BAB 23 - PERPISAHAN MELEGAKAN

102 12 4
                                    

Pendekar Pedang nampak sedang berbincang serius dengan istrinya dan juga kang Suryo, di teras depan rumahnya pada siang itu :

"menurutku,.. kita ijinkan saja si Wulan untuk pergi mengembara. Lagipula dia tidak sendirian, ada banyak teman-temannya,.."

Istri sang pendekar yang mulai ikut bicara, lalu sang suami menimpali :

"aku pikir juga demikian, apalagi juga ada nak Waseso,.. yang aku sendiri belum tahu sampai dimana kepandaiannya,.. tapi kurasa dia berilmu sangat tinggi.
Hanya yang jadi pikiranku, si Wulan ini, kan sama sekali belum pernah terjun langsung ke dunia persilatan,.."

Isterinya menjawab :

"bagaimana bisa terjun langsung,.. kalau engkau sendiri selalu membatasi gerakannya, yang kalau pergi paling jauh hanya ke kota Serupan,.. aku berharap dia bisa bertemu dengan jodohnya di luar sana,.. Engkau lihat sendiri kan, baru dua hari kita lihat, dia dekat sama adik seperguruan nak Daruna,.. eehh,.. kok ya besoknya sudah jauhan lagi... padahal pemuda itu, kalau aku lihat selain tampan juga baik dan santun,.."

"ewh,... kok malah mikirin jodoh kamu itu,.."

"bagaimana enggak,... dia kan sudah cukup umur, lagi pula mana ada engkau lihat pemuda di kampung ini yang bisa menarik hatinya?,.. enggak kan,.. mau sampai kapan?,.."

"betul juga sich,.."

"aku punya ide Ayah,.. kita ijinkan Wulan pergi, tapi dengan satu syarat,.. dia harus bisa mengalahkan aku,.. bagaimana?,.."

Kedua mata suami istri tersebut nampak berbinar mendengar ide bagus yang disampaikan anak sulungnya barusan.
Karena dengan ujian tersebut, setidaknya mereka bisa sedikt lega melepas anak perempuan mereka ke dunia persilatan yang sedang kacau seperti saat ini.
Apalagi anak sulung mereka ini, sudah sama lihainya dengan sang ayah.

Mereka membicarakan hal ini, karena semalam Waseso menyampaikan rencananya, untuk kembali melanjutkan perjalanan bersama dengan kawan-kawannya,..
Dimana Wulan yang mendengar hal tersebut langsung ikut nimbrung dan juga meminta ijin agar bisa turut serta, bahkan tadi pagi kembali merengek kepada ayah ibunya.

Maka keesokan harinya, nampak kang Suryo sedang bertempur dengan adik yang sangat disayanginya.
Sungguh terlihat keseriusannya.
Karena dia juga sudah mengatakan kepada adiknya, bahwa dia akan berlaku tidak segan-segan,..
Karena baginya lebih baik sang adik terluka olehnya.

Tentu saja Wulan sangat mengerti maksud kakaknya, oleh karena itu dia sangat berniat untuk bisa mengalahkan sang kakak.
Sang pendekar yang sudah merasa akrab dengan Waseso sekalian dan sudah menganggap mereka layaknya saudara,..
Juga mengundang Waseso dan teman-temannya untuk turut hadir, menyaksikan demonstrasi ilmu pedang keluarga turun temurun.

Tentu saja yang paling senang adalah kang Daruna, ibarat pucuk dicinta ulam pun tiba.
Dan tidak salah, jika ilmu pedang keluarga tersebut diakui oleh dunia persilatan, sebagai ilmu pedang nomer satu di kolong langit ini.
Karena baru merasakan angin sambarannya saja, sudah membuat kulit dan tulang mereka merasa dingin.
Bahkan Laksita yang juga memiliki ilmu pedang yang berasal dari belahan bumi utara sana juga dibuat terkesima.

Cukup lama mereka bertempur, hingga jurus keempat puluh,..
Namun masih belum bisa dilihat siapa yang lebih unggul.
Kinda yang diam-diam adalah merupakan pendukung Wulan yang secara umur adalah kakaknya, namun dilihat dari tingkah polah Wulan adalah seperti adiknya?
Sedang menatap serius ke tengah arena yang digelar di seberang depan halaman rumah Pendekar Pedang.

Dan saat memasuki jurus keenam puluhan, Kinda melihat bahwa Wulan sudah mulai tertekan.
Tentu saja hal ini membuat dirinya was-was sekaligus ketar ketir.
Lalu dia melirik ke arah Waseso yang juga sedang menonton, namun raut muka si pemuda dilihatnya tidak menunjukkan ketegangan sama sekali?
Si gadis bengal tapi cerdik ini segera memiliki ide.

Pendekar Dibalik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang