kedua orang tuanya,..
Sehingga sebenarnya masih terbilang cukup lega untuk digunakan sebagai tempat persembunyian, bahkan untuk tiga orang dewasa sekalipun.
Dia juga sudah hapal letak dipan, rak penyimpanan makanan dan minuman darurat serta posisi meja kecil,..
Termasuk letak lampu sumbu dimana saat ini si bocah berkeinginan untuk segera menyalakan.
Begitu menemukan yang dimaksud, si bocah segera melaksanakan niatnya dan tidak lupa menarik seutas tali yang tergantung di sudut dinding untuk membuka jendela ventilasi pada lubang teratas yang tembus hingga ke genteng rumah.Waseso kecil kemudian duduk pada tepian dipan dan mencoba menajamkan pendengarannya,..
Namun dia tidak mendengar satupun suara diluar sana.
Sesaat kemudian, dia mengambil posisi duduk bersila seperti yang diajarkan ayahnya dan tidak berapa lama kemudian, bocah itu larut dalam semedhi.Sepertinya sudah cukup lama dia bersemedhi, hingga terganggu oleh samar-samar terdengar beberapa langkah kaki berat yang sepertinya sedang masuk ke dalam rumahnya.
Suara tesebut semakin keras dan menandakan, mereka yang diatas telah memasuki ruang makan.Tidak jelas apa yang mereka perbincangkan, tetapi si bocah menyimpulkan bahwa itu bukanlah suara ayahnya maupun suara laki-laki tetangga mereka.
Sampai disini, bayangan kekhawatiran mulai memasuki pikiran.
Berbagai pertanyaan yang menghantui otak segera berkecamuk.
Ketika dia akan bangkit dari posisi untuk segera menghambur naik tangga dan keluar dari tempat persembunyian demi mencari tahu apa yang terjadi terhadap kedua orang tuanya?
Mendadak dia teringat pesan terakhir ibunya dan seketika dia mengurungkan niat tadi.
Namun demikian degup jantungnya semakin cepat berdetak,..
Apalagi saat suara diatas terganti dengan beberapa kali suara bantingan gelas maupun piring serta benda-benda keras yang menghantam dinding rumah disertai dua suara makian bersahutan.
Nalurinya sebagai seorang anak kecilpun muncul,..
Ketika khawatir dan ketakutan yang amat sangat menyerang?,..
Air mata adalah salah satu cara alami untuk menyalurkan tekanan menyesakkan pada dada. Namun demikian, suara tangisan tidak secuilpun dia keluarkan.Suara diatas sudah tidak ada lagi, tetapi samar-samar dia mendengar suara riuh tawa sekelompok orang.
Beberapa saat diam lalu kedengaran lagi.
Si bocah menghapus air mata dengan punggung tangan dan mencoba untuk melanjutkan semedhi.
Setelah mengatur napas sedemikian rupa untuk mengeluarkan rasa sesak yang mengisi penuh rongga dada,..
Perlahan dia mulai bisa menenangkan degup jantung dan kembali mulai larut dengan keheningan pikiran.Lama setelah itu,..
Pendengarannya terusik dengan suara dengung nyamuk yang terbang melintas dekat telinga,..
Lalu dilanjutkan dengan suara seperti lolongan tangis yang bersahutan, meski bunyi itu sangat lirih seperti berasal dari kejauhan.
Seketika pikirannya yang tadi tenang mulai buyar,..
Apalagi saat dia coba bangun dari duduk dimana suara tangisan tadi semakin kentara, bahkan seperti ada suara tangis anak-anak?,..
Tanpa pikir panjang si bocah segera bergerak ke tangga,..
Menarik tuas dan memanjat naik.Begitu tiba diatas dan berdiri di lantai ruang makan keluarga?,..
Dilihatnya semua peralatan makan minum beserta perabotan meja kursi telah porak poranda alias berantakan.
Pernapasannya segera kacau,..
Bayangan gelap yang tadi menghantui semakin mendera otaknya bertubi-tubi.
Suara lolongan tangis yang tadi samar-samar didengar, semakin nyata bercampur dengan raung tangis anak-anak kecil bersahutan.
Tanpa memperdulikan keadaan dalam rumah lebih jauh lagi, dia segera pergi keluar dan menuju pusat tangisan.Satu pemandangan mengerikan yang selayaknya tidak baik dilihat oleh anak seumurannya segera tersaji di depan mata.
Bagaimana tidak?,..
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Dibalik Layar
Сучасна прозаSebuah kisah yang menceritakan tentang bocah lelaki berusia delapan tahun, yang harus bertahan hidup demi memenuhi janji terakhirnya kepada mendiang kedua orang tua serta berbagai pilihan yang harus dia ambil dalam upaya melukis takdirnya sendiri. ...