Sebenarnya ada apa Tuhan?

518 59 3
                                    




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




























































Gracia pov

Malam minggu nih bos, senggol doang. Yei akhirnya kesampaian juga ke pasar malam. Dari beberapa minggu lalu aku bawel banget sama ci Shani pokoknya ga mau tahu harus jadi ke pasar malam.

Uaghhhh...lama banget si ci Shani.

"Ci buruan...." Teriak ku di ujung pintu kamar ci Shani, ku lihat dia sedang memoles wajah cantiknya dengan make up tipis. Padahal bare face nya ci Shani itu sempurna lho di mataku. Eh gak maksudnya terlalu sempurnya buat manusia pada umumnya. Aish ngomong apa si aku ini.

"Masih lama? Tanya ku yang kembali berdiri di depan pintu kamar ci Shani.

"Kak Beby udah dateng emang? Tanya ci Shani, reflek mata ku pun tertujuh pada jam dinding. Ah baru jam 7, kita memang janjian pergi ke pasar malam sama-sama jam 8 nanti. Pantas saja mereka masih terlihat santai sedangkan aku sudah tidak sabar ingin ke sana.

Aku mengeralan kepalaku lemah, sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh ci Shani.

Dretttttttt

🎶Anin Calling🎶

Suara getaran handphone ku yang ku letakkan di nakas langsung mengalihkan perhatian ku. Sebuah nama dangan emot love tertera di layar.

"Halo Nin, kenapa?

"..."

"Ya udah aku langsung ke sana ya" jawab ku sekalian mengakhiri obrolan singkat di telpon genggamku.

"Shan udah siap? Ah mereka datang juga. Suara itu berasal dari pita suara milik ka Gaby, calon kakak ipar ku.

Setelah aku mengakhiri obrolan ku dengan Anin, mereka melihat ke arah ku.

"Anin? Tanya Beby yang sudah berdiri di depanku dengan tangan yang di lipat di dadanya.

"Maaf" sahut ku. Pandanganku beralih ke ci Shani, ekspresi wajahnya tiba-tiba saja berubah.

"Ci aku pergi ya..." Kataku pamit lalu mencium pipi ci Shani, jangan kaget itu sudah menjadi kebiasaan kami berdua sejak kecil. Aku pun terpaksa tidak ikut mereka ke pasar malam padahal aku ingin sekali pergi ke sana. Tapi aku juga tidak tega meninggalkan Anin sendiri di rumahnya. Aku melajukan motor ku menuju rumah Anin. Uaghhh udara sangat dingin, mudah-mudahan ci Shani tidak melupakan sweater nya.

Sesampainya di rumah Anin, Gracia memarkirkan motornya dengan asal. Lalu berjalan mengarah ke Anin yang sedang menengadahkan wajahnya ke atas pohon besar di halaman rumahnya.

"Ge tolongin kismis" ucap Anin menggoyang-goyangkan lengan ku.

Dari bawah sini, terlihat jelas seekor anak kucing yang sedang mengeyong. Heran bisa-bisanya kismis nangkring di atas pohong, secara dia kan kucing bukan burung. Aku pun mulai menaiki pohon rambutan untuk mengambil kismis, kucing ras persia milik Anin.

Goresan Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang