BAB 17 - SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA, BERIKUT GENTENGNYA

118 13 3
                                    

Seorang gadis cantik jelita akan berusia sembilanbelas tahun dengan bentuk wajah lonjong mendekati bulat,..
Berkulit kuning langsat cerah, nampak baru saja keluar dengan dipapah oleh seorang perempuan setengah baya, kisaran seusia enampuluh tahunan dari rumah berobat di kota Bantrah.
Sebuah kota propinsi yang cukup besar di negeri Muderakali.

Sepertinya mereka berdua sebelumnya telah memesan sebuah bendi (kereta kecil yang ditarik oleh kuda) karena si kusir bendi tersebut, segera datang menghampiri dan membantu memapah si gadis untuk menaiki tumpangannya.
Setelah perjalanan sekitar lima blok, tibalah mereka di sebuah rumah penginapan yang bentuknya seperti petak-petak, menandakan bahwa itu adalah rumah sewa.
Setelah turun dan membayar ongkos bendi, kedua wanita tersebut berjalan masuk kedalam salah satu petakan.

Tidak beberapa lama, si perempuan setengah baya nampak membawa nampan berisi air putih dan memberikan gelasnya kepada gadis muda :

"silahkan diminum nyonya muda,..."

Yang dipersilahkan saat itu sedang duduk di tepi pembaringan dan hanya diam saja, sementara tatapannya kosong melihat arah luar jendela.
Adapun wanita setengah baya itu turut ikut menemani nyonya mudanya serta duduk di satu kursi sambil menatap sedih nyonya majikannya tersebut.

Membayangkan bagaimana satu setengah tahun yang lalu, majikannya ini masih terhitung pengantin baru?,..
Namun selalu ditinggal pergi oleh suaminya yang katanya adalah seorang saudagar.
Pergi dua sampai tiga minggu dan pulang paling lama tiga hari.

Dia juga tahu persis bagaimana nasib malang yang dialami majikannya tersebut,..
Karena hanya dia satu-satunya orang yang selalu melayani bahkan menjadi teman curahan hati, termasuk menemani keluar masuk rumah pengobatan,..
Akibat penyakit pendarahan majikannya kambuh.
Nyonya majikan ini, pernah mengalami keguguran kandungan hampir setahun yang lalu.
Dan semenjak kegugurannya, sang suami malahan tidak pernah lagi pulang.
Bahkan enam bulan yang lalu, datang seorang kurir yang mengantarkan surat,..
Isinya memberitahukan bahwa sang suami telah meninggal, tanpa sedikitpun diterangkan sebab musabab serta dimana tempat meninggalnya.
Pada bagian terakhir isi surat itu, hanya disebutkan bahwa nyonya mudanya itu dinyatakan sebagai janda dan berhak mendapatkan hak waris sebuah rumah yang juga sekaligus sebagai rumah usaha.

Suatu kali setelah itu, saat dia menemani sang nyonya pergi berbelanja kain untuk kebutuhan majikannya yang memang gemar membuat dan menjahit pakaian?
Mereka melihat salah satu jenis kain, yang kata nyonyanya adalah merupakan jenis dan bahan yang biasa dijual oleh suaminya ke kota-kota,..
Dan saat itu sedang diturunkan dari kereta kuda ekspedisi, ke toko kain yang mereka datangi.
Sang nyonya lalu menanyakan perihal asal muasal pengirim dan setelah pemimpin ekspedisi melihat buku catatannya lalu menyebut nama pengirimnya adalah benar atas nama suaminya?,..
Tentu saja sang nyonya kaget.

Sesampainya di rumah, sang nyonya segera pingsan seolah tidak mempercayai apa yang di dengarnya tadi dan membuat penyakit pendarahannya kambuh.
Dan semenjak itulah,..
Sang nyonya sering keluar masuk rumah pengobatan, bahkan pergi mencari tabib-tabib hingga ke luar kota, namun hasilnya tidak ada.
Suatu ketika,..
Kakak seperguruan sang nyonya berkunjung dan akhirnya, majikannya meminta untuk mencarikan orang upahan, yang bersedia mencari tahu kebenaran jejak suaminya yang dikabarkan sudah mati.

Dan sebulan kemudian, datanglah dua orang pendekar bertamu ke rumahnya atas pemberitahuan kakak seperguruannya tadi.
Namun dikatakan, biayanya sangat mahal karena letak kota yang di sebutkan, jauh berada di sebelah barat Kotaraja.
Meski begitu, sang nyonya menyanggupi dan langsung membayar separuh dari angka yang disebutkan, adapun sisanya akan dilunasi sekembalinya mereka membawa berita.

Tiga bulan yang lalu, dua pendekar tadi datang kembali dan memberikan kabar yang mengejutkan,..
Bahwa ternyata sang suami memang belum meninggal dan telah kawin lagi atau yang lebih parah menurut selentingan yang beredar disanalah kota tempat tinggal isteri pertama lelaki dimaksud.
Dan keberadaannya benar sesuai dengan nama kota yang disebutkan oleh sang nyonya saat penugasan mereka.
Bahkan juga, sang nyonya menerima bukti tanda gelang pengenal yang ada tercantum nama suaminya.
Setelah kepergian dua pendekar upahan tadi, yang juga telah menerima sisa biaya pelunasan mereka, sang nyonya kembali pingsan dan penyakitnya kambuh lagi.

Pendekar Dibalik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang