BAB 38 - ADU KESAKTIAN

95 10 1
                                    

Lembah Tangisan Angin, merupakan satu areal hutan pinus alam yang cukup luas dan terletak di timur kota Randu Putih.
Disebut demikian, karena setiap angin bertiup kencang,..
Entah pagi, siang atau malam akan memperdengarkan suara layaknya sebuah tangisan mengalun.

Siang itu Wulan baru saja tiba di lokasi dimana pertandingan digelar disebuah padang rumput cukup luas, ditengah tanaman pohon pinus yang tumbuh mengelilingi arena pertandingan.
Disekitar lokasi itu telah dipasang panggung kayu berbentuk persegi empat.

Berbagai bendera panji perguruan silat ditancapkan pada batang bambu panjang mengitari panggung.
Di sekitar panggung banyak berdiri para pendekar silat tua dan muda.
Kehadiran mayoritas mereka, tentunya adalah untuk mendukung masing-masing jago perguruannya.
Diluar penonton tersebut, dalam pantauan Wulan yang mengitari pandangannya ke sekeliling, dia banyak melihat ada berbagai sosok yang asing bagi penglihatannya.

Mereka ini kebanyakan menonton dari tempat yang jaraknya agak berjauhan dari lokasi panggung, namun bisa melihat dengan sangat jelas ke tengah arena.
Dan kelompok ini justru merupakan penonton yang mempunyai "isi" lebih banyak.
Hal ini dibuktikan dengan posisi mereka menonton, dimana kebanyakan mereka ini sedang duduk-duduk atau ongkang-ongkang di sebuah ranting kecil pohon pinus.
Para sosok ini menyebar secara acak di berbagai lokasi sekitar.

Si gadis kenes nan jelita yang jika dia berniat mengungkapkan nama keluarganya,..
Apalagi bila ditambah dengan mempertontonkan pedang yang berada di punggungnya, yang pastilah akan segera menggemparkan sekalian orang yang ada di tempat itu sedang merasa bimbang,..
Dia ini sedang berpikir untuk mengambil posisi yang paling enak, ketika dia melihat lambaian tangan dua orang gadis yang hari pertama kemarin ditemuinya di penginapan.
Mereka masih menemani pemuda yang sama dan ketiganya sedang duduk dengan santai di tiga ranting berbeda, namun masih dalam satu batang pohon pinus.
Sekejapan mata Wulan telah menghampiri gadis yang nampaknya menyukai warna hijau, karena gadis itu memakai baju model yang sama dengan yang kemarin dia pakai, hanya kali ini warnanya hijau muda.

Setelah berbasi-basi sebentar dengan kedua temannya yang lain, Wulan mendengarkan penjelasan si gadis tersebut, bahwa pertandingan tahun ini dirasakannya kurang meriah dibandingkan tiga periode terakhir sebelumnya.
Hal ini juga diamini oleh si pemuda.
Meskipun sesi hari ini adalah putaran penentuan.
Mungkin katanya, dikarenakan undangan gelaran kali ini tidak digaungkan secara luar biasa,..
Sehingga pesertanya hanya melulu dari negeri Muderakali saja dan entah kenapa, gelaran kali ini juga tidak seheboh sebelum-belumnya, yang biasanya di recokin dengan nimbrungnya tokoh dari golongan hitam, sehingga minim keseruan. (keseruan disini adalah, terjadinya pertempuran pertumpahan darah antara golongan hitam vs golongan putih)

Mendengarnya Wulan segera mengarahkan pandangan kesekitar tempat itu dan dia baru menyadari, bahwa entah kebetulan atau tidak,..
Namun memang dia tidak melihat diantara yang menonton, satupun sosok berjubah hitam, ciri khas orang gagak tombak.

Meski demikian menurut Wulan, yang baru pertama kali ini melihat tontonan seperti ini, dalam pandangannya sudah termasuk seru,..
Ditambah dengan langit gelap disertai sesekali kilat menyambar, namun tak satupun titik air jatuh dari atas, seolah menambah suasana yang mencekam.
Apalagi dengan pertandingan aneh yang sedang terjadi diatas panggung.

Bagaimana tidak?,..

Saat ini dia sedang melihat kang Daruna sedang menghadapi keroyokan dua orang sakti yang sepertinya datang dari golongan hitam, mereka ini adalah sepasang makhluk aneh.
Lelaki pertama, orangnya sedemikian kurus kerempeng dan begitu tinggi.
Bahkan lehernya juga panjang, menyangga kepala berbentuk pipih memanjang keatas, ditambah model topi yang digunakan bentuknya juga mengerucut keatas.
Orang ini menggunakan senjata yang berkebalikan dengan bentuk tubuhnya.
Senjata yang dia pakai adalah berupa sejenis gada atau gelang balon besi (berbentuk seperti donat raksasa) yang dia masukkan ke dalam tangan kanannya.
Dari sini saja, sudah bisa diukur seberapa tinggi tenaga dalam yang dimiliki untuk bisa mengangkat gelang balon besi tersebut,..
Apalagi dengan entengnya, dia kenakan di satu tangan kerempengnya, seolah bukan merupakan beban berat.
Senjata ini memiliki tiga sirip setajam pedang, apalagi jika dia memutar gelang tersebut,..
Dari semula yang hanya terlihat seperti alat gebuk, dengan kelihaiannya bisa berubah menjadi senjata gergaji putar yang mengerikan.

Pendekar Dibalik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang