Hari ini adalah hari kedua, dimana Waseso kecil telah singgah di propinsi Watukelir.
Sebuah kota propinsi yang sebenarnya tidak begitu besar,..
Namun dikarenakan kepala daerahnya cukup cerdik dalam mengatur strategi keamanan pada kota tersebut?,..
Membuat para gerombolan liar tidak berani bertindak semena-mena di dalam kota tersebut.
Hal ini juga mengakibatkan banyak orang kecil dari berbagai desa yang pergi mengungsi dari daerah asal mereka dan menjadikan kota yang kabar beritanya cukup aman ini?,..
Mereka jadikan sebagai tempat tujuan untuk berlindung demi menyambung hidup.Sayangnya,..
Si kepala daerah termasuk semua bawahannya, lebih asyik dengan gelimang harta yang mereka peroleh dari pungutan pajak keamanan yang besaran nilainya mereka berlakukan secara pukul rata.
Sehingga menghasilkan respon yang berbeda-beda bagi masyarakatnya, yaitu : murah bagi warga yang kaya,..
Cukup mahal bagi warga menengah, sangat mahal bagi warga miskin dan mencekik bagi para pendatang yang hanya tinggal di gubuk-gubuk kumuh.
Dengan kondisi demikian, secara otomatis dan tanpa disadari memunculkan empat status sosial dalam kehidupan keseharian masyarakat.
Yang paling bawah, berjuang mati-matian agar mereka dan keluarganya bisa bertahan hidup.
Yang kedua dari bawah, selain berupaya bertahan hidup juga berusaha sebisa mungkin untuk bisa berada di posisi naik setingkat ke golongan diatasnya.
Yang ketiga mengeluarkan semua kemampuannya untuk tidak melorot ke level dibawahnya.
Dan golongan yang teratas alias pertama, berusaha mengeluarkan semua jurus-jurus yang dimilikinya untuk bisa tetap bergaul dengan para elit di atas empat batas golongan tersebut.Rasa belas kasih terhadap sesama menjadi sesuatu yang langka dalam kehidupan masyarakat,..
Dan secara sukses mencerminkan ungkapan siapa kuat dapat, siapa lemah tak berdaya.
Waseso kecil adalah salah satu yang merasakan dampak langsung dari kondisi demikian, karena sudah hari kedua ini perutnya masih belum terisi.Memang di hari pertama kedatangannya yang menyelinap masuk ke dalam kota tersebut,..
Dirinya masih takjub dan terbuai dengan jalan-jalan kota yang lebar dan bersih.
Rumah-rumah yang baru kali ini dilihatnya, ada yang bertumpuk dengan megah dan mewah di semua pinggir jalan kota. Anak-anak lelaki yang sepantaran dengannya, nampak begitu mentereng dengan pakaian yang indah serta bebas bermain, baik di halaman depan rumah mereka, maupun sedang berkeliling diatas punggung kuda mereka, sambil menikmati suasana taman kota.Pada saat malam hari, si bocah terpana dengan berbagai keramaian penduduk yang hilir mudik di beberapa ruas jalan,..
Bahkan banyak diantara mereka nampak berkumpul sambil menikmati pertunjukan ataupun atraksi yang menyenangkan.Semua yang dilihatnya tadi, sangat mencengangkan bagi si bocah hingga dia tidak mempedulikan pandangan sinis setiap orang terhadap dirinya saat berpapasan di jalan.
Dia juga tidak merasa tersinggung sedikitpun saat dirinya sedang berdiri dan terkagum dengan keindahan tulisan bertinta warna emas pada salah satu papan nama :“TABIB SAKTI & RUMAH OBAT UNTUK SEGALA JENIS PENYAKIT”
Baru saja dia selesai bergumam membaca tulisan yang terpampang, mendadak keluar seorang lelaki dari dalam rumah tersebut membawa pentungan di tangan kanan sambil menghardik :
"mau apa kamu bocah miskin,.. mau berobat untuk bahumu yang miring?,.. Hushhh,.. pergi sana!!,.."
Semua pengalaman menakjubkan tadi mendadak lenyap tak berbekas,..
Ketika suatu siang dia sampai di sebuah jalan dan menghirup aroma sedap yang membuat perutnya meronta.
Saat tiba dekat sumber aroma, dia melihat disetiap sisi kanan maupun kiri jalan,..
Berjajar seperti kedai-kedai makan yang mewah dan megah hingga keujung jalan jauh disana dimana tak satupun diantara tempat itu terlihat kosong,..
Karena saat itu memang adalah waktunya makan siang.Begitu banyak kuda-kuda tunggangan yang diparkir berjajar di setiap halaman depan tempat-tempat makan tersebut.
Hampir semua kuda juga terlihat sedang mengunyah makanan, seperti sedang mengejek si bocah malang yang kelaparan.
Secara reflek bocah itu mendekat dan berdiri di depan salah satu tempat makan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Dibalik Layar
Ficción GeneralSebuah kisah yang menceritakan tentang bocah lelaki berusia delapan tahun, yang harus bertahan hidup demi memenuhi janji terakhirnya kepada mendiang kedua orang tua serta berbagai pilihan yang harus dia ambil dalam upaya melukis takdirnya sendiri. ...