Wulan nampak begitu bersemangat mengeluarkan semua ilmu meringankan tubuh, karena dia menyadari telah kehilangan waktu dua hari.
Dimana sesuai perhitungannya, ini adalah hari ketiga dan merupakan hari terakhir rangkaian pemilihan pemimpin dunia persilatan yang diadakan di lembah Tangisan Angin.
Oleh karena itu, tak ingin ketinggalan keramaian dia mengerahkan segenap kemampuan meringankan tubuh?
Melenting dari pucuk pohon satu ke pohon lainnya dan ketika dilihatnya ada sesosok bayangan mendekat dari arah berlawanan sana?,..Wulan bermaksud menyingkir.
Tetapi siapa duga, kalau sosok bayangan yang melaju tersebut demikian kencang laksana anak panah meluncur dan baru sekedipan mata, kini telah berada di depannya.
Dan ternyata sosok tersebut adalah Waseso yang terlihat menunjukkan raut muka kelegaan demi melihat gadis yang dicarinya disekitar arena lembah Tangisan Angin tadi?,..
Kini berada didepannya dengan kondisi baik dan segar bugar."kak Eso, apakah ada hal penting di perkampungan?,.."
Wulan yang berhenti dan nangkring di atas pelepah daun kelapa menyapa sekaligus bertanya kepada si pemuda dengan penuh kekagetan.
Karena dia tidak menyangka mereka berdua bisa bertemu di tempat ini,..
Padahal sebelum berangkat tiga hari lalu, Wulan sudah berpamitan kepada semua pendekar.
Oleh karenanya dia langsung bertanya khawatir."nggak,.. semuanya baik-baik saja,.. Aku hanya sekedar penasaran,.. kenapa tidak melihatmu di lembah sana tadi,.. eee.. ya sudah,.. kalau telah selesai melihat keramaian,.. lekaslah kembali ke perkampungan,.."
"owh,.. kirain,.. aku memang terlambat datang karena menolong orang dulu,.. berarti belum selesai kan keramaiannya?,.."
"tadi baru saja mulai pertandingan yang keempat,.. Aku balik dulu ya?,.."
Tanpa menunggu jawaban, Waseso segera melenting pergi melanjutkan lari, namun terlihat lebih pelan jika dibandingkan sebelum bertemu dengan si gadis tadi.
Mendengar perkataan si pemuda, Wulan hanya mengangguk dan juga langsung melanjutkan perjalanan menuju arah darimana datangnya si pemuda tadi.
***
Benar,..
Wulan telah tiga hari ini meninggalkan perkampungan pengungsi,..
Dan sebelum berangkat juga telah berpamitan dengan kesembilan gadis lainnya termasuk dengan Waseso.Dia yang memang tidak sesibuk sembilan gadis lainnya dalam upaya merealisasikan rencana kegiatan mereka untuk semua warga?,..
Meminta ijin untuk melihat keramaian dimaksud.
Adapun kesembilan gadis, disamping sedang sibuk?
Mereka ini tidak mempunyai minat sedikitpun terhadap satu-satunya agenda perhelatan yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang dunia persilatan terutama di wilayah negeri Muderakali.Disamping hanya diadakan tiga tahun sekali, acara tersebut biasanya digunakan sebagai ajang resmi dan bergengsi untuk saling unjuk kemampuan dan kelihaian ilmu silat,..
Terutama untuk mereka dari golongan putih.
Adapun pemenangnya, biasanya secara otomatis akan diberikan penghormatan sebagai penerima jabatan "Pemimpin Pendekar".
Atau jika yang bersangkutan menolak, dikarenakan rasa segan atau alasan lain?
Setidaknya nama besarnya akan melambung secara otomatis dan masuk ke dalam jajaran tokoh dunia persilatan paling disegani.Adapun keenam gadis pendekar, tentunya diluar Ni Luh, Sari dan Bening,..
Mereka yang sebelumnya juga pernah melihat acara dimaksud selama dalam perjalanan pengembaraan mereka masing-masing?,..
Tentu saja bisa mengerti keinginan Wulan yang memang baru kali ini pergi keluar kandang.
Sehingga mereka yang memaklumi keinginan si gadis, melepas kepergiannya dengan hati tenang,..
Apalagi mereka mengetahui bahwa Waseso sebagai orang pertama yang dimintai ijin, telah mengiyakan permintaan Wulan sebelumnya.Namun demikian, pada hari kedua setelah kepergian Wulan,..
Akibat timbul perasaan was was, kesembilan gadis akhirnya meminta kepada si pemuda untuk menyusul dan melihat alias demi memastikan bahwa si gadis paling kenes diantara mereka sekalian berada dalam kondisi baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Dibalik Layar
General FictionSebuah kisah yang menceritakan tentang bocah lelaki berusia delapan tahun, yang harus bertahan hidup demi memenuhi janji terakhirnya kepada mendiang kedua orang tua serta berbagai pilihan yang harus dia ambil dalam upaya melukis takdirnya sendiri. ...