Malam ini kesepuluh wanita makan malam bersama, dimana satu kursi dibagian kepala meja kosong.
Namun demikian, hal itu kurang diperhatikan oleh mereka semua, terutama bagi kesembilan gadis.Benar,..
Mereka semua tadi bersama-sama merasakan bahagia karena menyaksikan kegembiraan Non Ike yang kini tidak perlu lagi hidup menggelandang,..
Dan mau tinggal di perkampungan, meski dia dengan keras kepala lebih memilih tidur di dalam bak pedati, walaupun telah diminta untuk tinggal di salah satu rumah warga yang kosong.Sedari tadi mereka semua lebih banyak diam sambil mengunyah makanan masing-masing.
Namun semua gadis secara bergantian saling pandang,..
Lalu juga melirik ke arah Werni, yang dari porsi serta cara makannya sudah bisa ditebak :
Hanya sekedar mengisi perut dan mengasah gigi.Setengah suapan,.. tiga kunyahan, terus melamun... seperempat suapan,.. dua kunyahan melamun.
Tidak ada satupun diantara mereka yang berani mengambil inisiatif pertama untuk membuka obrolan kepada yang dimaksud.
Akhirnya dikarenakan kesembilannya sudah selesai dari tadi, sementara Werni masih asyik dengan pandangan kosongnya, dimana kedua kelopak mata masih terlihat bengkak?,..
Ni Luh yang sudah tidak sabar beranjak dari kursi dan pindah duduk di kursi ujung sebelah kiri, dimana Werni menjadi duduk di sebelah kanan Ni Luh.Werni terlihat seperti kaget dengan keberadaan Ni Luh yang kini sedang memandangnya.
"kak Werni, apakah kami sekalian ada membuat salah padamu?,.."
Tanya Ni Luh.Werni tersenyum dan menjawab :
"ichh,.. jangan ngaco,.. enggak ada salah sama sekali,.."
"kalau begitu,.. kakak ada masalah apa?,.."
Kinda turut bertanya.
Werni menggelengkan kepala :"enggak ada apa-apa adik Kinda,.."
Jawab Werni, tapi suaranya bergetar dan tidak lama isak tangispun akhirnya pecah.
Ni Luh yang berada di dekatnya segera memeluk pundak Werni dari samping, namun ternyata tangis Werni semakin menjadi.
Karena mendapat kode mata dari Bening, maka Ni Luh segera mengangkat tubuh Werni untuk berdiri dan sambil merangkul, dibimbingnya ke belakang untuk duduk di tikar.
Sementara itu kedelapan gadis segera turut bergabung duduk di bawah, tetapi sebelumnya Wulan menutup pintu terlebih dahulu, agar tidak ada orang lain yang bisa masuk kedalam.
Bening yang bisa dikatakan lebih tua dua tahun dari Werni, mengusap punggung serta rambutnya dengan lembut ;
"sudahlah adikku,.. kami semua ada bersamamu,.."
Dan benar saja demi mendengar perkataan itu Werni melepaskan pelukannya dari Ni Luh,..
Lalu gantian memeluk Bening yang duduk di sebelah kanan dan menyandarkan kepalanya di dada Bening sebentar, kemudian dia mulai berkata :"aku merasa benar-benar hancur kak,.."
Lalu diawali dengan suara yang terbata-bata, Werni menceritakan awal mula perkenalannya dengan sang suami yang terhitung kakak seperguruannya,..
Pernikahan mereka yang terkesan tergesa-gesa,..
Keruntuhan padepokan perguruan, perjalanan pelarian selama dua tahun,..
Hingga akhirnya ditolong oleh Kinda dan kemudian ikut bergabung dengan rombongan pengungsi.Setelah mengambil napas, kemudian Werni menceritakan perihal kondisi yang sudah mulai tenang dan ingin mengajak berduaan dengan sang suami. (tentunya dia tidak menceritakan soal hubungan senggama mereka)
Dengan tujuan untuk menjaga keharmonisan, hingga dia merasa kecewa karena dinomor duakan,..
Serta akhirnya bagaimana dia merasa kecewa yang sangat, karena mengetahui kepicikan dan rencana licik suaminya.
Dan dia merasa sedih mengetahui watak asli sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Dibalik Layar
Ficción GeneralSebuah kisah yang menceritakan tentang bocah lelaki berusia delapan tahun, yang harus bertahan hidup demi memenuhi janji terakhirnya kepada mendiang kedua orang tua serta berbagai pilihan yang harus dia ambil dalam upaya melukis takdirnya sendiri. ...