Chanyeol tiba di asrama Sehun bahkan sebelum matahari terbit. Masih pukul empat pagi, Sehun menelponnya dan mengatakan jika kepalanya sangat sakit. Chanyeol yang sebenarnya baru tidur jam 2 pagi segera pergi ke asrama dengan membawa mobil sendiri karena tidak ingin merepotkan supirnya yang masih terlelap.
Di ketuknya beberapa kali pintu kayu itu sampai Sehun yang terlihat pucat membuka pintu. Chanyeol segera membopong tubuhnya yang limbung, merebahkannya kembali ke tempat tidur. Suhu badan Sehun sangat tinggi, beruntung Chanyeol sudah membeli plester demam dan beberapa obat di apotik yang buka 24 jam tadi.
"Kau makan apa sebelum tidur?" Tanyanya sambil membuka bungkus obat dan tutup botol air mineral.
"Aku belum tidur," jawab Sehun yang mana langsung membuat Chanyeol menoleh padanya dengan marah.
"Main game?"
"Belajar."
Decakan Chanyeol terdengar nyaring di sunyinya kamar asrama itu. Sehun bangun, duduk dengan bersandar di kepala ranjang saat Chanyeol menyodorkan obat dan air padanya.
"Albert Einstein juga tetap tidur meski dia pintar."
Sehun terkekeh kecil, tenggorokannya terasa kering dan perih. "Maaf Hyung," katanya.
Chanyeol menghela nafas, mengusap kepala Sehun dan menyuruhnya kembali untuk berbaring, menyelimutinya dan memastikan suhu ruangan tidak terlalu dingin.
"Sekarang tidur. Besok tidak perlu ke sekolah," titah Chanyeol. Dia berniat untuk tetap berada di sana sampai pagi. Seragam sekolahnya bisa diantar nanti.
"Aku ada praktek berenang besok," lirih Sehun yang sudah mulai terlelap.
Kedua mata itu tertutup, Chanyeol kembali mengusap kepalanya. Merasakan bagaimana suhu badan Sehun masih tinggi. Kantung matanya terlihat jelas. Buku-buku berserakan diatas meja belajarnya.
"Tapi kau tidak bisa berenang," gumam Chanyeol.
Pria itu bergerak, membereskan buku-buku Sehun. Sebuah jurnal berwarna coklat mengambil atensinya, saat akan meraih benda itu, Chanyeol berhenti. Dia masih tau batasan untuk tidak mengganggu privasi orang lain. Maka ia letakkan jurnal itu di tumpukkan buku Sehun yang lain tanpa berniat membukanya.
Kamar ini terlihat sangat rapi karena tidak terlalu banyak barang. Chanyeol menatap Sehun yang sudah tertidur pulas. Kadang, ia merasa jika masih banyak hal yang tidak ia ketahui tentang pria itu. Sehun tidak pernah menceritakan tentang keluarga atau kehidupannya di Busan. Dia tidak pernah menceritakan masakan apa yang sering ibunya buatkan atau olahraga apa yang sering ia mainkan bersama ayahnya.
Wanita yang seringkali datang untuk mewakilinya dipertemuan orang tua pun tidak pernah ia ceritakan. Bahkan Chanyeol tidak pernah melihat Sehun mengobrol dengan wanita itu. Mereka hanya saling duduk berdampingan, mendengarkan apa saja yang disampaikan oleh wali kelas lalu setelah itu saling mengucapkan salam perpisahan dengan kaku.
"Sehun, tetaplah sehat dan jadi anak baik," ucap Chanyeol yang hanya dibalas oleh kesunyian.
###
Ketika bangun di pagi hari, Sehun sudah tidak lagi melihat Chanyeol. Pria itu memang berangkat ke sekolah lebih pagi. Sehun merasakan kepalanya yang masih pusing, tapi sudah lebih baik dari tadi malam. Dia bangkit dari kasur dan berjalan pelan ke kamar mandi, berniat untuk pergi ke sekolah meski Chanyeol sudah melarang.
Setelah siap dengan seragamnya, Sehun segera keluar dari asrama, berniat untuk sarapan di kantin sekolah saja. Mungkin karena masih sangat pagi, sekolah masih sunyi. Dia juga tidak melihat Chanyeol. Sehun duduk sendirian di salah satu kursi, memandang pemandangan taman depan dari jendela kaca sambil menikmati sarapan. Tenggorokannya masih cukup perih tapi Sehun paksa untuk sarapan agar tidak bertambah drop, dia juga membawa obat yang tadi pagi dibawakan Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓
Novela Juvenil"Aku akan menceritakan semua kisah tentangmu pada bintang-bintang. Menjawab tanya mereka mengapa ini disebut cinta dan luka," gumam Sehun yang tengah duduk di atas rumput hijau, di samping orang yang telah membawa separuh kenangannya pergi, bersama...