BAB 36 - SENYUMAN BIASA

92 10 3
                                    

"kira-kira bisa mulai kapan nona pendekar?,.."

Tanya salah satu warga yang turut hadir dalam pertemuan.

"untuk pekerjaan pembuatan parit, kita kerjakan setelah pertemuan ini,.. Semua laki-laki diharapkan bergabung agar segera rampung, kalau perkiraan saya butuh waktu tigapuluh hari. Setelah selesai, akan saya tunjukkan bagaimana cara menggunakan balok kayu ini untuk membajak sawah,.."

Demikian gadis muda jelita ini menjelaskan.
Lalu Sari terlihat berbisik sebentar kepada Werni dan Bening.
Kemudian melanjutkan :

"semua ibu-ibu akan menyusulkan bekal makanan dan minuman,.. sehingga semua sarapan dan makan siang akan kita lakukan bersama di lokasi pekerjaan,.. Untuk anak-anak juga mulai dikumpulkan setelah pertemuan ini, karena kak Bening sudah menyiapkan pelajaran,.. demikian juga kak Shinta akan mengajarkan bagaimana bermain musik. Tempatnya juga sudah disiapkan oleh kak Widya dan kak Midya,.. Ingat ya, anak-anak harus kumpul setiap pagi, setiap hari,.."

Sehabis menarik napas, Sari melanjutkan :

"setelah pekerjaan membuat parit ini selesai, yang berminat untuk belajar membuat bangunan ataupun perkayuan yang baik, bisa bertemu dengan kak Midya dan kak Widya,.. Yang berminat untuk belajar bagaimana beternak kambing dan sapi, bisa bertemu adik Kinda,.. Yang berminat untuk belajar membuat jajanan atau masakan, bisa bertemu dengan kak Werni dan ini bukan hanya untuk wanita, tetapi pria juga diperbolehkan,.. Yang berminat untuk belajar membuat baju, bisa bertemu dengan kak Ni Luh,.. Adapun yang berminat untuk belajar berdagang, bisa bertemu dengan kak Wulan,.. Apakah semua mengerti?,.."

"mengerti,..."

Secara serempak dan penuh semangat, delapanpuluh laki-laki yang hadir semua di halaman depan rumah kepala desa menjawab pertanyaan Sari.

Akhirnya pagi itu dengan membawa semua peralatan yang dibutuhkan, baik warga asli maupun pengungsi pendatang, berangkat bersama menuju ke timur desa dan mengekor dibelakang Sari yang berjalan memimpin mengarah ke embung.

Adapun ibu-ibu juga membubarkan diri untuk mengumpulkan anak-anak dan setelahnya menuju ke dapur umum.

Demikianlah,..
Mulai pagi hari itu semua warga yang dahulunya ibarat kata tidak mempunyai aktivitas yang berarti selain makan, berlatih silat, makan, nongkrong, makan, tidur lagi dan seterusnya?,..
Apalagi yang bisa mereka harapkan hanya dari ternak telur ayam juga hasil sawah serta kebun,..
Dimana pada musim kering seperti saat ini sawah mereka hanya mengandalkan air hujan semata?,..

Tentu saja demi mendengar penjelasan panjang lebar dari sang nona pendekar ; perihal bagaimana cara membuat sawah ladang menjadi lebih produktif dengan membuat parit irigasi?,..
Membajak sawah?,..
Adalah istilah yang sangat asing buat mereka,..
Memilih bibit yang baik?,..
Memberi pupuk,..
Tentu saja semua hal baru tersebut termasuk semua rencana yang didengar perihal kegiatan selanjutnya, baik untuk anak-anak dan juga ibu-ibu?,..
Membuat semua warga yang nota bene adalah rakyat kecil dan terbelakang, menjadi begitu bersemangat untuk menatap hari esok.

Yaaa,...

Itu semua gegara mendengar bagaimana Bening kemarin menjelaskan soal kebutuhan yang akan dibelinya.
Dan inilah yang membuat Kinda, Sari, Wulan, Shinta, Midya dan Widya memeriksa bakat diri mereka masing-masing, yang sekiranya juga bisa bermanfaat untuk para warga.

Dan ternyata hasrat mereka yang menggebu terbayar lunas demi melihat betapa antusiasnya semua warga.

Karena selama ini bisa dikatakan mayoritas gadis-gadis tersebut hanya pasif.
Terutama setelah berlatih silat selesai, kadang membantu Laksita yang beberapa minggu ini sudah tidak terlalu sibuk lagi, dimana pengungsi yang datang sudah berkurang.
Atau membantu Werni di dapur.
Membantu Ni Luh?,..
Jelas mereka angkat tangan soal membuat baju atau menjahit.

Pendekar Dibalik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang