"Kia noona!" panggil sebuah suara dari arah pintu. Yang dipanggil menoleh dari layar laptop, melepas earphone di kedua telinganya, membenarkan letak kacamata tebal di batang hidungnya sebelum menyahut.
"Apa?" Suaranya serak dan lelah, kedua kakinya diangkat dan di tekuk ke atas kursi, tidak lupa kunciran rambutnya yang berantakan.
Pria di ambang pintu meringis melihat penampilan kacau dari gadis di depannya. Dia masih memegang gagang pintu, enggan masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan buku-buku yang berserakan itu.
"Ada yang ingin bertemu denganmu," katanya.
Helaan nafasnya terdengar nyaring dan panjang, si pria terkekeh renyah.
"Bukan tuan Go, kali ini pria muda dan tampan."
Mendengar itu, mata di balik kacamata minusnya membulat. Kaget sekaligus bingung.
"Siapa?" tanyanya.
"Tidak tau," jawab pria dengan name tag Junkyu itu. "Cepat temui, siapa tau jodohmu."
Dengan terpaksa Kia bangkit dari kursi, "jodoh kepalamu!" cetusnya sambil menyentil kening pria yang lebih muda. Hanya dengan merapikan ikatan rambutnya sedikit, Kia melangkah menuju ke ruang tunggu khusus tamu tidak jauh dari ruangannya sendiri.
Sebelum membuka pintu, seorang gadis muda menghampirinya, memberikan satu cup kopi dingin.
"Buatkan juga untuk tamu di dalam," titahnya dengan wajah lelah, gadis itu mengangguk dan segera pergi.
Pintu kayu terbuka, menampilkan ruangan mininalis dengan meja marmer panjang serta deretan kursi berwarna putih, senada dengan tembok ruangan. Saat membuka pintu, jendela kaca yang luas menyambut hingga ruangan iu terlihat sangat terang dan nyaman. Kia bisa melihat punggung pria yang membelakanginya. Begitu tegap dan besar. Bertanya-tanya siapa yang mengunjunginya di jam sibuk seperti ini.
Mendengar suara pintu tertutup, pria itu akhirnya berdiri dan memutar badan. Menunjukkan tubuh tinggi dan wajah tampannya. Dia tersenyum ramah dan membungkuk dibalas dengan gestur yang sama oleh Kia.
"Silahkan duduk," ucap Kia setelah dia juga mendudukkan diri berseberangan dengan pria asing itu.
"Terimakasih dan maaf jika aku datang di jam sibuk seperti ini."
Suara bass itu mengejutkan Kia sesaat, dia berdehem, membersihkan tenggorokan dengan menyeruput kopi di dalam cup.
"Jadi, ada apa?" Kia tidak suka berbasa-basi jika mengingat pekerjaannya yang menumpuk masih menunggu.
Pria itu duduk dengan tegak, sejenak ragu menatap pada Kia namun sedetik kemudian terlihat sangat yakin.
"Saya sudah mem--" kalimatnya terpotong saat Kia mengangkat satu tangannya.
"Bicara santai saja," Ucap Kia.
Kali ini giliran pria itu berdehem, "aku sudah membaca beberapa buku yang kau tulis dan hampir semuanya adalah favoritku. Kisah cinta yang kau sampaikan benar-benar membuatku tersentuh--"
"Maaf jika aku tidak sopan memotong kalimatmu dan terimakasih banyak atas pujiannya terhadap karya yang sudah susah payah aku tulis. Aku sangat menghargainya. Tapi seperti yang kau lihat, aku sedang dikejar oleh pekerjaan. Bisakah kita langsung membicarakan tujuanmu kesini?"
Bisa Kia dengar ia menghela nafas. Dan detik berikutnya iris sekelam malam itu menatapnya. Gurat wajahnya terlihat lelah. Berbeda sekali dengan wajah yang ia lihat sepersekian detik lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓
Teen Fiction"Aku akan menceritakan semua kisah tentangmu pada bintang-bintang. Menjawab tanya mereka mengapa ini disebut cinta dan luka," gumam Sehun yang tengah duduk di atas rumput hijau, di samping orang yang telah membawa separuh kenangannya pergi, bersama...