BAB 50 - PERPISAHAN MELEGAKAN 2

144 23 6
                                    

"ooaahhhhmm,...."

Laras meliukkan tubuh sambil matanya perlahan mengintip sebentar.
Lalu demi dilihatnya bias sinar mentari pagi menembus dari sela-sela atap?,..
Sekonyong-konyong badannya di tegakkan seperti orang panik.

Dan,...

Si Nona Bidadari Tabib menghela napas lega, karena dilihat sekitarnya para kakak dan adik-adik terkasihnya,..
Masih terlelap tidur di pembaringan masing-masing, kecuali pembaringan Fahira satu-satunya yang telah kosong.

Tanpa sadar kepalanya menoleh ke kiri, sebagaimana ritual kebiasaan yang dilakukan setiap pagi beberapa hari ini.

Demi tidak dilihatnya lukisan Widya, barulah si Nona Bidadari Tabib yang kini sedang menikmati kehidupan barunya itu tersenyum kecil,..
Karena ingat bahwa menjelang dini hari tadi, telah di kemas oleh Widya kedalam peti khusus.

Yaaa,.....

Semalaman bisa dikatakan Laras sulit tidur, akibat menerima berbagai kejutan luar biasa.
Dua hal utama yang membekas demikian dalam di sanubarinya adalah, dia semakin tahu karakter dan sifat asli kak Eso-nya.
Ketika dengan mata kepalanya sendiri melihat si pemuda sedang menangis bahagia.
Dan anehnya, si Nona Bidadari Tabib yang memiliki hati keras bahkan saat menerima berbagai hantaman bertubi, tak sedikitpun menitikkan air mata?,..

Tetapi semalam?,..

Seolah memahami apa yang sedang dirasakan oleh si pemuda, sehingga dirinya hanya dalam hitungan detik,..

Langsung menjalani satu-satunya hal, yang belum pernah dialaminya selama hidup, yaitu tertawa sekaligus mengeluarkan isak tangis?,..

Sudah begitu bagaimana perasaannya demikian bahagia dan sulit diungkapkan dengan kata-kata, ketika tubuhnya di dekap demikian hangat, lalu telinganya mendengar bisikan mesra :

"adik Laras,.. terimakasih banyak, ini adalah malam terindah sepanjang hidupku,.."

Ingin sekali Laras mengulang kembali merasakan pelukan si pemuda yang membuatnya seperti melayang.
Belum pernah dia merasakan kebahagiaan yang demikian membara dan meletup-letup. Hingga membuatnya kesulitan tidur.

Yaaa,...

Si Nona Bidadari Tabib sedang merasakan jatuh cinta terhadap seorang pemuda,..
Yang padahal baru beberapa hari lalu sempat dia duga mempunyai idaman hati gadis desa atau gadis pendekar pendatang.

Laras juga menyadari bahwa dia memiliki banyak saingan disekitarnya, bukan main-main pula.
Apalagi semalam dia juga membuktikan, bahwa semua gadis setelah memasuki kamar?,..
Tak ada satupun yang mengeluarkan suara dan bertingkah sebagaimana dirinya sendiri, langsung membaringkan tubuh dan pura-pura tidur.

Masih jelas dalam ingatannya, ketika dia masih larut demikian lama dalam lamunan sambil berbaring miring mencuri nonton lukisan?,..
Terpaksa memejamkan mata, akibat Widya bangkit dari pembaringannya, lalu berjalan mendekat ke arah lukisan dan menyapukan pandangan ke sekeliling, seolah memeriksa kesebelas gadis lainnya,..
Hingga akhirnya lukisan berikut papan penyangganya dikemas dalam sebuah peti khusus.
Meski Widya sendiri sebenarnya juga merasa bahwa semua kakak serta adik-adik sekalian hanya berpura-pura tidur, sebagaimana dia tadi barusan.
Namun dia tidak mau barang berharganya ini sampai terlupa atau rusak akibat tindakan gegabah karena tergesa, jika di packing besok yang merupakan hari paling sibuk.

Ketika Laras melihat kedatangan kak Fahira yang terlihat segar sehabis mandi serta melempar senyum padanya, mendadak Laras memiliki ide bengal.

Setelah dia menyandangkan sepasang pakaian ringkas baju ganti dan handuknya di pundak, juga memungut kantong kainnya sendiri yang berisi semua peralatan mandi,..
Laras sengaja berdiri di luar pintu kamar, lalu berteriak meski tidak terlalu keras :

Pendekar Dibalik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang