BAB 33 - KEMBALI MELIHAT KOTA

98 12 2
                                    

Bagaimana dengan Waseso?,..

Setelah menjauh dari kuil, dia menghentikan larinya dan berusaha untuk menenangkan degup jantung yang masih berdebar kuat.
Bukan karena sehabis lari, melainkan semata-mata akibat sebuah pengalaman baru yang disaksikannya tadi.
Bahkan seluruh badannya terasa panas dingin serta menimbulkan suatu perasaan yang sulit dia ungkapkan.

Akhirnya untuk mendinginkan badan dan kepala, dirinya kembali menuju ke embung,..
Dan setelah melepas semua pakaian, dia bisa melihat dengan jelas "sang adik" yang dari tadi dirasakannya sangat risih.
Baru kali ini dilihatnya "yang bersangkutan" dalam posisi mendongak tegak melampaui lubang pusarnya,..
Kaku dan bahkan di bagian ujung yang polos seperti kepala bocah,..
Juga mekar mengembang sempurna dan berwarna kemerahan tua.
Dan saat dia pegang, dirinya merasakan perasaan aneh antara nyaman, geli dan hangat.

Karena merasa janggal dengan hal tersebut, genggamannya dia lepaskan dan :

"byurrrr,.."

Kembali dia berendam di dalam air.

Secara perlahan, rasa panas di dalam badan mulai mereda,..
Apalagi saat dia menenggelamkan seluruh kepala di dalam air,..
Ketika "sang adik" sudah mulai agak mengendur, dia lalu berbaring terlentang mengapung dan menikmati kesegaran air di seluruh bagian bawah tubuh, serta memandang bulan penuh diatas sana.
Baru beberapa detik pikirannya terbawa kembali pada kenangan betapa indahnya sinar bulan yang memantul pada kulit sepasang buah dada dan perut datar Werni?,..

Kembali dia diserang oleh rasa panas yang lagi-lagi membangunkan "sang adik" begitu dahsyat.

Sadar akan pikirannya yang terbuai oleh kenangan, dia kembali menenggelamkan badan kedalam air dan setelah beberapa kali dicoba?
Namun kenangan tadi masih sulit dilepaskan.
Oleh karena itu dia segera naik ke darat, memakai pakaian dan berlari kecil tanpa mengerahkan ilmu meringankan tubuh,..
Kembali ke perkampungan dan ternyata cara itu sangat manjur untuk mengusir bayangan tadi.

Akhirnya dia sudah duduk dan hendak mengambil makan malam, dimana untuk kali ini dilihatnya semua bangku yang mengelilingi meja itu terlihat kosong.
Dia sangat hapal, bagaimana para gadis memposisikan duduk mereka,..
Dimana biasanya kursi disebelah kanannya selalu dan pasti diduduki oleh Kinda,..
Seolah para gadis lain tidak ada yang berani mengkudeta kursi itu.
Setelah melirik kursi tersebut, Waseso senyum sendiri, lalu melirik ke sebelah kirinya.

Kursi ini biasanya selalu bergantian antara Shinta, Ni Luh atau yang beberapa hari terakhir ini diselingi oleh Bening.
Sebelah kirinya kemudian, kursi yang selalu diduduki si kembar dan yang paling ujung kiri adalah Werni.
Sampai disini, pikirannya kembali kumat,...
Dan si pemuda bangkit, lalu berjalan keluar alias tidak jadi makan.
Sesampainya di pagar luar perkampungan, dia kemudian berlari biasa dengan tidak mengerahkan ilmu meringankan tubuh.

Terusss,...
Si pemuda berlari tanpa menghiraukan arah dan baru berhenti,..
Ketika dia melihat banyaknya lampu obor yang berdiri diatas pagar tinggi dan juga di pasang pada gerbang pintu masuk kota.

"owhhh,.. ini rupanya kota Watureng,.."

Demikian dia membatin serta berjalan biasa dan seketika berhenti, saat dia mendengar bentakan salah satu penjaga keamanan gerbang kota,..
Yang berdiri gagah di dekat pintu, masing-masing dua orang kanan dan kiri.

"hehhh,.. mau kemana kamu anak muda?,.."

Yang ditanya sejenak mendelong dan memperhatikan sebentar ke wajah-wajah para penjaga tersebut, namun tidak ada yang dikenalinya.
Dan dia baru ingat bahwa seluruh pendekar-pendekar muda sedang turut mendampingi kang Daruna untuk menghadiri jamuan pejabat kota.

Pendekar Dibalik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang