BAB VI - JALUR ORANG BIASA

137 18 5
                                    

Satu pagi hari, tibalah Waseso kecil di sebuah sungai yang jernih airnya.
Tanpa berpikir lama, dia segera melepas semua pakaian yang dikenakan lalu mandi.
Merasa sudah puas bermain air dan merendam seluruh tubuh, barulah dia mengambil bubuk busa dalam kantong kain dan dituangkan sekitar seperempat genggaman pada telapak tangan. Lalu dengan satu tangan yang lain, dia mengambil air serta menangkupkan kedua tangan dilanjutkan menggesekkan kedua telapak tangannya tersebut berulang-ulang.
Ketika buih busa dan aroma wangi keluar, barulah dia mengusapkannya secara merata dari mulai rambut, wajah serta ke seluruh badan.
Dia juga memungut satu stel pakaian yang berada di dalam kantong kain serta sepasang pakaian yang tadi dia pakai, lalu mencuci dan membilasnya dengan air sungai.
Setelah dirasa cukup, barulah dia menjemur pakaian di bebatuan, lalu melanjutkan menceburkan diri ke sungai dan asyik mandi.

Ketika dia merasakan lapar, maka dirinya celingukan kesana kemari dan melangkah kanan kiri mencoba melihat keberadaan ikan, namun tidak dilihatnya seekorpun.
Ketika di suatu lokasi tertentu dibawah batu sungai yang tidak begitu besar,..
Demi melihat dua bayangan yang tidak begitu besar di dalam air dangkal?,..
Dia memutuskan untuk merubah target.

Akhirnya sambil menunggu cuciannya benar-benar kering, dia selesai membakar limabelas ekor udang yang meski per-ekornya tidaklah terlalu besar,..
Namun baru memakan sepuluh ekor saja, membuat perutnya terasa kenyang dan segera tertidur dibawah naungan batu besar.
Saat sinar matahari dirasakan membakar wajah, barulah si bocah terbangun dan segera memungut semua jemurannya.
Satu stel dipakai dan satu stel dimasukkan kembali ke kantong kain.
Sambil memakan satu persatu udang bakar yang masih tersisa tadi, dia melanjutkan perjalanan dengan cara mengikuti arah aliran air sungai.

Menjelang sore,..
Dia tiba di sebuah jembatan kayu yang melintang diatas kepala.
Sambil bergumam kepada dirinya sendiri, bocah itu memutuskan mengambil arah menyimpang dan tidak melanjutkan langkahnya menyusuri pinggiran sungai,..
Dimana bocah itu menerabas rumput tebal yang kontur tanahnya sedikit terjal keatas menuju arah jalan umum :

"biarlah aku mengambil jalur manusia biasa,.. daripada harus selalu bertemu dengan hasil sisa perbuatan jahat orang persilatan,.."

Masih lanjutnya :

"lagipula dengan keadaan cacat tubuhku ini, tidak akan ada orang jahat yang berminat,.."

Baru saja selesai dia menggumam, kedua kakinya telah mencapai pinggir jalan umum yang tidak begitu lebar,..
Adapun tanah di bagian tengah cukup keras dengan bagian pinggir kanan kiri sedikit ditumbuhi berbagai jenis rumput liar :

"hmmm,.. jalan pedesaan,.. biarlah aku mengambil arah ke kanan,.."

Selesai berpikir demikian, si bocah melangkahkan kaki menuju arah dimaksud.

***

Menjelang matahari terbenam dia sudah berjalan memasuki sebuah desa yang jumlah rumahnya lebih banyak dibandingkan dengan desanya dahulu.
Namun demikian kondisi sekitar nampak sunyi.
Beberapa jendela dan pintu rumah terlihat tertutup rapat meski dari sela-sela dinding papan terpancar samar sinar lentera yang telah dinyalakan dari dalam rumah.

Perlahan dia melanjutkan berjalan menyusuri jalan desa tersebut dan tertarik untuk mendekat salah satu rumah yang nyala lampunya terlihat lebih terang cahayanya dibandingkan rumah lain.
Saat tiba di depan halaman rumah tersebut namun masih dari pinggir jalan,..
Si bocah menoleh sebentar kearah pintu rumah yang terbuka dan dilihatnya beberapa orang laki-laki dan perempuan yang sudah lanjut usia sedang duduk beralaskan tikar serta berkumpul.
Sepertinya mereka hendak makan malam bersama.
Karena tidak ingin mengganggu kegiatan mereka tersebut, maka sambil menghela napas si bocah melanjutkan langkah kaki untuk berjalan lewat.
Kemungkinan besar salah satu atau beberapa orang yang di dalam rumah tadi melihat bayangan dirinya saat berlalu lewat,..
Karena baru sekitar enam tapakan kaki?,..
Dibelakangnya terdengar suara langkah kaki yang menyusulnya berikut teriakan lirih :

Pendekar Dibalik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang