BAB V - JALUR DUNIA PERSILATAN

154 14 1
                                    

Entah sudah berapa petak padang belantara maupun kerimbunan hutan alam dia lewati, namun tak kunjung si bocah malang menemui sebuah desa.
Sinar matahari telah demikian terik membakar kepala juga badan.
Hingga rasa haus yang sedari tadi di tahannya terasa semakin membuat tenggorokan si bocah berasa kering kerontang.
Sambil tetap berjalan, dia merogoh pinggang dan meneguk kantong air yang dibawanya.

Ketika baru saja dia berbelok dan melewati jalan yang kanan kirinya terbentuk seperti jurang kebawah namun tidak dalam?,..
Si bocah menampakkan seutas senyum kecil dan bergumam :

"sepertinya didepan sana ada sungai,.. hmm,.. aku bisa mengisi penuh kantong airku serta istirahat sejenak,.."

Belum lama dia berjalan, si bocah melihat di ujung jalan nun jauh dihadapannya sana?,..
Nampak kepulan debu dan sekilas kibaran bendera panji, yang menandakan satu kelompok berkuda akan melintas berlawanan arah dengannya.
Segera terngiang nasehat mendiang ayahnya di waktu lalu,..
Bahwa ada banyak gerombolan orang jahat ataupun kelompok pasukan yang tidak segan-segan untuk membawa dan merampas anak-anak kecil laki-laki.
Demi teringat hal ini, diapun segera berlari ke tepi jalan berniat untuk menyembunyikan diri.

Namun sayangnya,..
Dikarenakan dia terburu-buru dalam kegugupan, secara tidak sadar dirinya hanya memegang salah satu batang pohon lunak dan kecil, serta tidak sanggup menahan tarikan tubuhnya pada tanah yang berkontur miring tersebut.
Sehingga si bocah terpeleset dan jatuh berguling-guling kebawah pada tanah yang sedikit berkerikil dan curam.

Entah berapa kali dia terguling, namun untungnya tumbuhan dan semak yang berada pada jalur luncurannya tumbuh begitu rimbun,..
Sehingga insiden tersebut tidak mengeluarkan kepulan debu yang memancing perhatian gerombolan berkuda, yang kini semakin dekat dan akhirnya melintas lewat pada titik akhir dimana dia tadi terjatuh dari atas.

Tubuh kecil itu akhirnya tertahan oleh sebuah batang pohon dan menghentikannya secara paksa untuk lebih jauh bergulingan ke bawah sana.

Dengan perlahan,..
Akhirnya si bocah bangkit berdiri namun dia merasakan sakit dan nyeri pada punggung belakang, tepatnya diatas pinggang sebelah kiri.
Diapun terpaksa duduk ditanah, ketika merasakan matanya mulai berkunang-kunang.

Setelah dirasa mendingan dia mencoba berdiri, namun demikian rasa nyeri tersebut masih belum hilang.
Tetapi dengan tekat kuat, dia tahan sakit itu dan mulai memungut kantong kain, juga bungkusan pisau yang tergeletak tidak jauh dari situ.
Adapun kantong air miliknya masih tergantung di pinggang kanan, meski isinya sekarang sudah kosong berhamburan akibat tergencet tubuhnya yang tadi bergulingan.

Setelah dilanjutkan dengan memeriksa sekujur badan untuk melihat dan merasakan apakah terdapat luka luar yang ditimbulkan?,..
Si bocah pun bernapas lega, karena yang dikhawatirkan tidak terbukti, bahkan pada kepalanya juga tidak ditemukan adanya benjolan. 
Dengan gerakan perlahan lebih tepatnya merayap?,..
Akhirnya dia mencoba kembali naik keatas, meski rasa nyeri pada punggung tidak kunjung hilang.
Setelah bersusah payah, si bocah kurus bisa mencapai pinggir jalan kembali dan segera berjalan kearah sungai, seperti yang dia duga sebelumnya.
Dan benar sekali, di depannya kini terlihat sebuah jembatan kayu dengan air sungainya yang terlihat jernih dibawah sana.
Tidak mau mengulang kejadian yang sama, si bocah beringsut seperti merayap turun menuju sungai.
Sesampainya di sungai yang tidak dalam tersebut, dia mendongakkan kepala dan segera menyadari bahwa dirinya akan dapat terlihat dengan jelas oleh siapapun dari atas sana.

Maka dia segera mengisi kantong air dan menyeberangi sungai tersebut serta dilanjutkan dengan berjalan menyisiri sungai yang berkelok-kelok searah dengan arus air tersebut mengalir.

Si bocah baru menghentikan langkah ketika tiba di sebuah dam kecil, dimana air sungai seperti tertampung dan berkumpul ditempat itu.
Pada bagian tengah, arus air terlihat tenang yang mencerminkan kedalaman.
Sementara diujung bawah bagian sana, terdengar suara seperti air tumpah dan menandakan akan adanya sebuah air terjun.
Waseso kecil kemudian berjongkok dan menangkupkan tangan di air, lalu mengangkatnya kearah mulut dan melepas rasa dahaga yang sedari tadi ditahan.

Pendekar Dibalik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang