Laksita begitu asyik mencari dan mengumpulkan dedaunan serta akar bahan obat di kaki bukit sebelah timur perkampungan,..
Dia sampai lupa, bahwa sudah melakukan aktivitasnya tersebut sekitar dua jam lebih,..
Barulah dia beristirahat mengambil minum.
Baru saja menenggak dua tegukan, ketika telinganya menerima kiriman bisikan :"adik Laksita,.. mengendaplah kemari,.. Dari tempatmu bergeraklah ke kanan, kemudian lurus setelah ketemu pohon nangka,.."
Laksita membatin :
"ada apa ya,.. kak Shinta pakai ilmu mengirimkan suara segala?,.."
Namun demikian, dia segera melakukan apa yang diminta.
Dan benar saja, dilihatnya ke semua gadis selain Werni dan Sari, sedang berkumpul di balik semak tebal dibawah kerimbunan pohon nangka yang batangnya sangat besar.
Saat mendekat, dilihatnya Kinda memberi kode telunjuk di depan bibir."ada apa kakak sekalian dan adik semua berkumpul disini?,.."
"kami sedang mengintai sosok misterius yang secara tidak sengaja, kemarin dilihat oleh kak Ni Luh,.."
Demikian kata Widya berbisik.
"kenapa tidak dilaporkan saja kepada kang Daruna?,.."
Jawab Laksita.
"itu tadi aku juga usul begitu, tapi tahu sendirikan bagaimana hebohnya dia nanti,.. lagipula kita tidak mau membuat semua warga panik" timpal Midya.
"kalau begitu kenapa nggak langsung aja kepada kak Waseso?,.."
"iihhhh,.. kak Waseso kan sedang mengajar ilmu silat kepada warga dan juga kepada kak Sari,.."
Kali ini Wulan yang menimpali.
"makanya kami tadi di perkampungan sudah sepakat untuk menyelidik bersama,.. ewh,.. kok malah adik Laksita muncul mendadak,.."
Lalu Shinta menjelaskan awal mula kenapa mereka berkumpul, lanjutnya :
"setelah melakukan pengintaian, kami menduga bahwa mereka adalah pemimpin partai gagak tombak,.."
Laksita mengerutkan alis :
"mereka?,.."
"tadi kami lihat kelebatan satu orang laki-laki dan memakai jubah bersulam emas, tapi belum bisa memastikan wakil ketua partai atau bukan,.. dia selalu berjaga di luar gubuk kecil dan kami menduga masih ada seseorang di dalam gubuk itu,.."
Kini Ni Luh yang menjelaskan.
Lalu disambungnya :"tapi menurutku, mereka tidak punya niat jelek,... coba saja pikirkan,.. gubuk kecil itu pasti sudah didirikan disana beberapa hari yang lalu,.. terus,.. kalau memang mereka berniat jahat, pasti sudah merangsek kedalam kampung,.."
"benar juga,.. tapi kalau begitu, jika mereka sedang melakukan pengintaian ke kampung, terus tujuannya apa?,.."
Shinta menyahut.
"dimana sich lokasi gubuknya?,.."
Laksita bertanya.
"ayo ikuti aku kak,.."
Kinda langsung berkelebat, menuju ke balik bukit arah sebelah timur :
"itu yang diatas sungai kecil,.. kalau dari sini sebelah kanan pohon pinus yang batangnya paling besar,.."
Pelan Laksita mengeluarkan kepalanya dari balik pohon pinus yang mereka pakai buat berlindung,..
Dan dilihatnya dibawah kejauhan sana, ada seorang lelaki tua mengenakan jubah hitam, namun tidak terlihat wajahnya.
Lelaki itu sedang duduk di samping gubuk beratap daun-daun kering yang ditumpuk sangat tebal.
Karena dilihatnya tidak ada pergerakan?,..
Laksita mengajak Kinda untuk kembali bergabung dengan yang lainnya.
Sesampainya ditempat berkumpul, didengarnya Midya menyampaikan pendapat :
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Dibalik Layar
General FictionSebuah kisah yang menceritakan tentang bocah lelaki berusia delapan tahun, yang harus bertahan hidup demi memenuhi janji terakhirnya kepada mendiang kedua orang tua serta berbagai pilihan yang harus dia ambil dalam upaya melukis takdirnya sendiri. ...