BAB 42 - JATUH CINTA PANDANGAN PERTAMA

102 11 3
                                    

Waseso melesat tak tentu arah.
Dia seperti kalap dan berusaha tidak mempercayai informasi dari dua nara sumber yang berbeda.
Tetapi untungnya dia tahu diri dan tidak mengambil jalur jalan raya, sehingga tidak menarik perhatian warga atau membuat kehebohan besar dan memilih lewat atas, dari pohon satu ke yang lainnya.
Genteng satu ke genteng berikut.

Dan secara tak sengaja, saat melewati sebuah jendela loteng yang terbuka dengan lampu penerangan dari dalam, dimana sekilas tadi seperti ada satu kegiatan di dalamnya?
Dia segera berbalik dan hups,..
Dengan ringan, diapun hinggap di salah satu ranting pohon mangga yang berseberangan dengan jendela kamar.

Tayangan langsung di depan kedua matanya saat ini seolah memberi bukti kebenaran sang nara sumber,..
Karena dengan ukuran senjata yang normal, si pemilik yang adalah warga biasa tak memiliki kesaktian?,..
Namun demikian perkasa sedang membuat istrinya mengeluarkan rintihan seperti orang sehabis mengunyah cabe lima buah dalam sekali gigitan.
Mereka tampak demikian syahdu melakukan aktivitas menyehatkan.

Tidak menunggu hingga selesai, si pemuda kemudian melanjutkan lesatannya dan kali ini dia mempunyai "tujuan",..
Tidak lagi seperti tadi yang tanpa arah.

Dia seperti melakukan penggeledahan dari jendela satu ke jendela rumah lain. (maksudnya, jika jendela yang satu tadi tidak menunjukkan adanya gelagat aktivitas menyehatkan, dia beranjak ke rumah lain).

Yang kedua pun ditemuinya, bahkan dengan senjata yang lebih mini sedikit dari yang pertama tadi, tetapi nampak demikian perkasa membuat pasangannya, bukan lagi mendesis,..
Bahkan setengah berteriak keenakan, seperti penjelasan salah satu nara sumbernya tadi :

"aduhh,.. sayangku,.. aduhhh,.."

Siaran langsung ketiga, demikian.

Yang keempat juga sama, malah si wanita mengeluarkan suara seperti tangis atau melolong atau menjerit?,..
Tidak tahu pasti, tetapi jelas bahwa itu adalah suara kepuasan.

Kelima, sebagaimana ketiga.

Keenam?

Yaaa,...

Ukuran senjata kurang lebih dan si wanita sampai dibuat menangis,...
Baru saja dia berkelebat pergi, namun memilih kembali berhenti, karena merasa menaruh curiga,..
Nada tangis yang dikeluarkan si perempuan, seperti tangis sedih?

Maka si pemuda segera berbalik
Dan,..
Benar saja,..

Kalau sebelum-sebelumnya, bisa dikatakan pasangan serasi, kalau mereka ini?
Yang pria lelaki paruh baya, perut gendut jelas sebagaimana lelaki kaya.
Sementara si wanita yang berbaring dibawah, berumur sekitar tiga puluh tahunan,..
Wajahnya biasa saja, pakaian atasnya masih lengkap, sementara bawahannya hanya sekedar disingkapkan ke atas.
Mau tidak mau, si pemuda memutuskan untuk melakukan intervensi.
Dengan sengaja dia melepas ikatan rambutnya, lalu mengacak-acak dan menjuntainya ke depan wajah.

Betapa jantungnya serasa copot, ketika pria perut gendut itu melihat sebuah sosok yang menakutkan berdiri di bibir luar jendela kamarnya yang mewah?,..
Apalagi dilihatnya sekarang hanya dengan dua jari, sang sosok sedang mematahkan satu persatu besi teralis yang terpasang, ibarat mematahkan batang kangkung?,..

Tentu saja nyalinya langsung mengkerut,..
Disusul senjatanya juga, bahkan keluar sendiri dari lubang belut tanpa ditarik sedikitpun.

"ampun pendekar,.. ampun,.."

"dia suamimu kah?,.."

Awalnya si perempuan juga ketakutan bercampur kaget.
Namun begitu mendengar perkataan tuannya dan juga pertanyaan sang sosok, barulah dia menyadari adanya pertolongan.

Pendekar Dibalik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang