BAB 12 - AMBISIUS ???

126 13 3
                                    

Hari yang masih pagi, namun Waseso sedang duduk bersandar pada dinding gua menghadap ke pintu keluar,..
Dan dia sudah paham dampak akibat racun, setelah dua hari lalu mengunyah benda bulat seperti madu beku, sebesar buah ceri namun mengeluarkan cahaya berpendar.
Setelah dikunyah, terasa ada cairan meleleh yang akhirnya dia telan karena rasa maupun aromanya seperti madu segar.
Saat merasakan panas menyengat sebelum jatuh pingsan?,..
Kala itu dirinya sempat berpikir bahwa dia telah menkonsumsi racun.
Namun begitu sudah sadar dan merasa bahwa seluruh badan terasa sangat segar serta ringan,..
Bahu kiri yang sengkleh telah berbalik normal,..
Punggungnya juga nyaman,..
Serta keanehan lain adalah, kini dia mampu melihat benda-benda yang tersembul dari dalam tanah yang seperti berserakan nun jauh di seberang kolam biru,..
Bahkan dia juga bisa membedakan bahwa kini saat malam?..
Pandangan matanya dirasakan seperti bisa menembus kegelapan,..
Oleh karenanya, dia segera menghapus kata racun tadi dari dalam pikiran.

Meski demikian, si bocah sempat merasa ada kejanggalan lain pada tubuh tetapi dia tidak merasa yakin,..
Yaitu si bocah seperti merasa badannya agak panjang alias lebih tinggi sedikit.
Sudah begitu, kemaluannya yang kemarin berbentuk bengkak bulat seperti bola yang berada di bawahnya?,..
Sekarang dilihatnya juga telah berubah menjadi lebih panjang,..
Sehingga kesan bengkak tidak ada lagi.
Dan jika "benda" tersebut dilihat ataupun dipegangnyapun?,..
Semakin memperjelas perbedaan mana burung dan yang mana telor.
Namun hal tersebut tidak lagi digubris oleh si bocah,..
Tanpa menyadari bahwa nantinya?,..
“Itu” akan mempengaruhi dirinya dan bakalan membawanya dalam masalah rumit nan pelik dalam kehidupan pribadinya di kemudian hari.

Saat ini,..

Si bocah sedang membiarkan pikirannya jauh mengembara setelah membaca isi kitab pada halaman ketiga dan keempat yang menjelaskan bahwa sang penulis?,..
Adalah seorang kakek yang semasa hidupnya bergelar Dewa Obat Dari Selatan.
Beliaulah yang sebenarnya bisa dikatakan pemilik tempat ini, karena memang sudah menetap disitu sejak dia mundur dan mengasingkan diri dari dunia persilatan.
Diterangkan dalam kitab tersebut, bahwa dialah satu-satunya manusia yang tersisa dari total empat orang lain.
Ketiga sahabatnya sudah mendahului, akibat usia mereka masing-masing yang sudah terlampau tua.
Yang pertama berjuluk Dewa Maut Langit Barat.
Yang kedua berjuluk Dewa Pedang Ufuk Timur.
Dan ketiga Raja Iblis Puncak Es. (majikan awal dari Harimau Sakti Puncak Salju).

Awalnya pada saat keempat manusia sakti bertemu pertama kali?,..
Adalah untuk menentukan siapa diantara mereka yang lebih unggul dan hasilnya?
Tidak seorangpun dinyatakan sebagai pemenang, karena ternyata masing-masing pihak memiliki kekuatan yang berimbang,..
Padahal mereka telah berminggu-minggu saling bertempur bergantian.

Barulah sejak saat itu, mereka sepakat untuk mengadakan pertemuan empat tahun sekali dan tempatnya pun ditentukan secara bergiliran pada lokasi yang dikuasai oleh masing-masing pihak.
Dan pada pertemuan yang terakhir kali, diadakanlah di tempat ini.
Namun nyatanya juga tidak berhasil menentukan siapa pemenangnya.
Malahan ketiga kakek lain merasa betah dengan tempat ini,..
Apalagi dengan terbukanya hati Raja Iblis Puncak Es yang akhirnya bertobat dan berubah menjadi orang baik.
Maka sang pemilik tempat membujuk mereka bertiga untuk tinggal menetap, yang selanjutnya di kemudian hari?
Keempatnya menjadi bersahabat dan membuat kesepakatan bersama serta berhasil mempersatukan keempat ilmu mereka, sebagaimana rangkumannya tertulis dan tergambar pada dinding.

Meski begitu,..
Semua ilmu sakti tersebut bisa dikatakan percuma apabila tidak memiliki TENAGA DALAM INTI SAKTI yang merupakan sari perpaduan tenaga dalam dari keempat kakek sakti tadi.

Dikatakan,..
Bahwa Kakek Dewa Obat Dari Selatan menginjak usia yang ke seratus delapanpuluh lima tahun ketika dia mendapat penglihatan,..
Bahwa sebentar lagi dia akan menyusul ketiga sahabatnya.
Dalam beberapa kali kesempatan dahulu, mereka berempat telah mencoba mencari seseorang yang dirasa tepat dan layak menerima limpahan warisan mereka,..
Namun belum mendapatkan kecocokan.
Bahkan hingga ketiga kakek saling susul menyusul menginjak garis finish.
Akhirnya kakek terakhir sebelum turut serta menyentuh garis final?,..
Memiliki ide membuat tulisan dan coretan di dinding, termasuk menitipkan benda warisan terpenting mereka, pada langit-langit rongga mulut Harimau Sakti,..
Meski dengan resiko sang Harimau belum akan kembali normal selayaknya makhluk hidup lainnya,..
Jika benda yang membuatnya mampu hidup ratusan tahun lamanya itu belum tercabut dari rongga mulut.

Pendekar Dibalik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang